Kasih ibu sepanjang zaman memang fakta
yang tak terbantahkan. Sosok wanita yang berani dengan ikhlas mempertaruhkan nyawa demi melahirkan kita dengan selamat sepanjang sejarah tidak pernah akan habis bila digali dan ditelusuri. Pribadi sederhana namun penuh keteladanan, selalu menjadi motivasi bagi anak anaknya juga menjadi inspirasi. Itulah Sri Martini, inspirator bukan saja bagi kami anak-anak kandungnya, tapi juga murid serta adik-adik yang beliau bina di Sanggar Bakti Pramuka Tulungagung.
Sosok yang berikhtiar menjadi sebaik-baik teladan. Kesibukan sebagai guru SD dan pengurus di berbagai organisasi, karena kondisilah mau tidak mau sering meninggalkan buah hatinya di rumah. Namun, teladan itu tetap ada.
Selalu mengingatkan kami untuk bersyukur, tertib shalat fardhu berjamaah di awal waktu, dan rukun saling membantu antara adik dan kakak. Pengaruh keteladanan beliau terbukti sangat besar pengaaruhnya bagi kami. Keteladanan ini banyak berdampak pula bagi anak-anak di SD Negeri Kampungdalem 9 dan Gugus Depan 35-36 Tulungagung, tempat beliau mengamalkan ilmunya sebagai guru.
Semua penting di kacamata ibu, baik kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, kecerdasan akademik, dan kecerdasan sosial. Tak bosan selalu mengingatkan semua, dan mendorong kami untuk selalu jujur, berani menyampaikan kebenaran apa pun risikonya, dan tangguh menghadapi berbagai kesulitan. Ibu tak pernah bosan berpesan agar kreatif, tangguh menjemput solusi saat menghadapi tantangan, aktif berorganisasi, mandiri, dan suka menolong siapa pun.
Masih segar dalam ingatan bagaimana kami dimodali ibu untuk kemudian kulakan aneka macam camilan. Kue itu dititipkan di koperasi sekolah kami untuk kebutuhan lauk kami sehari-hari. Kami diajari kesederhanaan dan kreatif mengolah lahan tanah pekarangan kami yang luas.
Meski sederhana bagi kami ekonomi selalu cukup. Gaji bapak sebagai anggota DPR RI lebih diutamakan untuk kepentingan organisasi kemasyarakatan dan partai. Ibu mengajarkan dan menanamkan sikap kepada kami untuk qanaah dan tidak meminta bila tidak diberi Bapak. Kepentingan rakyat lebih utama, senada dengan yang dicontohkan Nabi.
Kepentingan diri sendiri nomor dua, kepentingan umat yang utama keluarga secukupnya. Seringkali ibu mengajak kami berkunjung ke rumah saudara atau kawan-kawan kami yang kehidupan ekonominya jauh dibawah kami. Dimintanya kami mengirimkan masakan asli ibu untuk menumbuhkan rasa syukur.
Kadang kami diajak menginap di rumah kawan ibu yang kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Waktu itu kami bertanya kenapa harus merepotkan menginap di sana. Ibu selalu siap dengan jawaban klasiknya, yakni agar kami pandai bersyukur meski dengan segala keterbatasan.
Ibu melibatkan kami dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari, berbagai tugas dan memberikan tanggung jawab kepada semua putra-putrinya.