Ada pohon beringin besar di tengah desa. Konon katanya pohon itu ada penunggunya. Anak kecil tidak boleh datang ke sana tanpa ditemani orang tua. Beringin itu dihinggapi oleh merpati pada sore dan malam hari. Terkadang di pagi hari ada juga merpati yang hinggap dan bermain-main di sana. Namun tidak di tengah hari. Menurut cerita, pada saat itu terdengar suara-suara aneh dari dalam pohon. Seperti suara seorang bocah kecil yang memanggil manggil.
“Nek, apa benar pohon beringin itu ada hantunya?” tanya Firda kepada neneknya,
“Iya, jangan ke sana ya Fir nanti kamu dibawa oleh penunggu beringin itu,” kata Nenek sambil membesarkan bola matanya.
“Dibawa kemana Nek?” bulu kuduk Firda merinding mendengar cerita Nenek.
“Ya dibawa ke dalam pohon itu. Penunggu pohon beringin juga anak kecil seperti kamu ini. Dia suka cari teman tengah-tengah hari. Makanya jangan berkeliaran di luar kalau sudah pulang sekolah,” ucap Nenek.
“O jadi karena itu ada suara yang memanggil-manggil di tengah hari. Penunggunya mencari teman untuk bermain. Begitu ya Nek?” tanya Firda yang ketakutan mendengar cerita Nenek.
“Iya tentu saja,” jawab Nenek pendek.
Firda sebenarnya tidak terlalu percaya dengan cerita hantu penunggu beringin. Namun ia tetap takut kalau melewati pohon itu. Suatu kali pernah ia dan teman-temannya iseng mendekati pohon itu waktu pulang sekolah. Namun segera disuruh pulang oleh orang yang lewat. Daus, teman sekolah Firda adalah anak yang selalu menanyakan kebenaran hantu beringin. Dia mengajak Firda dan kawan-kawan membuktikan sendiri suara aneh itu benar atau tidak.
“Lo, kok diam saja? kamu takut ya?” tanya Nenek membuyarkan lamunan Firda.
“Iya Nek, tapi penasaran juga. Nenek pernah mendengar suara bocah memanggil-manggil itu?”
“Nenek gak pernah dengar sih. Lagi pula Nenek mana berani ke sana di tengah hari. Hanya saja cerita tentang hantu beringin itu sudah ada sejak zaman nenek buyutmu,” terang Nenek.
“Bagaimana sih Nek cerita itu bermula?”
“Dulu ada seorang anak yang suka sekali bermain. Rumahnya di dekat pohon beringin itu. Waktu itu pohon itu masih kecil. Belum sebesar sekarang. Ibunya kewalahan dengan anaknya yang selalu keluyuran dan bermain terus dengan teman-temannya. Sampai ia lupa makan dan istirahat. Akhirnya sang ibu tidak membolehkan anaknya keluar rumah di siang hari. Namun ia menolak. Anak itu terus saja bermain dan tidak mau patuh dengan orang tuanya. Hingga akhirnya ia sakit karena sering terlambat makan dan jarang istirahat. Ia hanya berbaring saja di tempat tidur dan tidak bisa bermain lagi seperti biasa. Ibunya sudah memberi banyak ramuan obat-obatan namun ia tidak kunjung sembuh. Hingga sang anak meninggal dan dikuburkan di bawah pohon beringin.”
“Sedih juga ceritanya ya Nek,” kata Firda dengan wajah sedikit ketakutan.
“Wah wah, cerita apa ini? Seru sekali sepertinya,” tiba-tiba Ibu sudah ada bersama Nenek dan Firda.
“Ini Bu, cerita tentang bocah penunggu beringin. Apa Ibu pernah mendengar suara bocah memanggil-manggil dari pohon itu?” tanya Firda kepada ibunya.
“Belum pernah dengar. Kenapa? Kamu mau mendengarnya?” goda Ibu.
“Hiy, enggaklah Bu. Aku takut. Nanti aku malah dibawa ke dalam pohon itu dan tidak bisa kembali lagi,” jawab Firda.
“Wah menakutkan sekali ucapanmu itu Nak. Ya sudah, ayo kita tidur siang,” ajak Ibu kepada Nenek dan Firda. Nenek dan Firda mengangguk sambil pergi ke kamar masing-masing.
Saat Firda sudah di tempat tidur, Ibu datang menghampirinya. Menyuruhnya untuk tidak lupa berdoa sebelum tidur.
“Ibu, apa benar cerita Nenek soal hantu penunggu beringin itu Bu?” tanya Firda yang masih penasaran dengan bocah penunggu beringin.
“Kamu masih penasaran ya?”
“Iya Bu,”
“Begini Nak, cerita itu sudah ada turun temurun sejak beringin itu ada. Sudah lama sekali. Namun Ibu belum pernah mendengar orang yang Ibu kenal mendengar suara bocah yang memanggil-manggil seperti cerita yang kita dengarkan. Namun bukan berarti kita harus menyalahkan cerita yang sudah diwariskan terus menerus itu. Setiap cerita pasti ada makna dan tujuannya. Kita tidak boleh menyalahkan, menganggap cerita itu kebohongan dan lain sebagainya. Yang perlu kita lakukan adalah mendengarkan, belajar dan memaknai cerita itu untuk diambil manfaatnya,”
“Memangnya manfaatnya apa Bu?”
“Banyak pesan yang terkandung dari cerita itu Sayang. Seperti tidak boleh bermain secara berlebihan sampai lupa makan. Kalau kita makan tidak teratur, suatu hari kita bisa terkena penyakit asam lambung. Kalau sudah kronis, penyakit itu akan membahayakan hidup kita. Lalu jangan lagi berkeliaran di luar rumah sepulang sekolah. Tengah hari adalah waktu kita untuk makan dan tidur siang. Tidur siang itu besar sekali manfaatnya bagi kesehatan dan kecerdasan. Bagi anak-anak, tidur siang akan membuat tubuh lebih bugar dan meningkatkan daya ingat. Makanya Ibu selalu membiasakan Firda untuk tidur siang. Sorenya barulah kita jalan-jalan dan bermain bersama kawan,” terang Ibu.
“O seperti itu ya Bu, kalau begitu aku tidak takut lagi dengan penunggu beringin itu. Aku juga akan makan teratur dan tidur siang yang cukup.”
“Yakin kamu tidak takut lagi?” goda Ibu.
“Ah, Ibu ini. Aku kan anak pemberani,” jawab Firda.
“Ya sudah, tidur siang terus ya. Jangan lupa berdoa,”
“Baik Bu,” ucap Firda.