Minggu malam, 18 Juli 2021, melihat kondisi suami yang makin melemah dan kurang istirahat, membuat saya terus berpikir. Apa yang harus dilakukan?
Nyeri untuk sementara bisa diatasi dengan obat nyeri tapi untuk tidur yang kurang karena selalu gelisah membuat suasana hati beliau tidak tenang. Aku harus memutar otak, apa yang mesti dilakukan agar rileks dan bisa tidur.
Aku mencoba searching di internet mana tahu ada yang bisa membantu keluhan beliau. Ketika asik membaca info seputar kesehatan, tiba-tiba saya bertemu dengan sebuah artikel tentang Headache Cluster. Saya mencoba membaca dan memahaminya. Kebetulan sekali ciri-ciri dari penyakit yang diderita suami hampir mirip dengan penyakit ini. Saya pun meminta suami membacanya. Karena kondisi Mata kiri beliau tidak baik-baik saja, beliau meminta saya yang membaca nya.
Saya membaca nya dengan nyaring sementara beliau mendengarkan nya. Adapun ciri yang sama yang saya maksud adalah kepala kiri nyeri, penglihatan ganda, pipi kebas atau mati rasa, tidur tidak nyenyak, disertai mual muntah. Meskipun tidak sepenuhnya sama, paling tidak ada gejala yang sama. Setelah mengetahui informasi tersebut, saya membujuk suami untuk ke dokter syaraf.
Senin 19 Juli 2021, seperti biasa saya berangkat kerja, sebelum ke tempat kerja, saya mampir ke rumah sakit untuk mendaftarkan suami ke dokter syaraf. Ternyata Pendaftaran ke dokter syaraf memerlukan waktu yang lama untuk mengantri karena banyak nya pasien. Saya harus bersabar mengantri lebih lama dari biasanya.
Menunggu adalah hal yang membosankan, untuk menghilangkan bosan, kumulai menulis, merangkai kata menjadi kalimat dari kalimat menjadi paragraph. Paragraph demi paragraph dihasilkan hingga menjadi sebuah cerita singkat.
Panggilan no antri yang ku pegang membuat aku berhenti menulis. Jam 9 lewat proses pendaftaran baru selesai selanjutnya saya menyerahkan bukti pendaftaran ke bagian poli. Tidak lupa saya menanyakan jam berapa dokter datang. Dengan santai asisten dokter menjawab, “Dokter datang lebih cepat dari biasanya karena besok lebaran Idul Adha dan Pak Rinto adalah pasien Keenam, sekitar jam 10 dokter sudah datang.”
Mendengar penjelasan asisten dokter, saya pun segera menelpon suami karena waktu konsultasi tidak lama lagi. Beliau pun butuh waktu untuk bersiap-siap dan datang ke rumah sakit. Setelah melihat kondisi dan situasi akhirnya saya membatalkan ke tempat kerja, tentu saja saya sudah izin sebelumnya.
Setelah menunggu beberapa saat, kami pun masuk ke ruangan dokter. Dokter menanyakan keluhan suami, tentu saja suami bercerita dan ditambahkan oleh saya bagian yang terlewatkan. Kemudian dokter melihat hasil CT-SCAN dan membacanya. Hasil bacaan beliau sama dengan dokter yang menangani suami dan kankernya sudah menyebar ke bagian leher. Banyak hal yang kami tanyakan termasuk alasan kami datang. Jangan sampai gara-gara ke dokter syaraf menjadi masalah ke depannya.
Setelah konsultasi, obat pun diresepkan untuk suami. Selanjutnya kami kembali menemui asisten dokter dan menebus obat yang dimaksud. Tidak butuh waktu lama menunggu untuk mendapatkan obat. Kemudian kami pulang.
Sesampai di rumah saya selalu mengingatkan suami untuk bersih-bersih dan berganti pakaian. Setelah nya suami meminum obat dan istirahat.
Alhamdulillah, inilah kali pertama beliau benar-benar istirahat. Tidurnya sangat nyenyak. Saya pun tidak tega membangunkan nya untuk makan. Aku bersyukur beliau bisa istirahat dengan nyaman sehingga bisa mengusir lelah yang ditanggung selama ini. Suami bisa tidur saja membuat jiwa ini sangat bahagia, apalagi mendapat berita yang lebih besar dari ini, bisa-bisa aku menangis dan bersujud.
Terima kasih untuk hari ini Tuhan, semoga kami terus mampu bersabar dan iklas menjalani ujian ini. Semoga kami mampu bertahan dan tetap istiqomah. Aamiin.