KRISIS MOTIVASI DAN PERCAYA DIRI
Oleh:
Sutri Winurati, S.S
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, salam selalu sehat dan semangat produktif berkarya. Hari ke 13 di bulan Februari 2021 untuk mengikuti lomba blog Ikatan Guru TIK PGRI.
Achmad Iqbal Rizky Firmansyah akhirnya mengikuti tahap selanjutnya pada tahun 2011. Tahap seleksi FLS2N cabang story telling Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo. Tantangan yang super kali ini harus dihadapi Ping-ping panggilan akrabnya. Ya, tantangan yang lumayan berat. Berlatih sendiri dengan menghadapi 2 couches sekaligus merupakan luar biasa. Hanya anak-anak yang bermental kuat yang bisa menghadapinya.
Ping-ping adalah anak esktra teater juga. Setidaknya dia memahami bagaimana latihannya menjadi seorang story teller yang baik. Kita menanamkan padanya “Ketika kamu di atas panggung, kamu bukanlah Ping-ping, tetapi kami adalah seorang yang memerankan peranmu”. Dia bertanya dengan muka yang sedikit menggambarkan kebingungan, “Maksudnya?”. Aku pun menjawab dengan meyakinkannya, “Sekarang peranmu sebagai story teller, ya…mainkan peranmu sebagai story teller, bukan Ping-ping apabila kamu sudah ada di atas panggung, lepaskan nama Ping-ping sementara ketikau kau ada di atas panggung”. Ping-ping akhirnya paham dengan apa yang aku jelaskan dengan gamblang.
Latihan vocal dengan berbahasa Inggris, latihan gerak dan olah tubuh, latihan olah nafas, semua latihan dasar yang kita latihkan dalam ekstra teater kita berikan. Karena ketika perform harus tidak menggunakan pengeras suara, jadi kita melatih Ping-ping supaya volume suaranya bisa keras walaupun tidak menggunakan pengeras suara. Sehingga latihan yang kita berikan berupa drilling dengan memorizing dia bercerita pada jarak sekitar 20 meter kepada audiences. Apabila kurang keras, dia harus mengulang dan mengulang sampai cerita dia bisa didengar dengan jelas.
Ketika percaya dirinya menurun, kita berperan penting untuk menaikkan kembali motivasinya. Pernah suatu saat pada suatu sore aku dan suami menunggu dia untuk berlatih lagi. Dia tak kunjung datang. Akhirnya aku berinisiatif untuk telpon orang tuanya. “Assalamu’alaikum”, sapa ku ke mamanya. Mamanya Ping-ping menjawab, “Waalaikum salam ma’am”. Tanyaku, “Ibu dimana Ping-pin?”. “Masih tidur ma’am, saya bangunkan sulit sekali”, jawabnya. “Saya tunggu di sekolah sama Om”, menanggapi pembicaraannya. “Iya ma’am ini saya antar”, jawabnya. “Terimakasih, kita tunggu, Wassalamu’alaikum!”, responku.
Kami menunggu sampai dia datang. Kami sudah merasa bahwa dia sedang mengalami krisis percaya diri dan krisis motivasi. Sesampai dia di sekolah, dia tidak mau ditinggal mamanya. Sungguh parah krisisnya pikirku. Mamanya sempat memberikan sinyal-sinyal bahwa dia lagi mengalami krisis percaya diri. Tepat dugaanku dan suamiku. Mamanya kubiarkan pergi, dan kugandeng dia layaknya seorang anak laki-laki yang haus asupan motivasi. Kami giring dia ke dalam ruang aula kecil, kududukkan dia dan kuajak sharing dan berbicara tentang segala hal. Tentang kehidupan, tentang kepercayaan diri, tentang penyebab dia menjadi seperti sekarang ini. Akhirnya dia bicara, “Saya trauma untuk perform di atas panggung”. “Kenapa?”, tanyaku. “Saya pernah pidato pada saat SD saya lupa teks, dan akhirnya saya sangat malu”, jelasnya.
Dengan sabar kami mendengarkan curhatnya kala itu. Setelah selesai semua yang dicurhatkannya, giliran kami yang berbicara dengan runtut dan berharap dia mengerti dan memahami. Suamiku berkata, “Ping, orang gagal itu biasa, tetapi bagaimana kita meminimalisir tingkat kegagalan tersebut. Dengan berlatih maksimal, Insyaallah apapun yang kamu alami tidak akan terjadi atas izin Allah SWT nanti”. Aku menambahinya, “Ping, semua orang mempunyai kapasitas otak yang sama atas pemberian Nya, tetapi bagaimana kita me-manage otak yang sehat karunia Nya. Dengan kita memaksimalkan kerja otak kita Insyaallah kita akan semakin cerdas untuk berfikir segala hal, yakinlah itu, yakinlah kalau kamu mampu”. “Kami membina dan melatih siswa bukan yang pertama, Insyaallah dan kami yakin kamu punya potensi”, sela suamiku.
Ping-ping akhirnya yakin untuk melanjutkan latihannya dengan kami. Kami lega dan bangga dengan dia. Dua cerita yang akan diceritakan adalah: cerita dalam negeri (local) dan cerita luar negeri (internasional). Silent Witness of Dermo Temple dan Oliver Twist adalah cerita yang disiapkan untuk seleksi Kabupaten. Kami bertiga bersama merumuskan naskah tersebut. Tiap pengucapan tak luput dari guiding ku dan juga Bapak Kusnul Arifin, S.Pd yang waktu itu sabagai staff kesiswaan dan juga sebagai guru bahasa Inggris. Kami saling melengkapi untuk urusan pronunciation, structure dan juga intonation. Tetapi suamiku juga ikut mengarahkan semuanya. Terkadang suamiku juga membenarkan pengucapan, intonasi dan tidak kalah penting memahamkan pada Ping-ping bahwa story telling merupakan bagian dari seni pertunjukan. Sehingga bahasa yang komunikatif harus terjalin dengan baik supaya tidak ada miss comunication dianatara story teller dengan penikmat story telling.
Sutri Winurati, S. S.
SMP Negeri 2 Sukodono, Sidoarjo