Sejak pulang dari undangan tadi, aku mencoba mencari informasi tentang Intan. Tapi sepertinya Bunda berusaha menghindariku.
Waktu berlalu malam menjelang, rasa kesalku kepada Bunda bertambah ketika Bunda mengatakan tidak jadi mengkhitbah Intan untuk diriku besok malam seperti janjinya tadi siang sewaktu undangan.
Dengan mood yang hancur aku mencoba menjemput mimpi tapi kantukku tidak mau hadir, akhirnya aku coba berselancar mencari instragram Intan, bukan tanpa alasan aku mencarinya. Pasti sekarang semua orang menggunakan instagram bantinku.
Selama dua jam aku mencari tapi setiap instragram yang aku buka bukan Intan yang aku cari ketemunya, akhir aku mengalah pada kantuk yang datang menyelami mimpi berharap bertemu degnan Intan.
***
Berangkat bekerja seperti bisa, menatap Bunda yang kelihatanya tidak memberikan sinyal akan rencara khitbah nanti malam, dengan rasa kesal aku meraih tangan Bunda menciumnya dan melangkah lesu meninggalkan rumah menuju kantor.
Hariku kacau, bayangan Intan selalu menganggu. Aku tidak mau dianggap tidak bertanggung jawab dan mematikan reputasiku, tapi sampai sore menjelang pulang tidak ada tanda – tanda bunda akan merealisasikan janjinya kepada Intan.
Mobil sudah sampai di depan rumah, aku melihat rumah tetangga kami ramai, seperti akan
ada hajatan saja. Aku tidak tertarik dengan hal mereka, melangkah masuk ke rumah setelah memberi salam dan langsung menuju kamar, membersihkan diri dan mengenakan sarung serta peci karena azan magrib sudah berkumandang.
***
Semakin dekat dengan rumah aku merasa tidak hanya rumah tetangga kami yang ramai, tapi rumahkupun terlihat beberapa orang sudah datang. Salamku mengema, melihat Pakcik dan Makcikku sudah duduk diruang tamu bersama seserahan yang biasanya dibawa untuk melamar anak orang.
Netraku mencari keberadaan Bunda, melangkah cepat mencari bunda kekamarnya setelah tidak menemukan Bunda di setiap sudut rumah. Menekan handel pintu, mengucapkan salam sambil menjengah ke dalam kamar Bunda, sampai kesemua titik di kamar Bunda tapi aku tidak melihat adanya Bunda di sana. Dengan nafas kesal aku menutup kembali pintu kamar Bunda, hampir saja jantungku berhenti ketika membalikkan badan Bunda berdiri dibelakangku.
“Cepat siap – siap, katanya mau mengkhitbah Intan.” Setelah menepuk bahuku, Bunda berlalu menuju keramaian di ruang tamu mereka bercengkrama tawa tak lepas dari wajah mereka.
***
Melangkah keluar rumah mengikuti langkah rombongan, aku dibuat terpaku tujuan kami adalah rumah tetangga. Semakin dekat rumah tetanggaku, pikiranku semakin bingung, tidak pernah melihat ada bidadari di sana jangan – jangan Bunda sedang melucu. Tidak mungkin Si Indah yang baru masuk SMP yang akan di khitbah untuk diriku.
Akhirnya aku bisa bernapas lega ternyata, Intan baru saja pulang setelah hampir empat tahun belajar di pasantren, pantas saja auranya beda. Tak pernah menyangka gadis kecil yang dulu aku kenal menjadi bidadari yang akan menjadi jodohku.***
#TantanganGurusiana