Selamat pagi sobat,
Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Memimpin dengan hati.
Sebenarnya tulisan ini sudah pernah saya posting di sebuah media cetak sekitar delapan tahun silam namun substansi dari isi tulisan ini masih sangat relevan dengan situasi sekarang ini.
Memimpin dengan hati sejatinya merupakan aktualisasi dari kepemimpinan Pancasila. Oleh karena itu, sebelum kita memahami makna dari memimpin dengan hati maka terlebih dahulu kita kenali apa yang dimaksud dengan kepemimpinan Pancasila.
Kepemimpinan Pancasila tidak lain adalah pelaksanaan dari nilai nilai yang terdapat dalam Sila pertamanya yaitu ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, saling menghargai dan menghormati dalam kehidupan beragama.
Di sila kedua terkandung Nilai Moral yaitu menghormati Hak Hak Asasi manusia, menghormati Nilai Nilai Kemanusiaan, bersikap adil dan bijak.
Di sila ketiga yaitu bersikap nasionalis dan patriotis, menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Di sila keempat yaitu mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam setiap pegambilan keputusan dalam berbagai masalah.
Dan di sila kelima yaitu mengutamakan keadilan, kebersamaan dan kesejahteraan untuk bersama.
Seorang Pemimpin yang mampu menerapkan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila maka sejatinya Pemimpin tersebut telah melaksanakan kepemimpinan Pancasila.
Aktualisasi kepemimpinan Pancasila tersebut harus disinergikan dengan sikap dan sifat baik dari manusia yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusia seperti : jujur dan adil, berbudi pekerti luhur, prasojo atau sederhana, memberi teladan, mentaati aturan, menghargai orang lain, mau dikoreksi/dikritik, bertanggung jawab, ikhlas.
Bagaimana seorang Pemimpin itu dapat melaksanakan prinsip saling menghargai kalau di hatinya masih berisikan sifat yang mau menang sendiri ?
Ketika kita punya hati yang bersih dan jauh dari sifat buruk manusia seperti iri, dendam, mau menang sendiri, dengki, takabur maka aktualisasi dari kepemimpinan Pancasila itu akan mengalir dengan sendirinya.
Inilah makna yang saya sebut dengan memimpin dengan hati.
Contoh kecil saja, seorang Pemimpin harus berani mengakui perbuatannya jika perbuatannya itu salah dan mau menerima kritik, bukan malah cuci tangan dengan ucapan “tidak tahu”, “bukan urusan saya” atau dengan kata kata lain yang tidak mengakui perbuatan salahnya.
Seorang Pemimpin harus jujur bukan saja pada orang lain tapi jujur kepada dirinya sendiri.
Dan tentunya kejujuran itu kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Seorang Pemimpin yang mampu memimpin dengan hati niscaya akan dicintai oleh orang orang yang dipimpinnya. Karena Pemimpin tersebut senantiasa mengayomi, memberikan keteladanan dalam kejujuran, kebaikan dan mentaati aturan, selalu terbuka untuk menerima kritik, mampu memotivasi dan menyemangati orang orang yang dipimpinnya, memberikan dorongan untuk maju dan berprestasi.
Selayaknya seorang yan tengah memimpin di era sekarang ini mau melakukan intropeksi diri, sudahkah dirinya melaksanakan apa yang disebutkan di atas yaitu memimpin dengan hati ?
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 18 Februari 2021