Mendadak Jadi Guru TK

Pendidikan87 Dilihat

 

Ini cerita saya tentang pengalaman jadi ‘Guru’ TK dan PAUD, catatan ringan memperingati Hari Guru Nasional 2020.

Terkadang kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kita berada. Saat berada di antara anak usia dini, kita juga harus bisa menyelami dan memahami dunia mereka.

Itulah dunianya anak usia dini. Bahkan kalau kebetulan ada guru yang berhalangan datang mengajar, maka saya ikut menggantikan jika kebetulan lagi berada di sekolah. Ikut mengajar?

Ya semacam itulah. Tapi lebih ke materi bercerita dan mendongeng. Sekedar mengisi kelas murid TK PAUD binaanku bersama Bunda Sitti Rabiah di Kota Bekasi, Jawa Barat ini.

Satu kebahagiaan tersendiri sebagai orang tua — lebih spesifik lagi sebagai guru TK — ketika dikelilingi oleh anak usia dini, yang nota bene adalah murid binaan TK dan PAUD. Sikap ngemong, bersahabat, seperti layaknya berhadapan dengan anak sendiri.

Padahal, saya bukan guru mereka. Hanya karena kebetulan setiap hari mengantar istri Bunda Sitti Rabiah yang menjadi guru sekaligus kepala sekolah di TK PAUD tersebut, maka sejak saat itu saya pun ikut-ikutan disapa, “Pak Guru” oleh puluhan anak PAUD dan TK.

Sebagai pengurus YAYASAN dari sebuah lembaga pendidikan anak usia dini di Kota Bekasi, itu juga yang sering saya alami jika berhadapan dan berbaur dengan mereka. Seperti pagi ini. Jika kelas kosong, misalnya karena salah seorang ibu guru mereka sakit atau berhalangan datang mengajar, saya dengan PD-nya masuk kelas menggantikan.

Bukan mengajar, tapi sekedar berbagi cerita, sesekali ada anak yang minta bonus, “Bisa gak Pak Guru mendongeng?”. Cerita Cinderela Si Sepatu Kaca pun meluncur dari mulut saya, itu pun dengan cerita yang sering diprotes anak-anak karena gak runut dan keluar dari pakem dongeng aslinya, hahaha…. yang penting pesan-pesan moralnya sampai ke anak-anak, itu sudah cukup bagi saya.

Deru mesin motor saya yang meraung di halaman sekolah, ternyata itu sudah cukup menjadi pengganti bel sekolah, atau isyarat kalau “Pak Guru” mereka sudah datang pagi ini. Mereka berlomba menyongsong dan menyodorkan tangan-tangan mungilnya, menyapa sambil minta salim.

Sebagai respon, saya menyambut mereka dengan hangat, tak lupa menagih kebiasaan di sekolah itu, “Ayo anak-anak, mana tos-nya?”. Seketika telapak tangan saya beradu dengan tangan mungil mereka. Plok…plok..plok..

Ceria, penuh canda tawa. Jauh dari beban pikiran dan problema hidup yang sekarang ini gak menentu. Termasuk tentu saja, perasaan stress yang sewaktu-waktu membebani, hehehe….

Biasanya begitu sampai di rumah, atau di perjalanan ketika handphone jadul saya berdering oleh panggilan telepon masuk, saya baru sadar kalau baterei handphone saya sudah lawbet. Anak-anak TK PAUD di sekolah tadi, secara bergantian meminjam untuk dipakai main game.

Ketika saya mencoba charge kembali, saya menemukan sejumlah foto-foto di handphone tadi dipenuhi wajah-wajah ceria, polos dengan berbagai pose. Termasuk gaya “Cherrybelle” yang ber-cibi-cibi…..duh, anak-anakku…

Semoga kelak kalian jadi “orang” atau pemimpin yang amanah. Berbhakti pada orang tua, agama, negara, nusa dan bangsamu. Amin….

Bekasi, Sekolah TK PAUD Islam Mutiara Al-Falah, Mustika Jaya, Kota Bekasi.

Salam,
Nur TERBIT

Ilustrasi foto : bersama ibu kepsek, murid, masih belajar secara tatap muka, jauh sebelum virus Corona datang (dok Nur Terbit)

Tinggalkan Balasan