Nusantara Tanah Yang Subur, Ironisnya Mengapa Pangannya Harus Import ?

Selamat pagi sobat,

Di pagi hari ini saya mengulas topik di rubrik NGETEH MORNING tentang lagu Nusantara 3 dari grup band legenda Indonesia Koes Plus yang dikaikan dengan kebijakan import dewasa ini.

Kemarin (Sabtu, 20/03/2021) sore selagi santai saya menikmati lagu lagu lawas milik grup band legenda Indonesia Koes Plus. Begitu banyak lagu lagu Koes Plus yang melegenda dan dipopulerkan kembalu di era era berikutnya seperti lagu Andaikan Kau Datang Kembali yang dinyanyikan oleh Ruth Sahanaya dan kemudian oleh Ariel Noah.

Namun yang saya ulas di tulisan kali ini adalah salah satu lagu Koes Plus yang berseri yaitu Nusantara 3.

Saya tertarik mengulas lagu Nusantara 3 ini karena liriknya sangat relevan dengan situasi sekarang ini yaitu masalah kebijakan import.

Sebelum saya mengulasnya ada baiknya saya tuliskan lirik dari lagu Nusantara 3 seperti berikut ini :

Hutan belantara
Banyak tersebar Nusantara
Semua harta yang tak terhingga
Milik kita 
Disana tempatnya
Tanah idaman kita semua
Tanah yang kaya bagai permata
Nusantara
Semua kan menolehnya
Tanah di khatulistiwa
Bagi yang telah melihat
Hati terpikat Nusantara
*****
Dari lagu yang diciptakan oleh Toni Koeswoyo tersebut betapa menggambarkan bahwa Indonesia yang disebutnya sebagai Nusantara memiliki kekayaan yang tiada terhingga karena kekayaan alamnya berupa hutan yang luas dan berbagai aneka tambang seperti batu bara, emas, tembaga, nikel, bauksit, minyak dan yang lainnya.
Itulah yang dimaksud dari bait pertama yaitu hutan belantara sebagai harta yang tak terhingga yang menjadi milik kita (rakyat Indonesia).
Kemudian tanahnya yang subur dan begitu mudah ditanami oleh berbagai tanaman seperti padi, singkong, jahe, bawang dan yang lainnya.
Itulah yang dimaksud di bait kedua yaitu tanah idaman dan kaya bagai permata.
Belum lagi kekayaan lautnya dengan berbagai jenis ikan, garam, minyak dan lainnya yang tak disebutkan dalam lagu Nusantara 3 ini.
Di bait ketiga menunjukkan bahwa dengan kekayaan alam yang melimpah dan tanahnya yang kaya dan subur membuat banyak pihak terutama bangsa asing untuk bisa menggarap dan mengeruknya.
Dan seperti kita tahu beberapa negara lain dengan dalih investasi kemudian mengeksplore kekayaan alam di bumi Indonesia seperti Freeport dari Amerika Serikat yang mengeruk emas, uranium dan temaga di tanah Papua.
Namun yang menarik adalah dengan tanah idaman dan kaya bagai permata dalam arti sesungguhnya adalah tanah yang subur dan mudah untuk ditanami akan tetapu makin ke sini justru hampir semua bahan pangan harus import.
Saya ingat saat belajar di Sekolah Dasar dahulu, guru yang mengajar saya menerangkan bahwa Pulau Madura merupakan penghasil garam terbesar Indonesia, kemudian Tegal, Brebes dan Pemalang merupakan penghasil bawang merah dan bawang putih, Karawang, Cianjur dan Karawang merupakan penghasil beras.
Ternyata dari beras, garam, kedele, jahe, singkong, gula dan lainnya harus import, sungguh ironis bukan ?
Kenapa harus import, bisa jadi karena adanya beberapa faktor yaitu
Pertama, para kaum muda di desa sudah tak tertarik lagi untuk menjadi petani dan lebih tertarik mencari pekerjaan sebagai buruh di kota atau menjadi tukang ojek.
Hal ini yang menyebabjan banyak lahan tak tergarap sehingga terjadu penurunan terhadap hasil panen.
Kedua,  luas lahan pertanian dan perkebunan yang semakin berkurang dengan pembangunan infra struktur lainnya seperti pabrik, jalan dan perumahan.
Ketiga, Adanya kebijakan
 import dari para pejabat untuk kepentingan tertentu sehingga berakibat merusak harga jual dari petani dan membuat petani kecewa serta tak bersemangat untuk bertani.
Saya juga teringat di saat kampanye Pemilihan Legislatif di tahun 2014, salah satu Partai Politik mengkampayekan bagaimana kebijakan import harus dihentikan karena nerugikan petani dengan nembuat sebuah video klip dimana sejak bangun tidur hingga jelang istirahat malam kita mengkonsumsi hasil dari import.
Namun lucunya, begitu Partai Politik ini ikut berkuasa ternyata hanya bisa diam melihat kebijakan import terus berjalan bahkan makin menggila !
Itulah Politik yang seringkali hanya membuat harapan harapan palsu.
Kita sebagai rakyat hanya bisa berharap agar kebijakan import harus bisa dikurangi. Jangan hanya bisa beretorika dengan ucapab tidak import saat berkampanye namun saat berkuasa tetap meneruskan kebijakan import.
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :
Ngopi Sore Di Cibubur
Sambil Ngemil Kue Jamur
Nusantara Tanahnya Subur
Tanpa Import Petani Bisa Makmur
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..

Selamat beraktivitas ..m

Salam sehat ..

 

NH

Depok, 21 Maret 2021

Tinggalkan Balasan