Fatih celingak celinguk mencari-cari sesuatu di lantai kelas. Ia menggeser-geser kursi dan terus menelusur ke bawah meja.
“Kamu cari apa sih Fatih?” tanya Nabila yang heran dengan Fatih yang sedari tadi mondar mandir tidak karuan.
“Aku kehilangan uang nih Bil. Bantu aku cari donk!” jawab Fatih dengan muka kusut.
“Hilang? Berapa?” Nabila bertanya dengan nada kaget
“Sepuluh Ribu Bil,”
“Wah banyak itu. Kamu tidak tanya teman-teman saja. Mana tahu ada yang lihat,”
“Sudah kutanya Bil. Tapi tidak ada yang menemukan uangku. Mereka jujur gak ya?”
“Huss, jangan berfikir yang tidak-tidak Fatih. Kita coba cari dulu,” ucap Nabila sambil melihat-lihat ke sudut-sudut ruangan,”
Ketika mereka sedang mencari-cari, bel pengumuman berbunyi. Terdengar suara Pak Sam mengumumkan berita. Fatih dan Nabila mendengar dengan seksama.
“Bagi yang merasa kehilangan uang, harap menemui Pak Sam di kantor,”
Fatih dan Nabila saling berpandangan.
“Ayo Fat. Itu pasti uangmu,”
“Iya Bil, aku akan segera menemui Pak Sam,” ucap Fatih sambil bergegas ke kantor.
Sesampai di ruang guru, Fatih melihat Pak Sam sedang duduk bersama guru-guru yang lain. Fatih menghampiri Pak Sam dan menjelaskan tentang uangnya yang hilang.
“Permisi Pak, maaf mengganggu. Tadi Bapak mengumumkan kehilangan uang kan?” tanya Fatih.
“Oh ya benar. Uangmu hilang? Berapa?”
“Sepuluh ribu Pak.”
“Sepuluh ribu? Kau yakin uangmu hilang sebanyak itu? Karena uang yang Bapak temukan hanya lima ribu?”
“Benarkah Pak?”
“Iya Fat. Coba kau ingat-ingat lagi. Apa mungkin uangmu pecahan lima ribu dua lembar?”
“Tidak Pak, saya tidak punya uang lima ribuan. Baiklah kalau begitu Pak. Sepertinya yang Bapak temukan bukanlah uang saya. Terima kasih ya Pak. Saya undur diri dulu,” ucap Fatih sopan.
“Baik Fatih. Semoga uangmu segera ketemu ya. Bapak juga akan membantu melihat-lihat. Mana tahu ada uang sepuluh ribu tercecer di sekolah ini,” ucap Pak Sam.
“Baik Pak. Terima kasih,”
Fatih pun kembali ke kelas dengan langkah gontai. Sebenarnya, Fatih sudah janji pada adiknya untuk membelikan es krim sepulang sekolah nanti. Namun dia tidak punya uang lagi. Fatih sudah mencari ke mana-mana namun uang itu tidak ditemukan.
“Kok wajahmu masih kuyu begitu Fatih? Bukankah uangmu sudah ketemu?” tanya Nabila penasaran.
“Ternyata itu bukan uangku Bil. Uang yang ditemukan Pak Sam itu pecahan lima ribuan,”
“Oh begitu, coba kamu ingat-ingat lagi perjalananmu dari rumah hingga sekolah. Dengan begitu kita bisa menerka di mana uangmu jatuh,” usul Nabila.
“Aku tadi diberi uang oleh Ibu sepuluh ribu Bil. Di dalam tasku sudah ada sepuluh ribu sisa uang jajanku beberapa hari yang lalu. Jadi total uangku semuanya dua puluh ribu. Nah di perjalanan aku membeli nasi goreng lima ribu. Lalu di kantin, aku membeli kue empat ribu dan minuman seribu.”
“Oke berarti total jajanmu adalah sepuluh ribu,” sahut Nabila.
“Berarti masih ada uangmu sepuluh ribu lagi. Apa mungkin tercecer di kantin? Kita kan tadi berdesakan saat jam istirahat.”
“Tidak Bil, aku hanya membawa uang lima ribu ke kantin dan aku menghabiskan semuanya.”
“Sepuluh ribu lagi kamu simpan di tas?” tanya Bila.
“Oh ya ampun, aku melupakan sesuatu!” tiba-tiba Fatih terpekik. Dia yang awalnya berdiri lesu langsung tegap dan tersipu.
“Kamu kenapa Fat? Apa yang kau lupakan?” Nabila jadi tambah penasaran.
“Aku baru ingat waktu aku membeli nasi goreng, aku membelikan dua bungkus lagi untuk kakak adik yang menyemir sepatu di samping warung tersebut. Pantas saja uangku habis semua.”
“Ya ampun Fatih…kau ini benar-benar pelupa ya. Aku sudah kebingungan sejak tadi mencari uangmu yang hilang.”
“Hahaha, kok aku bisa lupa ya. Ini gara-gara janjiku pada Nesya. Aku janji membelikannya es krim tapi aku tak kunjung menepatinya. Makanya aku jadi lupa segalanya,” Fatih tergelak dengan tingkahnya sendiri. Dia juga malu karena sudah merepotkan teman-temannya. Begitupun Nabila, dia juga ikut tertawa melihat temannya yang pelupa sekaligus bangga ternyata temannya suka berbagi dengan sesama.