Terpapar Virus “Menulis Sampai Tua” Dari YPTD

Membaca judulnya memang terkesan bombastis: “Terpapar Virus ‘Menulis Sampai Tua’ Dari YPTD”. Memangnya pandemi juga merasuk ke Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan – disingkat YPTD? Tapi begitulah yang saya alami.

Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan sebelumnya di Webs ini, sekali waktu saya pernah mengalami yang namanya kebuntuan ide kreatif dalam menulis. Ya, namanya juga baru saja “pensiun” dari kerja rutin sebagai wartawan di satu surat kabar.

Modal yang tersedia selain pesangon yang seadanya dari kantor, ya tumpukan tulisan. Baik yang sudah berupa kliping koran, flashdisk, maupun yang tersimpan di folder berupa file di laptop atau PC.

Selain itu, ada juga sejumlah tulisan yang terserak di beberapa platform blog. Seperti di Kompasiana, Blogdetik, Kumparan, Viva, Liputan 6, Indonesiana Tempo, Suara Konsumen, Tokoh Populer, Risalah Misteri, blog pribadi NurTerbit.com atau kumpulan tulisan dalam bentuk status di media sosial. Seperti Facebook, Twitter, Instagram dan video podcast di channel YouTube.com/NurTerbit.

“Semua tulisan yang terserak itu kalau dikumpulkan, bisa jadi beberapa buku Bang Nur,” kata Thamrin Dahlan, juga Kompasianer, pemilik penerbitan buku YPTD, suatu hari.

Tulisan yang terserak, di antaranya ada di Webs YPTD (repro Nur Terbit)

Kini YPTD sudah memasuki usia 1 tahun sejak dilaunching 19 Agustus 2020. Buku yang diterbitkan selama setahun itu sudah lebih dari 240-an  judul buku. Di antaranya buku saya, buku putri saya, dan buku istri saya yang masih dalam proses.

Belakangan memang beliaulah yang kemudian mengajak saya untuk ikut bergabung ke YPTD, komunitas kumpulan penulis berbagai latar belakangan profesi dan pendidikan, yang dipimpinnya. Semangat menulis saya yang semula nyaris padam, berkobar kembali.

Selama setahun itu pula, sudah ada 4 buku saya yabg diterbitkan oleh YPTD. Masing-masing : “Wartawan Bangkotan”, “Mati Ketawa Ala Netizen”, “Kolaborasi Penulis YPTD” (antologi), “Bunga Rampai Prahara di Tengah Corona” (antologi).

Selain itu, sudah terbit juga buku putri saya : Siti Harfiah Nur (Fifi) “Blogger Milenial” dengan kata pengantar Wijaya Kusumah (Omjay). Akan menyusul juga buku istri saya Sitti Rabiah “Guru TK Ngeblog”. Sebentar lagi, dua buku terbaru saya akan terbit “Menulis Sampai Tua” dan “Darah Dagingku Adalah Wartawan, Kenangan Bersama H. Harmoko”.

Cover buku “Darah Dagingku Adalah Wartawan” desain cover Ajinatha (repro Nur Terbit)

The old journalist never die……………..   The old writer never be tired …

Wartawan tua tidak pernah wafat.. Penulis tua tidak pernah lelah..

Ungkapan yang cukup populer di atas, menjadi motivasi saya saat pertama kali memutuskan untuk menulis buku. Menulis buku bermodal latar belakang sebagai “Wartawan Bangkotan”

Tak sedikit kendala menghadang, tapi tekad sudah terlanjur ditancapkan.Ya, “Menulis Sampai Tua”, itu pula judul buku yang sedang saya garap sekarang ini.

Ibarat semboyan pelaut Bugis-Makassar, seperti di bawah ini :

…Sekali layar terkembang, pantang surut biduk ke pantai. Lebih memilih tenggelam dari pada hanyut terbawa arus kembali ke pantai..”

Terjemahan bebas dari saya versi bahasa Makassar :

“Takkala le’bami kukakkasang sombalakku, kupatinra gulingku, tenami ri atingku a’lampabiluki biseangku lammotere..

Karena itu, tak ada kata menyerah, batal, mundur, atau pulang tanpa hasil, tapi tetap harus maju. Ya, melanjutkan mimpi dan impian yang tertunda.

Tidak terasa sudah 34 tahun (jika dihitung sejak pensiun dini dari surat kabar per Februari 2014 silam), saya telah menghabiskan umur di dunia tulis-menulis. Tepatnya di dunia penerbitan surat kabar versi cetak. Praktis, lebih dari separuh usia saya yang kini 61 tahun (10 Agustus 1960), dihabiskan di dunia jurnalistik.

Jika dihitung sampai sekarang saat artikel ini ditulis, akan lebih panjang lagi. Sudah melewati angka 41 tahun berkiprah di dunia kewartawanan. Alhamdulillah, saya masih tetap setia menyandang profesi sebagai jurnalis — meski sudah harus pindah platform digital alias media online.

Di dunia penerbitan koran cetak yang sudah saya tinggalkan itu, meski sempat “ribut” dan alot, pesangon akhirnya dibayarkan meski tidak lagi mengikuti aturan baku sesuai aturan ketenagakerjaan.

Saya (penulis) yang sudah mengabdi sebagai wartawan selama 34 tahun di atas dan terakhir sebagai redaktur, misalnya — berkarier mulai jenjang koreponden daerah di Makassar — Alhamdulillah menerima pesangon kurang dari Rp 50 juta.

Setelah dipotong segala macam sangkutan utang dari kantor dan koperasi, saya hanya bisa membawa pulang uang pesangon Rp 20 jutaan, bersih. Ya, pesangon untuk 34 tahun sebagai wartawan.

Inilah secuil perjuangan saya, bagaimana proses menulis, mengumpulkan tulisan, lalu membukukannya dengan nama pena Nur Terbit.

BUKU BARU BER-ISBN

Hari itu Senin 15 Febuari 2021, buku terbaru saya yang keempat : “MENULIS SAMPAI TUA”, namun karena terkendala oleh perangkat yang bermasalah, akhirnya sampai saat ini belum naik cetak. File folder di laptop ikut terpapar virus. Saat ini masih menjalani “isolasi mandiri” untuk proses pemulihan hehe..

Berbeda dengan buku perdana dari putri bungsu saya Fifi (Siti Harfiah Nur) “BLOGGER MILENIAL” sudah terwujud berupa buku fisik. Sudah cetak dan menjadi kebanggaan putri saya.

Buku “Blogger Milenial” diajukan berbarengan dengan buku saya “Menulis Sampai Tua” oleh penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) ke Perpustakaan Nasional bersama buku lainnya,untuk mendapatkan ISBN, tanda daftar resmi bagi buku baru dari lembaga pemerintah.

ISBN (International Standard Book Number) sendiri, adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit.

Terima kasih pak Thamrin. Juga bang Ajinatha – Aji Najiullah Thaib – sebagai desainer cover buku saya dan Fifi.

Dua buku saya sebelumnya, “Wartawan Bangkotan” (100 K) dan “Mati Ketawa Ala Netizen” (75 K), juga diterbitkan oleh YPTD dengan disain cover bang Ajinatha. Alhamdulillah sudah bisa dipesan dari sekarang melalui Open Pre Order ke 0816136 9192.

BLOGGER MILENIAL

Putri bungsu saya Siti Harfiah Nur atau fifishn , ternyata diam-diam mengikuti jejak “Tetta-na” (Papah-nya) — yang sudah “Wartawan Bangkotan” — untuk menjadi blogger dan belajar menulis buku. Ya, Fifi mau menjadi blogger dan penulis di era milenial ini.

Buku perdana Blogger Milenial dari Fifi ini, berisi kumpulan tulisannya sejak jadi blogger, bergabung di komunitas blogger, pengalaman sebagai mahasiswi kos-kosan, ikut kopdar dan lomba blog, ikut event blogger, endorse produk, ngebuzzer, live twit, traveling, wisata kuliner.

Juga, ada pengalaman seru dan mencekam saat Fifi terbaring di ruang operasi (bedah) rumah sakit, perjuangannya melawan dan mencoba lepas dari dekapan tumor, serta sejumlah cerita seru lainnya.

Mohon doanya, mudah-mudahan kita semua yang memilih profesi sebagai penulis diberi kesehatan dan kekuatan agar tetap bisa berkarya bersama Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Aamiin…

HARAPAN UNTUK YPTD 

Selama setahun bergabung dengan YPTD, terasa “virus” menulis itu makin tersalurkan. Setidaknya bakal menetas lagi jadi buku sejumlah tulisan yang di-posting diberbagai platform blog dan website termasuk di “rumah besar” YPTD terbitkanbukugratis.id

Selain menulis, kita juga dilibatkan dalam acara webinar bedah buku dan diskusi buku secara virtual di Selasa malam pada setiap bulan. Sebagai peserta biasa, bahkan pernah diminta sebagai pembahas buku penulis lain. Sekali waktu malah jadi narasumber untuk buku sendiri “Wartawan Bangkotan” dengan topik “Wartawan Tak Kenal Pensiun”.

WARTAWAN Bangkotan
Webinar dan bedah buku Wartawan Bangkotan (foto repro Nur Terbit)

Seperti juga dengan harapan penulis lain di YPTD, secara umum sudah lumayanlah — meski masih perlu lebih ditingkatkan lagi antara lain mutu SDM — dari apa yang sudah ada dan  berlangsung di penerbitan buku yang dikelola oleh Pak Thamrin Dahlan.

Bagi saya, mungkin juga penulis lain, penerbit buku YPTD  yang dikelola oleh seorang purnabhakti dari kepolisian yang kini mengabdikan diri sebagai dosen atau staf pengajar — antara lain sudah 20 tahun jadi dosen pengampu mata kuliah Pancasila — sudah waktunya dilengkapi dengan editor khusus dan layout khusus.

Hal ini karena sudah saya alami sendiri dan putri saya. Dua buku saya “Wartawan Bangkotan”, “Mati Ketawa Ala Netizen” dan buku putri saya Siti Harfiah Nur “Blogger Milienial”, proses editing dan layout-nya agak kedodoran. Sehingga hasilnya tidak maksimal setelah berwujud buku fisik.

Di sana-sini terdapat foto ilustrasi yang posisinya terbalik, judul yang tidak seragam dalam ukuran (point size) maupun jenis huruf (font). Bahkan pada buku putri saya “Blogger Milenial”, tidak ada nomor halaman buku. Foto-foto ilustrasi di setiap judul tulisan, terlalu minimalis. Wajar saja, karena saya sendiri yang editor, sekaligus tenaga layout-nya. Percetakan tinggal nyetak “apa adanya” dari saya haha…

Menurut saya yang masih awam dalam penataan layout buku, ini disebabkan mungkin karena di antaranya belum adanya tenaga layout khusus. Awal perjalanan YPTD, masih ada almarhum Dian Kelana (Alfatihah buat beliau), yang penulis, fotografer merangkap layout bahkan editor.

Soal desain cover buku, sementara ini Alhamdulillah tidak masalah dengan adanya kehadiran dari awal Bang Ajinatha — yang sudah “mewakafkan” diri beliau untuk memoles setiap cover buku penulis YPTD akan di-ISBN-kan ke Perpustakaan Nasional dan naik cetak atau diterbitkan.

Itu sebabnya, saya sempat penasaran. Bagaimana sih sosok Bang Ajinatha itu? Maka dalam satu kesempatan, saya sengaja berkunjung sekaligus silaturahmi ke rumah beliau mewawancarai dan membuat konten video YouTube, seperti di bawah ini :

Nah itu saja. Tak ada celah lain yang bisa saya usulkan, urung rembuk pendapat apalagi dikritik, selain berharao agar “maju terus YPTD”. Sembari tak lupa mengucapkan “Selamat Ulang Tahun ke-1” pada 19 Agustus 2021 ini. Sukses selalu dan salam Literasi.

Beberapa tulisan saya yang sudah dimuat di website YPTD :

1. Bermimpi Jadi Penulis Buku Usai Diskusi di RM Sederhana

2. ISBN Yang Dirindukan

3. Perjalanan Panjang Wartawan Bangkotan Menjadi Buku

4. Mewujudkan Mimpi Menjadi Penulis Buku

5. Mendadak Jadi Guru TK

6. Membaca dan Menulis Buku Humor, Benarkah Bikin Awet Muda?

7. Serunya Diskusi Virtual Sambil Bedah Buku Bersama YPTD

8. Risiko Punya Nama Mirip Perempuan

Nur Terbit

Tinggalkan Balasan

1 komentar