Seindah Pelangi (2)

Aku langsung menelepon ibu, “ Assalamualaikum, Aisyah sudah dikapal bu, kapal sudah jalan 10 menit yang lalu,” aku menjelaskan kepada ibu.

“ Alhamdulillah, jam 18.20 ibu akan meminta adikmu untuk menjemputmu ke pelabuhan,” ku dengar suara ibu di seberang sana.

“ Terima kasih ibu, Aisyah tutup telponya ya. Sambil mengucapkan salam.”

Aku melihat ke pesan ke dua, aku meneliti nomor pengirim. Karena tidak ada nama yang tertera pada pesan ini. Aku menekan isi pesan, aku membaca teks yang tertulis di pesan.

“ Sudah mendapatkan tempat diduduk dikapal Aisyah, ini nomor teleponku. Mudah – mudahan kita bisa menjadi teman walaupun tidak lagi mengikuti seminar, tulis Aditya.

Aku tersenyum membaca pesan yang dibuat oleh Aditya, ternyata dia tidak seperti yang ku duga.

Sudah beberapa kali aku mengikuti seminar, dan sudah beberapa kali berkenalan dengan peserta laki – laki. Saling bertukar nomor telpon, berjanji akan menelpon tapi tidak ada yang pernah menepati janjinya untuk menelepon kembali.

Aku tidak merasa memberikan nomor telephonku kepada Aditya, aku melihat ada pesan satu lagi dari Aditya, aku membacanya “ Maaf aku mendapatkan nomor teleponmu sewaktu mengisi daftar hadir tadi, selama seminar Asiyah tidak banyak berbicara aku yang lebih banyak berbicara.”

Pesan kedua ini menjawab pertanyaan ku darimana Aditya mendapatkan nomor telephonku. Aku hanya tersenyum, dalam hati aku berkata, “ Besok juga sudah lupa.”

Aku menutup handphoneku, karena tidak ada lagi pesan yang harus ku baca.

Untuk mengusir kantuk yang sedari tadi sudah mengantung di mataku, aku memejamkan mataku, lumayan satu jam aku bisa tidur.

Kapal berjalan tidak terasa, bunyi pemberitahuan oleh awak kapal membangunkanku.

“ kapal sudah memasuki pelabuhan Tanjung Balai, bagi penumpang diharapkan untuk bersiap – siap turun. Pasti barang anda tidak ada yang tertinggal.”

Aku meluruskan pinggang dengan berdiri ditempat dudukku, memastikan semua barang bawaan ku tidak ada yang tertinggal di kapal. Aku duduk kembali, karena kapal masih harus bersandar di pelabuhan. Ini akan memakan waktu sekita lima belas minit. Aku tidak pernah mau terburu – buru untuk turun dari kapal seperti yang dilakukan oleh penumpang lain. Kapal tidak akan berangkat kemana – mana, daripada berdesak –desak turun, lebih baik santai karena ini pelabuhan terakhir kapal hari ini.

 

Kadang – kadang heran aku dengan penumpang yang menaiki kapal, setiap ada pengumuman kapal akan sampai ditempat tujuan, pasti berdesak – desakan untuk turun duluan seperti kapal akan langsung berangkat sehingga tidak bisa turun.

Aku mengatur langkah setelah melihat penumpang yang didepan sudah tidak berdesakan lagi, menuju pintu keluar kapal. Alhamdulillah, aku sudah sampai kataku dalam hati.

Berjalan menuju poton, aku melihat adikku sudah menunggu. Aku melambaikan tangan kearah adikku.

Beberapa hari sudah berlalu, aku hampir lupa dengan Aditya. Aku sudah disibukkan dengan kerja kantor yang membutuhkan perhatianku.

Siang ini,  jam makan siang aku melihat pesan dari nomor Aditya mengirim pesan. Aku membuka pesan yang masuk ke handphone ku, dan membacanya “ Assalamualikum, Aisyah apakabar? Maaf menganggu makan siangnya, tapi aku tidak bisa menunggu lama lagi. Sudah beberapa hari ini tidak bisa makan siang karena tidak ada kabar dari Aisyah. Aisyah belum menjawab pertanyaanku apakah kita bisa berteman?”

Aku hampir melupakan yang namanya Aditya, kenalan baru sewaktu mengikuti seminar di Batam. Aku memutuskan untuk menjawab pesan dari Aditya ini.(bersambung)

Tinggalkan Balasan