Selamat pagi sobat,
Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang Makin Maraknya Sumpah Serapah Di Medsos, Masih Relevankah Sumpah Penuda ?
Hari ini, kita bangsa Indonesia memperingari Hari Sumpah Pemuda yang ke-93.
Sumpah Pemuda tercetus dalam Kongres Pemuda II yang digelar pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Pelaksanaan Kongres Pemuda II adalah lanjutan Kongres Pemuda I yang dilaksanakan pada tanggal 30 April-2 Mei 1926.
Setelah dilakukan Rapat sebanyak tiga kali yang intinya membahas tentang pentingnya hubungan persatuan dengan pemuda, pentingnya pendidikan kebangsaan, pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan dan gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Sebelum Kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Kemudian kongres ditutup dengan diumumkannya rumusan hasil Sumpah Pemuda yang teks aslinya sebagai berikut :
Pertama :
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea :
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga :
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Kini Sumpah Pemuda sudah berusia 93 tahun di era digitalisasi dan era teknologi informasi yang berkembang demikian pesat, apalagi dengan makin berkembang media sosial medsos) di dunia jagad maya.
Apa yang terjadi di dunia medsos yang sejatinya digunakan untuk bersilaturahmi, berdiskusi dan bertukar informasi namun nyatanya dijadikan propaganda kebencian satu kelompok ke kelompok yang lain sehingga terjadilah debat kusir yang kadang tidak menggunakan akal sehat lagi dan bahkan terjadi saling caci maki dan sumpah serapah.
Bila diperhatikan dalam perbincangan medsos dalam politik, ada kelompok dengan julukan cebong dan kelompok lain dengan julukan kampret dan kini marak disebut sebagai kadrun. Dua kelompok ini terus saja saling berhadapan dan seperti sudah perang di medsos. Dunia medsos makin marak dengan munculnya BuzzerRp yang gosip benarnya memiliki kakak Pembina dengan tujuan yang sudah direncanakan plus dengan bayaran selangit kemudian muncul juga buzzer partikelir yang terus saja menebar kebencian yang tak berujung dan celakanya buzzer partikel ini kadang pura pura netral padahal mah tidak.
Ada kelompok lain yang tidak masuk dari kedua kelompok di atas dan biasanya bersikap kritis juga menjadi sasaran serangan sumpah serapah dari para buzzer yang membela kelompok yang dikritik.
Sebagian besar dari mereka yang aktif di medsos biasanya adalah berusia muda.
Masih ingatkah mereka pada sumpah pemuda ? Tentu saja iya tapi tidak dalam menerapkannya karena yang mereka lakukan memakai kaca mata kuda demi junjungannya yang benar atau salah gak dipedulikan lagi. Junjungannya dianggapnya sedikit di bawah Tuhan.
Selanjutnya lihatlah perbincangan di medsos tentang olahraga khususnya sepakbola yang kaitannya dengan suporter fanatik klub klub di Indonesia. Tak beda jauh dengan perbincangan medsos dalam politik. Persaingan yang seharusnya dilakukan secara sehat, fairplay dan saling respek namun yang terjadi adalah persaingan dilandasi dengan kebencian dan dendam kesumat bahkan ketika bertemu dalam dunia nyata maka tak segan segan melakukan tindak kriminal berupa penganiayaan bahkan hingga pembunuhan.
Sumpah serapah dan saling caci maki begitu marak ketika kompetisi sepakbola di Indonesia tengah berlangsung. Ada kelompok suporter yang bisa bersatu seperti Aremania dengan JakMania atau Bonek dengan bobotoh. Kedua kelompok ini selalu berhadapan di dunia maya atau medsos. Bila saja dipertemukan dalam dunia nyata maka sudah bisa dipastikan bakal terjadi perang Baratayudha suporter sepakbola. Ngeri ..
Sekali lagi, sebagian besar dari mereka yang aktif menjadi suporter klub di medsos tersebut adalah berusia muda.
Setiap hari saya berselancar di medsos baik di twitter, Facebook maupun di Instagram maka yang saya baca dan saya temukan seperti yang saya ungkapkan di atas, ada kebencian tang tak bertepi dan sumpah serapah yang mudah dituliskan dengan kata kata yang tak pantas.
Timbul pertanyaan di benak saya, makin maraknya sumpah serapah di Medsos, masih relevankah Sumpah Pemuda ?
Apakah Sumpah Pemuda hanya diperingati secara seremonial saja tanpa ada upaya untuk membumikan nilai nilainya dalam perilaku kaum muda kita yang aktif di medsos ?
Sumpah Pemuda berujung pada Persatuan Indonesia yang terdapat dalam Sila ketiga dari Pancasila ..
Masih bersatukah kita ? Bisakah cebong dan kadrun dipersatukan ? Bisakah JakMania dan Bobotoh dipersatukan ? Bisakah Bonek dan Aremania dipersatukan ?
Inilah PR besar dari Penguasa di Indonesia sekarang ini bukan hanya terus mengumbar kegaduhan setiap saat dan membiarkan persatuan Indonesia makin terkoyak koyak ..
Mari kita renungkan, atau seperti kata penyanyi legend Ebiet G Ad,
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang ..
Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..
Selamat memperingati hari Sumpah Pemuda bagi sobat yang masih ingin melihat Indonesia bersatu ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 28 Oktober 2021