PANTANG BERBUAH DUA KALI

Filosofi215 Dilihat

Sofia

Menikmati kebersamaan dihari libur bersama lima pandawaku sangat menyenangkan, makan bersama bekerja bersama, tertawa dan bercanda bersama. Diakhir pekan ini kami panen pisang bersama. Ada kebahagian terpancar diwajah mereka saat mampu menumbangkan pohon pisang yang sudah tua dan mengambil buahnya secara utuh, Kerjasama yang baik membuahkan hasil yang baik juga.

Pisang buah yang selalu ada sepenjang masa dan tidak mengenal masa. Pisang sangat kaya manfaat, mulai dari akar, sampai isi dalam dari batang yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Batang juga dapat jadikan pakan ternak, sedangkan anak-anak dipinggir sungai akan menjadikan batang pisang sebagai alat transportasi. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus makanan, jantung pisang cocok dujadikan sayuran ibu menyusui. Karena kandungan dalam jantung pisang yang dapat meningkatkan kualitas ASI. Bahkan anak-anak juga menggunakan pelepah pisang untuk mebuat aneka permainan, seperti pistol-pistolan, kuda-kudaan dan lain sebagainya.

Pisang tanaman kaya manfaat yang berkembang biak dengan tunas. Pohon pisang yang sudah cukup umur akan berbuah sesuai dengan waktunya. Buah pisang sangat enak, kaya vitamin dan manfaat. Buah pisang dapat mengatasi masalah pencernaan pada manusia, mulai dari balita sampai lansia dapat mengkonsumsi buah pisang.

Pohon pisang secara keseluruhan bermanfaat bagi manusia, bahkan pola dan siklus hidup pohon pisang memberikan pembelajaran bermakna bagi manusia, dan masyarakat Minangkabau menamakannya dengan “Alam Takambang Jadi Guru”. Ada ungkapan Minangkabau yang berbunyi “JAN SAMPAI PISANG BABUAH DUO KALI”, artinya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, namun kita diajarkan untuk belajar dari kesalahan agar kegagalan atau keselahan tersebut tidak terulang untuk kedua kalinya. Besar arti dan makna dari ungkapan tersebut dalam kehidupan, mengingatkan kita agar berhati hati dalam mengambil suatu keputusan dan perlu pertimbangan secara matang. Memang begitulah adanya pohon pisang jika yang sudah ditebang tidak akan bisa berbuah lagi.

Allah berfirman dalam Qs.sr Ali Imran @135 yang berbunyi

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْاللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, karena mereka mengetahui.

Dan anak pisang yang tumbuh di samping induknya akan menggantikan peran induk pisang untuk tumbuh menjadi pisang dewasa dan siap berbuah.

Anak pisang saat masih bersama induknya tetap bernama anak pisang walaupun batangnya sudah tinggi dan besar, namun jika dipisahkan dari induknya maka anak pisang tersebut tidak lagi disebut anak pisang, namun pohon pisang yang siap untuk hidup mandiri sampai akhirnya beranak dan berbuah. Hal ini mengajarkan kita akan kemandirian bahwa kita tak selamanya bergantung kepada orang tua atau ibu, namun kita harus bisa dan siap untuk hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan segala skill yang kita punya. Hal ini juga mengingatkan kepada orang tua untuk mengajarkan kemandirian kepada anak agar mereka siap ketika mereka harus berpisah dengan orang tuanya.

Terlalu lama memandangi buah pisang yang sudah masak dan bisa dimakan ini sepertinya juga bukan hal baik, oleh karena itu mari kita makan pisang bersama dengan tetap memperhatikan cara mengupas kulitnya. Masyarakat Minangkabau juga mengajarkan cara mengupas kulit pisang yang baik dengan mengupas kulitnya menjadi empat bagian dan bukan tiga bagian.

 

Tinggalkan Balasan