Setelah tiba di aruang echo jantung, saya menanyakan petugas apakah Surat pengantar ini benar dialamatkan ke sini? Petugas itupun melihat dan membaca nya dan menjawab benar, tapi untuk masuk ke sini harus ada hasil ronsen dada dan hasil swab.
Saya sempat bingung, dan mengiyakan. Lalu saya kembali ke lantai 3 untuk meminta pengantar ronsen dada dan swab.
Di lantai tiga pun, dokter sempat heran, masa diminta hasil swab? Setelah ada sedikit kebingungan, akhirnya semua bisa terselesaikan.
Dengan membawa surat pengantar, saya pun kembali menuju ruang lab. Di sana saya mengetahui bahwa pendaftaran swab hanya bisa dilakukan pagi hari sampai jam 10.00. Karena jam istirahat, saya beserta suami pun kembali ke rumah singgah. Di perjalanan menuju rumah singgah, kami pun menyempatkan membeli makan siang. Suami hanya dibelikan bubur sumsum, puding, dan buahan semangka, sementara saya membeli telur dadar beserta udang. Kami pun menyusuri jalan. Hal yang paling saya takutkan adalah menyeberang jalan karena kondisi motor dan mobil menggunakan kecepatan tinggi.
Sebenarnya ada jembatan penyebaran karena jalannya agak jauh jadi Kami memilih jalan tercepat yaitu memotong laju kendaraan. Kami pun terus berjalan lebih kurang 100 meter menuju rumah singgah. Sesampai di rumah, suami langsung mencuci tangan dan kaki tak lupa mengganti baju.
Suami pun Beristirahat sejenak.
Saya melakukan hal yang sama, kemudian saya pun makan siang.
Sekitar jam 1 kami pun kembali ke rumah sakit. Tidak menunggu sangat lama, suami pun masuk laboratorium untuk pengambilan sampel darah. Setelah selesai suami pun bergegas pulang. Sementara saya menunggu pengambilan obat.
Benar- benar hari yang melelahkan terutama buat suami. Kondisi nya makin hari makin melemah sehingga membuat dia cepat lelah.
Makanan utama yang dikonsumsi adalah susu nutrican, aneka macam juice, makanan lunak, dan makanan basah sejenis juice. Hanya itulah yang bisa dikonsumsi suami.
Menghabiskan hari, saya menyibukkan diri dengan menulis. Saya menulis apapun yang saya suka dan menulis apapun yang terlintas di kepala saya. Dengan menulis dapat mengurangi beban saya. Dengan menulis saya tidak larut dalam kesedihan. Dengan menulis, saya bisa mencurahkan isi hati dan melepas segala kegalauan.
Semoga setelah mengalami Penanganan pertama nantinya, kondisi suami makin membaik sehingga saya bisa melihat senyuman, kecerahan, dan kesegaran di tubuh suami.
Saya hanya bisa berdoa semoga suami tetap sehat dan kuat meskipun kondisi nya makin melemah. Semoga dengan memasrahkan diri kepadaNya kami tetap sabar dan tegar dalam menjalani cobaan ini.
Semoga hasil cek darah suami hari ini bagus sehingga bisa melakukan kemoterapi nantinya dan semoga tiap perjalanan kami diberikan kemudahan. Aamiin.