Selamat pagi sobat,
Saya benar benar terkejut pagi ini ketika membaca berita di media sosial telah terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang setelah berakhirnya laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Kerusuhan yang menyebabkan begitu banyak jatuh korban jiwa sangat sangat disesali. Sampai tulisan ini saya buat telah dilaporkan oleh pihak kepolisian telah jatuh korban jiwa sebanyak 127 orang bahkan ada sumber lain yang menyebut jumlah korban jiwa sudah lebih dari itu.
Kekecewaan suporter Arema FC, Aremania cukup beralasan namun tak seharusnya melampiaskan dengan membuat kerusuhan di dalam Stadion yang membuat aparat kepolisian harus mengambil tindakan tegas dan membubarkannya dengan gas air mata. Celakanya, semprotan gas air mata membuat kepanikan ribuan orang yang berada di tribun dan berusaha keluar stadion sehingga terjadi saling dorong dan menyebabkan terjadinya sesak nafas dan jatuh pingsan dan terinjak injak.
Sebelum terjadinya kerusuhan tersebut, saya menyaksikan secara live di stasiun TV Indosiar laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berlangsung sangat seru dan berlangsung dalam tempo yang tinggi.
Arema FC yang sempat tertinggal 2-0 mampu menyamakan kedudukan hingga akhir babak pertama.
Pada menit awal babak kedua, meski terus dalam tekanan Arema FC namun Persebaya Surabaya mampu mencetak gol dan kembali unggul 3-2.
Arema FC terus menggempur pertahanan Persebaya Surabaya untuk bisa menyamakan kedudukan namun hingga babak kedua berakhir, Arema FC gagal mencetak gol dan Persebaya Surabaya berhasil meraih kemenangan tipis 3-2 atas tuan rumah Arema FC.
Kemenangan Persebaya Surabaya ini sekaligus menghentikan rekor tak pernah menang selama 23 tahun di kandang Arema FC.
Kekalahan di kandang dari Persebaya Surabaya inilah yang menyebabkan timbulnya rasa kecewa, marah dan malu dari suporter Aremania.
Kekalahan dari klub rival memang menyakitkan terlebih terjadi di kandang yang selama 23 tahun tak pernah menang.
Rivalitas memang berujung ke HARGA DIRI. Ini yang sulit dihindari apalagi sebelum laga berlangsung telah terjadi perang urat syaraf di media sosial antara dua kubu yang akan bertanding sehingga ketika suporter datang ke Stadion telah membawa tekad dan semangat mendukung klubnya untuk meraih kemenangan. Menang atas rival menjadi harga mati !
Namun ketika HARGA DIRI terusik dengan kekalahan sangat tidak elok untuk dilampiaskan dengan membuat kerusuhan. Tentu saja klub yang didukung bakal menanggung akibatnya.
Arema FC bakal dilarang menggelar pertandingan kandang di sisa pertandingan kompetisi Liga 1 2022-2023 dan Aremania juga bakal dilarang hadir ketika Arema FC bertanding di manapun.
Belum lagi sanksi berat lainnya bakal dijatuhkan untuk Arema FC oleh Komisi Disiplin PSSI.
Bukan tidak mungkin akibat dari kerusuhan ini, konfederasi sepakbola Dunia atau FIFA bakal membatalkan ajang Piala Dunia U-20 di tahun 2023 yang bakal berlangsung di Indonesia.
Bahkan terburuknya, Indonesia bakal kembali dibekukan keanggotaannya dari FIFA karena melakukan pelanggaran dalam statuta FIFA seperti penggunaan gas air mata di dalam Stadion.
Bila hal itu terjadi maka Indonesia dilarang tampil di Piala Dunia U-20 2023, Piala Asia U-20 2023 dan Piala Asia 2023.
Operator Liga 1 PT LIB telah memutuskan untuk menghentikan pertandingan Liga 1 selama satu pekan dan PSSI juga akan membentuk tim investigasi untuk mengusut kerusuhan yan terjadi di Stadion Kanjuruhan.
Kita semua sangat menyesalkan terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yang menimbulkan jatuhnya ratusan korban jiwa.
Semoga peristiwa ini tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Tidak ada sepakbola yang sebanding dengan nyawa manusia.
Innalillahi wainna ilaihi rojiun ..
Turut berduka cita kepada Aremania yang meninggal dunia ..
Sobat, saatnya saya undur diri.
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 2 Oktober 2022