Bukannya Diam di Rumah.

Terbaru30 Dilihat

Oleh Nuraini ahwan.

Alhamdulillah, ijinkan  malam ini, penulis   menutup hari dengan menulis catatan yang sudah tersimpan di dalam kepala sepanjang hari. Dimulai dari pertanyaan dini hari melalui WhatsApp. Pertanyaan tentang kapan mulai masuk sekolah. Apakah tanggal 2 Juni 2020 seperti pengumuman belajar dari rumah tahap 5 lalu.

Pertanyaan disimpan dulu karena belum bisa dijawab, harus menunggu edaran dari pemegang kebijakan ditingkat kabupaten. Tentunya edaran dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang kita tunggu.

Sementara penulis hanya bisa menjawab dengan kata,”sabar,” kepada si penanya.

Yang ada dalam pikiran penulis setelah membaca pertanyaan itu adalah covid 19 ini membuat kita bekerja dari rumah dan belajar dari rumah terlama dari yang pernah kita alami. Libur satu  minggu,  dua minggu maupun libur satu bulan seperti pada waktu akhir semester satu, semester dua, libur puasa, maupun libur kenaikan kelas.

Penulis berbicara sendiri menghitung berapa lama sudah kita bekerja dari rumah sejak 16 Maret 2020 yang lalu. Lama ya…

Tapi apa yang hendak dikata, ini untuk kebaikan bersama. Meskipun dalam pengamatan, penglihatan dan penilaian kita,  kadang tidak sesuai dengan maksud pemerintah membelajarkan anak dari rumah. Meskipun terkadang hati kecil menolak, memberontak bahkan terkadangan muncul rasa kesal, kecewa dan semacamnya, ketika perpanjangan waktu belajar dari rumah terus dilakukan. Mengharapkan anak diam di rumah tapi sebaliknya yang terjadi.

Sebutlah di belakang tempat tinggal penulis, di pinggir sawah dengan padi yang saat ini baru tumbuh setinggi betis orang dewasa. Tampak hijau terhampar luas sejauh mata memandang.  Angin berhembus sejuk meskipun matahari sudah tinggi menjelang waktu zuhur. Sangat ramai situasinya walaupun di pinggir sawah.

Angin   bertiup kencang siang itu,   dimanfaatkan oleh anak – anak bermain layang layang. Tidak saja hari ini, bahkan setiap hari selama covid 19 ini. Penulis  mengintip  mereka dari celah jendela dapur yang terbuat dari kawat. Mereka sangat asyik menarik ulur benang layangan mereka.  Masa kecil tak kan bisa terulang. Ada yang naik di pohon jambu menunggu layangan putus. Ada yang berlari sepanjang pematang sawah. Ia bahkan tidak peduli tamanam padi petani rusak akibat tertimpa badan mereka ketika terpeleset. Penulis senyum-senyum sendiri. Ikut menikmati permainan mereka.  Jadi ingat saja,.ketika dulu saya mencoba memegang benang layangan yang sudah berada tinggi di awan. Lalu saya berteriak karena terasa berat dan ketika layangan mengarah ke arah bawah hendak jatuh.

Tidak hanya main layangan, mereka main sepak bola di sepanjang gang depan rumah. Bergerombol, ke sana kemari.  Mereka main petasan juga di pinggir sawah. Sawah adalah tempat aman yang luput dari kejaran emak-emak dan bapak-bapak jika mereka meledakkan petasan dalam kampung atau perumahan mereka.. Jadi pinggir sawah pilihan mereka. Dekat tempat tinggal penulis menjadi sasaran.

Mereka bertelanjang muka atau tidak menutup mulut dan hidung dengan masker. Apakah mereka jaga jarak? Jawabannya tentu pembaca tahu. Apakah mereka mencuci tangan selama bermain? Pembaca juga pasti bisa menjawabnya.

Penulis  hanya mengelus dada, mengapa mereka masih saja berkerumun di tengah semakin melonjaknya warga positif covid 19?. Kadang penulis  bertanya pada diri sendiri, bagaimana kalau begini?. Apakah anak – anak ini tidak bisa di larang untuk keluar rumah? Penulis pernah  melarang mereka untuk berkerumun, tetapi sebentar saja nurutnya. Begitu ditinggalkan sebentar saja , mereka sudah berkerumun lagi.

Bagaikan buah simalakama. Mau buka sekolah, khawatir ada klaster baru covid 19. Diberikan belajar di rumah, tidak digunakan sesuai tujuan pemerintah. Bukannya diam di rumah danbelajar di rumah melainkan anak-anak banyak berkeliaran di luar rumah. Apakah sudah jenuh dan bosan seperti yang sudah dituliskan pada blog sebelumnya?

Pertanyaan pagi hari akhirnya  terjawab pada sore harinya.  Ada notifikasi di whatsapp, pemberitahuan ada perpanjangan belajar di rumah tahap 6 mulai tanggal 2 Juni sampai 16 Juni 2020. Kepala.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat mengeluarkan surat tentang perpanjangan masa belajar di rumah tertanggal, 29 Mei 2020 bertepatan dengan tanggal 6 Syawal 1441 Hijrah. Dengan nomor surat, 800/1009-Sekr/DISDIKBUD/2020.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Kepala Dinas, Bapak H. Nasrun,S.Pd.,M.Pd isinya tentang:

  1. Perpanjangan masa belajar di rumah semula sampai tanggal 1 Juni 2020 diperpanjang sampai tanggal 16 Juni 2020
  2. Pelaksanaan Penilaian Akhir Tahun tetap mengacu pada surat edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat Nomor, 800/885-Sekrt/DISDIKBUD/2020 tanggal 24 April 2020
  3. Pedoman pelaksanaan belajar di rumah tetap mengacu pada edaran Kepala Dinas sebelumnya yakni edaran nomor 800/864-Sekrt/DISDIKBUD/2020 tanggal 15 April 2020.

Penulis langsung share informasi ini ke whatsAap grup kelas. Beragam komentar balasan orang tua peserta didik. . Ada rindu, ada bosan di rumah, ada kangen, ada juga yang menanyakan bagaimana sekolahnya. Siapa yang menyapu di sekolah, kelasnya bagaimana, bunganya bagaimana dan chat lainnya yang memenuhi memori handphone.

Penulis hanya membalas dengan kalimat,”Makanya, jangan keluar rumah terus, jangan berkerumun agar kita bisa cepat bertemu di sekolah.”

Mereka membalas chat saya dengan emotion😭😭😭

Akhirnya, diperpanjang lagi…

Belajar dari rumah, mengajar dari rumah, bekerja dari rumah diperpanjang lagi.

Penulis melanjutkan membuka whatsAap grup guru untuk menyampaikan kegiatan  Belajar Dari Rumah tahap 6. Persiapkan kegiatan untuk peserta didik karena sudah mendekati akhir tahun atau kenaikan kelas. Work From Home (WFH) tetap dilanjutkan, piket tetap dilaksanakan. Selamat bekerja dari rumah. Mengajar dari rumah. Katanya Om Jay sapaan akrab dari Bapak Wijaya Kusumah, Guru Bloger Indonesia,” Mari  Produktif dari Rumah.”

Lombok, 29 Mei 2020

https://nurainiahwan.blogspot.com.

 

Tinggalkan Balasan