Jam tanganku sudah menunjukkan jam 19.45, sudah 45 menit Aditya terlambat dari jam yang sudah kami sepakati bersama. Ini bukan yang pertama kalinya buat Aditya melanggar janjinya kepadaku. Untung saja tadi aku mengatakan kepada kedua orang tuaku bahawa Aditya datang jam 20, seandainya aku mengatakan jam yang sudah menjadi kesepakan kami, aku yakin ayah semakin tidak akan menyukai Aditya.
Entahlah aku tidak tahu, apakah ini yang dikatakan cinta buta. Aku melihat semua kelemahan pada Aditya, tapi aku selalu berkata pada hatiku aditya pasti akan berubah perlahan – lahan aku akan mengajarkan Aditya cara untuk menghargai waktu. Seperti aku yang sudah di didik oleh ayah ibuku untuk selalu menghargai waktu.
Kalau diingat kembali, saat pertama kali aku berjumpa dengan Aditya. Aku seharusnya sudah tahu laki – laki yang bernama Aditya ini adalah orang yang tidak tepat waktu. Undangan untuk menghadiri seminar sudah jelas tertulis jam 7.30, acara seremonial untuk seminar sudah satu jam yang lalu. Kami peserta seminar sedang mendengarkan penjelasan dari pemateri dengan serius, tiba – tiba sesosok laki – laki dengan menghendap duduk di sampingku. Pantas saja kursi disebelahku kosong, aku pikir orangnya tidak bisa hadir disebabkan sesuatu yang tidak bisa ditinggalkanya.
Sambil berbisik laki – laki yang baru saja datang berkata “ namaku Aditya, belum masuk materi yang beratkan,” lelaki yang bernama Aditya itu menolehkan mukanya dan menatapku. Mau tidak mau aku melihat kepadanya dan berkata “ menurutku materi yang disampaikan sudah dari tadi inti seminar ini, maksud anda dengan materi berat saya tidak mengerti? Aku balik bertanya.
Aku meletakkan jariku di mulutku, menandakan aku tidak mau diganggu dengan pertanyaan yang menurutku tidak penting dari laki – laki yang baru saja duduk disebelahku. Untungnya isyarat yang ku berikan memberikan efek langsung kepada lelaki tersebut, selama satu setengah jam kedepan aku tidak melihat lelaki tadi mengeluarkan suara dari mulutnya. Lelaki yang duduk disebelahku memperhatikan pemateri memberikan penjelasan di depan sana.
Jam 10.30 coffeebreak, waktunya kami peserta seminar untuk meluruskan kaki dan badan setelah hampir dua jam setengah duduk mendengar isi seminar. Kami dipersilakan oleh panitia untuk menikmati makanan kecil beserta kopi dan the.
Belum sempat aku berdiri sempurna dari kursiku, lelaki yang duduk disebelahku mengulurkan tangan sambil mengucapkan kata “ perkenalkan namaku Aditya, aku dari Tanjung pinang.
“ Anda dari mana, lucu rasanya jika kita tidak saling kenal. Selama satu hari kita akan duduk berdampingan,” katanya lagi.
Aku tidak mau dibilang sombong, sambil mengulurkan tangan aku menyebutkan namaku “ Aisyah, dari Karimun,”
Pantas saja anda tidak terlambat, pasti anda sudah dari kemarin ada di Batam. Tanpa aku bertanya Aditya mengatakan alasan keterlambatanya menghadiri seminar ini.
“ Aku malas untuk menginap di Batam, dari Pinang ka nada kapal pagi. Paling aku terlambat sebentar. Aku kira itu tidak menjadi masalah” katanya lagi.
Aku hanya tersenyum mendengar penjelasanya, kami keluar ruangan bersama dan menghabiskan coffeebreak bersama juga.
Aditya lelaki yang cukup simpatik menurutku, biasanya aku agak susah untuk cepat akrab dengan orang yang baru ku kenal.
Seminar kali ini, tidak sama dengan seminar sebelumnya, mungkin ada Aditya yang sering mengisi seminar dengan kata – kata lucunya yang menghilangkan rasa kantukku.
Tanpa terasa seminar sudah usai, jam tanganku menunjukkan jam 16.30 aku harus bergegas untuk ke pelabuhan. Kapalku akan berangkat ke karimun tepat jam 17.00 nanti. Aditya menawarkan jasa untuk mengantar ku kepelabuhan, selama perjalanan kepelabuhan yang memakan waktu 10 menit tidak terasa.
Kapalku tepat waktu 17.00 sudah bergerak meninggalkan pelabuah hourbay batam, aku duduk di salah satu kursi penumpang, karena melihat tidak banyak penumpang aku mencari tempat yang di sebelahku yang aku pastikan tidak ada yang akan duduk. Aku sengaja mencari tempat seperti itu untuk melihat WA ku, karena dari aku membeli tiket kapal sampai menuju kapal aku mendengar nada notifikasi beberapa kali berbunyi. Pasti ada yang mewahstapp ku, setelah yakin tidak ada yang akan duduk disampingku, aku membuka handphone ku.
Ternyata benar ada beberapa pemberitahuan yang ku terima, pertama dari ibu yang menanyakan apakah aku tidak ketinggalan kapal. Jika ketinggalan kapal aku bisa menginap dirumah saudaraku. Ibu sudah menelpon Mak Ngah ku memberitahukan jika aku tidak terkejar kapal tolong di jemput dan menginap semalam di rumah Mak Ngahku. (adik ibuku yang nomor 3) (bersambung)
Salam fiksiana ibu Siti Nurbaya. Lama saya tidak menulis cerpen. Jadi ingin menulis cerpen lagi.