Setelah menjalani hari yang berat bagi suami, akhir nya Sabtu, 22 Juni 2021 kami pergi ke dokter THT di salah satu rumah sakit swasta. Kenapa dokter THT yang kami tuju? Alasan pertama adalah riwayat suami rinitis, dan sebab lain telinga serasa penuh, terdapat benjolan di bawah telinga, disertai dengan mual dan muntah.
Seperti biasa sebelum ke Poli THT, saya harus menyelesaikan semua prosedur pendaftaran. Butuh waktu yang lama untuk mengantri karena banyak nya pasien berobat. Setelah menyerahkan semua berkas ke Poli, kemudian asisten dokter beritahukan dokter datang jam 11.
Karena waktu menunggu masih lama, akhirnya suami memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sehingga dapat beristirahat dengan leluasa di rumah. Memang kondisi badan beliau makin hari makin lemah.
Menjelang jam 11 kami pun sampai di rumah sakit dan langsung menuju Poli THT, karena ini kunjungan pertama jadi masih kaku. Untuk konsultasi dengan dokter pun hanya suami yang masuk.
Semenjak berlangsung nya pandemi, rumah sakit membuat aturan yang sangat ketat bagi semua pasien dan keluarga. Sebelum masuk ruang pendaftaran, petugas akan menanyakan keperluan datang ke rumah sakit. Jika alasan berkunjung, maka kita akan dipulangkan, karena selama covid ditiadakan untuk bertamu. Yang lalu lalang keluar masuk rumah sakit adalah pasien atau keluarga.
Penerapan protokol kesehatan juga sangat ketat mulai dari mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer sebelum masuk, cek suhu tubuh, dan yang paling utama memakai masker Bagaimana dengan menjaga jarak? Ya pastilah sudah diingatkan. Tinggal bagaimana pasien beserta keluarga menjaga keamanan diri masing-masing.
Setelah konsultasi, akhirnya kami segera pulang. Sampai di rumah suami langsung minum obat dan beristirahat.Penyakit yang diderita suami makin hari makin parah. Obat yang diberikan dokter hanya berfungsi menghilangkan nyeri saja. Ketika reaksi obat habis maka nyeri kepala muncul lagi.Bukan hanya kepala yang nyeri, mata mulai bermasalah; tidak fokus dan penglihatan ganda, ditambah pipi yang mulai tak berasa serta ada nya benjolan di bawah telinga dekat dekat tulang rahang.Ya Allah ada apa dengan Suamiku?
Semenjak mengetahui gejala seperti itu, pikiran mulai tak karuan. Ya Allah jangan sampai penyakit ini penyakit yang sama dengan keluarga yang lain. Rasa was-was mulai muncul. Kadangkala air mata luruh dengan sendirinya.Karena belum ada perubahan yang berarti, Sabtu berikutnya kami datang kembali. Kali ini saya ikut masuk menemani suami. Setelah menceritakan gejala yang muncul akhir-akhir dokter kembali meresep obat. Obat yang diresep itu pun tidak membawa pengaruh baik bagi suami.
Karena sudah tidak tahan, maka Rabu pagi tanggal 30 Juni 2021 saya kembali ke rumah sakit untuk mengurus pendaftaran ke Poli THT. Setelah mendaftar saya langsung ke tempat kerja. Seperti biasa jam 11an suami berkonsultasi dengan dokter. Saat itu saya tidak jadi menemani suami karena suami bilang tidak apa-apa sendiri. Akhirnya niat untuk izin diurungkan. Setelah Zuhur ketika break, saya pun menelpon suami dan menanyakan apa hasil konsultasi dengan Dokter. Dengan santai beliau berkata, “Sepulang kerja saja diceritakan.” Saya kembali berkata sambil merengek, “Cerita Yah, please!”. Kembali beliau menjawab,”Sepulang kerja saja.” Saya pun mengalihkan pembicaraan dan akhirnya menutup telpon.
Di otak saya saat itu muncul beberapa kemungkinan, yang pertama kelenjar getah bening atau kanker Nasofaring. Ketika mengingat penyakit ini air mata langsung luruh.Kemungkinan kedua, tidak apa-apa. Alasan suami bercerita karena ingin memberikan kejutan.
Begitulah spekulasi saya saat duduk sendiri. Hati dan pikiran menjadi tidak tenang. Moga baik-baik saja. Saya berusaha memompa energi positif agar pikiran ini juga selalu positif thinking Ketakutan utama saya setelah melihat benjolan tersebut adalah membayangkan penyakit yang akan dialami suami sama persis dengan almh adik kandung beliau. Maka nya pikiran ini benar-benar kacau. Seandainya benar, apa yang harus dilakukan?
Pertanyaan seperti itulah yang sering berkecamuk dalam dada ini. Memikirkan hal seperti ini membuat konsentrasi dan fokus dalam bekerja hilang.
Tapi saya harus membuang pikiran itu jauh-jauh, karena saya tidak mau terjebak dalam dunia khayalan yang menyesat dan mematikan.Sebenarnya jantung ini tiada berhenti berdebar setelah mendengar jawaban suami. Tapi rasa was-was hilang ketika sibuk dengan pekerjaan yang dilakukan hari itu.
Menjelang magrib, saya sampai di rumah. Karena sangat penasaran maka saya langsung menemui suami. Masih dalam posisi berdiri pakaian dinas lengkap dengan tas saya mendengarkan beliau bicara, “Ayah positif kanker Nasofaring.”Dunia ku benar-benar hancur saat itu. Kemungkinan terburuk yang ada di pikiran ternyata benar. Tapi hati kecil ku masih tak percaya.
“Bagaimana mungkin dokter memvonis seperti itu?” Suami kembali menjelaskan, “Ketika bertemu dokter, ayah menceritakan semua yang ayah rasakan setelah penjelasan tersebut dokter kembali menganalisa dan kemudian meneropong (endoskopi) lewat hidung dan hasil endoskopi tersebut terdapat nya beberapa benjolan seperti tumor.”Untuk lebih meyakinkan, dokter meminta melakukan CT-SCAN.
Tubuh ini terasa lemah tak bertulang. Entah ekspresi apa yang muncul. Mulut tak bisa berkata-kata seakan tubuh ini mati. Seandainya suami tidak menyapa dan menyuruh membersihkan diri, mungkin saya masih berdiri seperti patung tiada ekspresi apapun di wajah. Dengan perasaan sangat tidak nyaman, saya pun meletakkan semua alat tempur dan langsung ke kamar mandi.
Di kamar mandi inilah segala luapan emosi muncul. Suara isakan tangis beradu dengan keras nya bunyi air yang jatuh. Tidak tahu lagi mana air mata dan air siraman mandi. Semua menyatu dalam satu aliran yaitu hanyut dan mengalir. Batin terus berkata, ” Aku Harus kuat dan tegar.” Tidak boleh menampakkan kesedihan apalagi air mata di hadapan suami. Aku harus tampak seperti biasa-biasa saja.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku pura-pura baik-baik saja meskipun mata tak bisa berbohong. Untuk menenangkan pikiran, aku bersujud kepada Sang Kholik untuk kesembuhan suami. Lagi dan lagi air mata mengalir tiada henti.
Ya Allah semoga apa yang disampaikan tidak benar ada nya. Ya Allah Ya Robbi, semoga keluarga kami baik-baik saja. Semoga suami segera sembuh. Aamiin.