Diary vs Blog

Hobi, Terbaru27 Dilihat

Blog
Apakah Kalian dulu pernah memiliki diary atau semacam buku yang berisikan catatan pribadi Kalian? Pada masa dulu, diary cukup populer. Para remaja memiliki sebuah buku yang berisikan hal-hal yang bersifat pribadi dan rahasia. Mereka rata-rata menuliskannya setiap hari. Fungsi diary kini sebagian diubah menjadi blog.

Aku dulu pernah memiliki diary. Sebuah buku tulis kuubah menjadi sebuah catatan yang sangat pribadi. Semua hal kutulis disitu, ketika kecewa, marah, senang, atau pada saat mulai menyukai lawan jenis.

Saat itu aku aktif menulis diary pada saat duduk di bangku SMP dan SMA. Pada saat SD aku punya beberapa sahabat pena, tempat aku juga suka bertukar cerita hal-hal yang bersifat keseharian. Lalu pada saat duduk di bangku kuliah, aku mulai menuliskannya di komputer. Ada folder rahasia yang sekarang aku juga lupa passwordnya hahaha.

Usai buku diary dan menuliskannya sebagai sebuah file di komputer, kini aku mulai menggantikan fungsi diary dengan blog. Sebagian isi blogku adalah catatan keseharian. Hanya tentunya tak bersifat terlalu pribadi dan rahasia. Isi blog tetap sesuatu yang kiranya masih bisa dibaca orang lain, tak semuanya bisa dibagikan di sana.

Rupanya fungsi diary tak bisa sepenuhnya digantikan oleh blog. Masih ada batas-batas area yang tak bisa dialihfungsikan ke blog.

Cerita emosi tiap hari, kekesalan terhadap kawan, pertengkaran, dan sebagainya rasanya tak pantas dibagikan melalui blog. Begitu pula apabila terjadi keributan atau hal-hal pribadi seperti isi rekening dan lain-lain.

Ada kalanya kita ingin bercerita soal emosi dan hal-hal yang bersifat super rahasia. Hal tersebut membuat kita merasa lega.

Sepertinya aku perlu memiliki sebuah diary lagi, seperti dulu. Karena blog memang belum cukup ampuh untuk menggantikan diary, meski misalkan diset hanya dibaca untuk pribadi, tapi datanya ada di awan, bisa bocor jika sistem keamanan penyedia platform suatu ketika diretas.

Gambar dari pixabay

Tinggalkan Balasan