Buku Terbit, Lelah Terlupakan

YPTD0 Dilihat

Pekan depan (Rabu 7/10) kita tidak ke sini, tetapi akan ke Perpustakaan Nasional”, demikian kata Pak Thamrin Dahlan Selaku Ketua Umum Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD), di Buring Digital Print di jalan Margonda Raya Pondok Cina Depok.

Namun karena masih masa Pandemi Covid-19, Perpustakaan Nasional masih ditutup pada tanggal tersebut, maka rencana kunjungan Rabu 14 Oktober 2020.

Seperti diketahui, kunjungan ke Buring Digital Print biasanya sekali seminggu dalam hal proses pencetakan buku, namun kebiasaan tersebut akan dirubah menjadi satu kali dalam dua pekan sejalan dengan adanya perubahan penyusunan jadwal YPTD.

Menurut Pak TD demikian beliau disapa, perubahan jadwal tersebut melihat setelah pengalaman selama 40 hari memanage program menerbitkan buku ber ISBN (International Standart Book Number) tanpa biaya, ternyata masih ada yang perlu diperbaiki.

“Memang demikianlah proses yang wajib dilalui satu organisasi baru. Semangat bergerak memberikan yang terbaik terkadang kurang efektif dan efesien, itulah yang dirasakan terutama terkait masalah durasi waktu, karena memproduksi satu buku berkualitas diperlukan kesabaran dan ketelitian terlebih adanya ketergantungan dengan pihak lain,” kata Pak TD.

Tampaknya hal tersebut dialami management YPTD setelah mencetak 20 buku. Maka dirasa perlu untuk menjadwalkan setiap kegiatan berdasarkan pendekatan efektif dan efisien dan diharapkan adanya kejelasan atau keteraturan jadwal kegiatan, karena akan berdampak pada perbaikan pola kerja guna mencapai target YPTD.

Menilik, semakin banyak pula penulis ingin mempunyai buku sendiri juga senang bisa bergabung dengan YPTD yang memfasilitasi mencetak buku secara gratis, seperti penuturan Bapak Adlan Ali, senang begitu membaca sebuah artikel ada Yayasan yang menerbitkan buku secara gratis.

“Waktu saya membaca ada artikel YPTD terbitkan buku gratis, saya jadi teringat tulisan saya yang lama yang belum sempat diterbitkan, di YPTD ini merupakan kesempatan baik dalam hati saya dan rupanya saya pun mendapat sambutan yang luar biasa dari Pak Thamrin,” Cerita Pak Adlan Ali penulis buku Kuliner.

Saya sendiri ikut menyaksikan dan menunggu di Buring Digital Print Depok, bagaimana proses cetaknya, meskipun memakan durasi agak lama, tetapi begitu melihat buku sendiri sudah jadi, rasanya rasa lelah terlupakan.

Tak hanya dirasa si penulis atau si empunya buku, saya pun ikut senang padahal hanya menyaksikan, apalagi kembali saya bertemu dan berkenalan dengan penulis-penulis hebat di bidangnya, yang belum saya kenal sebelumnya seperti bapak Adlan Ali juga bapak Ropiyadi.

Dan menyoal durasi, semuanya akan menjadi lebih baik seperti diungkapkan Pak TD. “Mudahan-mudahan peristiwa menunggu buku selesai cetak di Buring Digital Print Depok, seperti yang selama ini dirasakan, itu tidak terjadi lagi dengan adanya keteraturan jadwal, regulasi ini akan terus dianalisa dan dievaluasi guna perbaikan sesuai perkembangan organisasi,” lanjut Pak TD.

Salam -Sukma-

Tinggalkan Balasan

1 komentar