Selamat pagi sobat,
Di pagi hari ini saya mengulas topik di rubrik NGETEH MORNING tentang hobi saya di masa lalu yaitu memelihara berbagai jenis ikan terutama ikan Koi.
Sekitar tahun 2003, saat itu saya berniat untuk memelihara ikan dan untuk itu saya terlebih dahulu membuat kolam yang tidak terlalu besar di halaman belakang rumah saya.
Awalnya saya memelihara ikan Mujair berukuran besar berjumlah 9 ekor. Ikan Mujair tidak membutuhkan air yang mengalir dan cukup mengganti sebagian airnya tiap dua atau tiga hari sekali.
Ikan mujair yang saya pelihara sempat beranak ratusan ekor anak mujair namun sayangnya anak anak ikan mujair tersebut habis dimakan oleh mujair yang besar.
Kemudian selain ikan Mujair, saya berniat memelihara jenis ikan yang lain di dalam kolam dan selanjutnya beberapa jenis ikan saya beli yaitu 4 ekor ikan Bawal Darat, satu ekor ikan Gurame berukuran sedang, 2 ekor ikan Gabus, 2 ekor ikan Tawes dan 4 ekor ikan Koi.
Ikan Gabus dan ikan Tawes ini merupakan jenis ikan yang sudah jarang ditemukan dan dijual di pasar ikan dan kebetulan saat itu ada yang menjualnya.
Adanya ikan Koi membuat air di kolam ikan harus mengalir dan oleh karena itu saya membuat bak penampung air di sisi kolam dengan diisi spon untuk penyaring kotoran dari kolam dan selanjutnya saya membeli pompa air kolam. Pompa ini berfungsi untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolam dengan sistem pancuran yang selain untuk membuat air kolam mengalir namun juga agar air tetap jernih dan kotoran tersaring serta air mempunyai kandungan oksigen yang cukup.
Kolam harus saya sekat menjadi dua bagian karena ikan Koi akan mati bila bergabung dengan jenis ikan Gurame, Gabus dan Bawal yang tergolong cukup ganas.
Waktu terus berlalu sampai saya ingin mengganti isi kolam dengan satu jenis ikan saja yaitu ikan Gurame. Ikan yang sebelumnya sebagian saya berikan ke Sekuriti di Perumahan saya dan sebagian lainnya saya goreng untuk dimakan.
Memelihara ikan Gurame tak berlangsung lama karena 5 ekor ikan Gurame yang mengisi kolam saling “berkelahi” hampir setiap hari sehingga 5 ekor ikan gurame tersebut penuh dengan luka di badannya.
Sebelum terlambat, saya memutuskan untuk menggoreng kelima ekor ikan Gurame tersebut dan dibuat Gurame Asem Manis .. hehehe ..
Kolam ikan sempat kosong beberapa waktu lamanya sampai kemudian saya membeli dua ekor ikan Koi asal Blitar dari pasar ikan di Jatinegara. Namun hanya bertahan sekitar tujuh hari, kedua ekor ikan Koi tersebut mati dan kolam kembali kosong.
Pada tanggal 12 September 2005, sepulang mengajar saya mampir di tempat penjual ikan Koi di jalan Margonda Depok. Saya membeli dua ekor ikan Koi, satu berukuran besar sekitar 35-40 cm dan satu lagi berukuran sedang berukuran sekitar 20 cm.
Ikan Koi yang berukuran besar bercorak merah putih pada badannya sedangkan yang berukuran sedang berwarna kuning polos.
Menariknya, ikan Koi yang berukuran besar tidak takut pada manusia dan selalu menghampiri tangan kita saat kita masukkan ke dalam air kolam. Mulut Koi itu akan mengemut jemari tangan kita.
Dan bila telapak tangan kita berisi makanan ikan atau pelet yang kita taruh di permukaan air kolam maka Koi itu langsung melahapnya dengan cepat dari telapak tangan kita.
Ikan Koi yang berukuran besar saya beri nama Doni dan yang berukuran sedang saya beri nama Dona.
Beberapa waktu kemudian saya membeli beberapa ikan Koi lagi untuk menemani Dona dan Doni sehingga kolam menjadi lebih ramai.
Dari sekitar 9 ekor ikan Koi hanya Doni yang lulut dan menjadi “mainan” anak anak kecil kawan seumuran anak saya yang pada waktu itu berusia 5 tahun.
Dalam berjalannya waktu, Doni tumbuh semakin besar dengan pemberian makan khusus Koi. Panjang badan Doni sudah lebih dari 50 cm dan semakin gemuk.
Doni begitu akrab dengan keluarga saya dan keakraban Doni dengan manusia membuat ikan Koi yang lainnya juga ikut akrab mengikuti apa yang dilakukan oleh Doni.
Doni sempat sakit karena tertular penyakit dari ikan Koi yang baru saya beli namun beruntung Doni dapat kembali pulih sedangkan ikan Koi lain yang tertular penyakit tak tertolong lagi alias mati.
Merawat ikan Koi memang tak mudah. Selain air kolam harus terus mengalir dan bersih dengan oksigen cukup namun kolam juga harus bebas dari berbagai jenis penyakit Koi yang mematikan.
Saya teringat mempunyai kawan seorang debt collector yang bertubuh besar dan berasal dari Maluku. Namun yang lucu, dia gak berani memasukkan jari tangannya ke dalam air kolam saat datang berkunjung ke rumah dan melihat Doni di kolam. Takut diemut sama Doni katanya .. hahaha
Hingga pada tanggal 19 Juli 2009, Doni harus pergi untuk selamanya setelah sebelumnya terkena penyakit sehingga dalam beberapa hari tak mau makan dan kesulitan dalam bernafas.
Sepeninggal Doni, kolam masih berisi ikan Koi yaitu Dona dan beberapa ikan Koi lainnya. Sampai suatu ketika, Dona dan ikan Koi lainnya terkena penyakit dan tak tertolong lagi dan kolam pun menjadi kosong
Kolam sempat terisi ikan lagi di tahun 2012 yaitu seekor ikan Gurame. Ikan Gurame ini saya dapatkan ketika di Perumahan saya dilanda banjir dan ada empang berisi ikan Gurame yang jebol.
Ikan Gurame sempat hidup untuk beberapa lama dan saya namakan Pitu. Nama ini saya ambil dari kata tujuh dalam bahasa Jawa sebab ikan Gurane ini saya temukan di RT 7.
Pitu akhirnya mati karena terkena penyakit dan kolam pun kosong sampai dengan saat ini.
Untuk mengenang Doni, saya membuat foto Doni dalam bingkai foto dan saya pajang di dinding kamar kerja saya.
Itulah kenangan saya memelihara berbagai jenis ikan terutama ikan Koi bernama Doni yang hidup di kolam saya selama hampir lima tahun.
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..m
Salam sehat ..
NH
Depok, 16 Maret 2021