Tembang Lingsir Wengi


Selamat pagi sobat,

Di pagi hari yang cerah ini saya mengangkat topik di rubrik NGETEH MORNING tentang  Lingsir Wengi.

Tembang Lingsir Wengi secara tak sengaja saya temukan di youtube lalu saya dengarkan tembang Jawa tersebut. Tembang atau kidung Jawa ini begitu syahdu dan menarik perhatian saya untuk mengetahui lebih dalam.

Dari yang saya baca di brilio.net (19/09/2019) bahwa ternyata tembang atau kidung Lingsir Wengi ini adalah karya dari  Sunan Kalijaga yang ketika muda  bernama asli Raden Said. Beliau  adalah putra dari Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta.

Sunan Kalijaga merupakan salah satu Wali Songo yang berperan utama dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa dengan menggunakan budaya Jawa yang salah satunya lewat tembang atau kidung untuk melakukan dakwah islam di tanah Jawa.

Konon Lingsir Wengi ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga sekitar tahun 1450 Masehi sebagai penolak bala, menjauhkan dari gangguan setan atau jin jahat, dan biasanya dinyanyikan setelah salat malam yang isinya menyiratkan doa kepada Tuhan.

Namun dalam kepercayaan masyarakat Jawa sepeninggal Sunan Kalijaga, Lingsir Wengi dalam bahasa Jawa sendiri memiliki makna Lingsir (berganti) dan Wengi (malam). Jadi Lingsir Wengi dapat diartikan saat jelang tengah malam atau proses pergantian dari sore hari ke malam hari hingga jelang tengah malam.

Pada pergantian waktu ini, orang tua di masyarakat Jawa jaman dahulu menasihati anak anak mereka untuk segera pulang dari bermain di luar rumah karena dipercaya bahwa inilah waktu bagi makhluk tak kasat mata alias makhluk astral keluar dari persembunyiannya untuk mengganggu manusia. Hal ini pun masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa sampai sekarang ini.

Mitos seperti itu malah diperkuat ketika tembang Lingsir Wengi  ini dijadikan soundtrack film horor Indonesia yang berjudul Kuntilanak di tahun 2006. Dalam adegan film horor tersebut, tembang Lingsir Wengi digunakan untuk memanggil makhluk astral sejenis kuntilanak.  Dengan lirik berbahasa Jawa yang khas diiringi oleh alunan gamelan membuat tembang Lingsir Wengi terasa beraroma mistis dan menakutkan.

Tembang Jawa yang dilagukan dengan cengkok mendayu-dayu memang sering kali diidentikan dengan mistis.

Begini lirik dan terjemahan tembang Lingsir Wengi versi dalam film horor Kuntilanak seperti yang dikutip dari solopos.com (06/10/2020) :

***

Lingsir wengi,

sliramu tumeking sirno

Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet

Arti Dalam Bahasa Indonesia :

Menjelang malam, dirimu perlahan sirna
Jangan terbangun dari tidurmu
Awas jangan menampakkan diri
Aku sedang gelisah
Jin setan yang kuperintahkan
Jadilah apa saja

Namun jangan membawa maut ..

***

Begitu populernya tembang Lingsir Wengi di film Kuntilanak tersebut membuat sebagian masyarakat menghindar untuk mendengar dan memutar alunan tembang Lingsir Wengi ini.

Meskipun lirik versi asli lagu ciptaan Sunan Kalijaga masih menjadi perdebatan, namun diketahui bahwa lirik yang dinyanyikan dalam film horror Kuntilanak berbeda dengan lirik aslinya. Lirik lagu Lingsir Wengi versi Sunan Kalijaga lebih panjang dan intinya lagu itu adalah bentuk munajat dan doa yang maknanya sangat dalam.

Berikut ini lirik tembang Lingsir Wengi yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga  beserta terjemahannya seperti yang dikutip dari solopos.com (21/06/2021) :

***

Lingsir wengi
(Saat menjelang tengah malam)
Sepi durung biso nendro
(Sepi belum bisa tidur)
Kagodho mring wewayang
(Tergoda dengan bayangmu)
Kang reridhu ati
(Di dalam hati)

Kawitane
(Awal mulanya)
Mung sembrono njur kulino
(Cuma bercanda terus terbiasa)
Ra ngiro
(Tidak menyangka)
Yen bakal nuwuhke tresno
(Kalau bisa menjadi cinta)

Nanging duh tibane
(Kalau sudah saatnya)
Aku dhewe kang nemahi
(Aku sendiri akan mengalami)
Nandang bronto
(Jatuh cinta)
Kadhung loro
(Terlanjur sakit)
Sambat, sambat sopo ?
(Mengeluh, mengeluh sama siapa?)

Rino wengi
(Siang malam)
Sing tak puji ojo lali
(Yang tak puji-puji yang lupa)
Janjine
(Janjinya)
Mugo biso tak ugemi
(Semoga bisa tak diingkari)

Lingsir wengi
(Saat menjelang tengah malam)
Sepi durung biso nendro
(Sepi belum bisa tidur)
Kagodho mring wewayang
(Tergoda dengan bayangmu)
Kang ngerindhu ati
(Di dalam hati)

Kawitane
(Awal mulanya)
Mung sembrono njur kulino
(Cuma bercanda terus terbiasa)
Ra ngiro
(Tidak menyangka)
Yen bakal nuwuhke tresno
(Kalau bisa menjadi cinta)

Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan ketika tembang Lingsir Wengi ini didengarkan di malam hari karena Sunan Kalijaga yang menciptakan tembang Jawa ini dengan tujuan yang baik, bukan untuk pemanggil makhluk astral alias Kuntilanak.

****

Sobat, saatnya saya undur diri dan mari kita nikmati secangkir teh hangat di pagi hari ini ..

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH
Depok, 9 Oktober 2021

Tinggalkan Balasan