Selamat pagi sobat,
Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Buku Baomong Dan Kenangan Di Kota Kupang.
Kemarin malam (Selasa, 29/06/2021), saya mengikuti acara bedah buku Seri 13 yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Adapun buku yang dibedah adalah karya dari Bapak Yolis Djami yang berjudul “Baomong” dengan pembahas pendiri YPTD Bapak Haji Thamrin Dahlan dan moderator ibu Aam Nurhasanah.
Seperti ditulis dalam Kompasiana dan juga disampaikan di acara bedah buku oleh sang penulis bapak Yolis Djami bahwa orang Timor suka sekali baomong. Kalau mereka baomong bisa lupa waktu. Mereka bisa baomong dari pagi sampai sore. Atau malah bisa berhari-hari. Ada kepuasaan tersendiri ketika mereka baomong.
Baomong selalu dilakukan setiap akan ada sesuatu yang ingin dicapai. Baomong adalah keniscayaan bagi orang Timor dalam hal apapun. Baomong menjadi suatu ajang penyelarasan rasa dan nalar.
Apa itu Baomong ? Baomong adalah berbicara dari hati ke hati. Diskusi. Saling menyatakan pendapat. Saling mengkritik. Di dalamnya juga ada debat tentang sesuatu hal. Baomong berakhir dengan sebuah kesepakatan. Kesepakatan yang dapat diterima semua pihak.
Buku Baomong setebal lebih dari 300 halaman menceritakan berbagai topik yang ditulis secara apik oleh sang penulis mulai dari kehidupan keluarga, kehidupan di saat sekolah/kampus, masalah di lingkungan sekitar hingga cerita tentang kuliner.
Saat mengikuti bedah buku tersebut, kata Baomong mengingatkan saya ketika berkunjung ke kota Kupang, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur di tahun 1995. Saat itu saya bersama kang Omen Norman Soni Sontani ditugaskan oleh organidasi saya yaitu FKPPI selaku Pengurus Pusat untuk memberikan pembekalan di Penataran Kader Organisasi tingkat provinsi (Pengurus Daerah) yang diikuti oleh perwakilan kader kader Organisasi di setiap kabupaten (Pengurus Cabang) di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Penataran Kader Organidasi tingkat Daerah tersebut dibuka oleh Gubernur NTT bapak Mayjen TNI Herman Musakabe.
Sebelum ke lokasi Pembukaan, saya bersama kang Omen diundang ke rumah dinas Gubernur terlebih dahulu untuk beramah tamah dan kemudian berangkat bersama sama ke lokasi pembukaan.
Saat menyampaikan sambutan di acara pembukaan, bapak Gubernur Herman Musakabe menyampaikan kata Baomong yang dalam uraian beliau tak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh pak Yolis di acara bedah buku.
Dengan Baomong maka segala masalah dapat dipecahkan dan disepakati secara bersama.
Buku Baomong karya bapak Yolis inilah membawa kenangan saya saat berkunjung ke kota Kupang.
Menulis adalah beraksara tanpa suara, begitu tulis bapak Yolis Djami.
Teruntuk bapak Yolis Djami, selamat atas terbitnya buku Baomong .. Sukses selalu ..
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah pantun :
Niat Ke Sawah Mencari Keong
Ketemunya Cuma Seekor Belalang
Mengikuti Acara Bedah Buku Baomong
Membawa Kenangan Saat Berkunjung Ke Kota Kupang
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 30 Juni 2021