#Menulis di Blog Menjadi Buku
#8 Februari 2021
Oleh: Suyati
Membicarakan tahun 2020 mungkin yang terbayang pertama adalah merebaknya pandemi covid 19 di Indonesia. Berbagai hal terpengaruh dan terpuruk dengan adanya pandemi ini. Meski sudah terdengar sejak 2019 tetapi ramainya dampak covid 19 adalah di bulan Maret 2020. Banyak propinsi ambil ancang-ancang dengan PSBB demi mencegah terjadinya penularan virus ini. Dampaknya sudah luar biasa. Tidak hanya sektor ekonomi yang mengalami colaps paling awal tetapi sudah merambah ke sektor pendidikan dan kesehatan. Beberapa di antaranya pun harus kehilangan nyawa akibat virus ini. Lalu membicarakan kenangan terindah di tahun ini, adakah?
Bagi sebagian orang mungkin tahun 2020 mungkin merupakan tahun yang serba sulit. Kata indah dan bahagia menjadi barang yang sulit dicari. Karena hampir semua merasakan dampak negatifnya. Termasuk kita yang berada di garis depan pendidikan. Dialihkannya kegiatan pembelajaran tatap muka menjadi daring/online tentu tidak mudah. Perlu penyesuaian dan adaptasi yang relatif cepat karena memang pandemi ini hadir dadakan dan menyebar luas. Belajar tentang IT, kuota yang terbatas, sinyal yang kurang bersahabat dan kendala-kendala lain yang membuat pembelajaran tidak selancar tatap muka.
Saya termasuk yang berada pada garis depan pendidikan pun merasakannya. Bagaimana beberapa orang menganggap kami menerima gaji buta. Tidak bekerja tetapi tetap mendapatkan gaji. Anggapan miring ini tentu saja tidak mengenakan dan membuat telinga kami memerah. Memberikan materi pelajaran lewat whatapp, pdf atau kadang lewat video dilakukan supaya siswa dapat memahami materi sekaligus tidak bosan. Melakukan pengawasan terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran daring. Bahkan sampai jam 11 malam masih menerima respon dan keluhan siswa terhadap pelajaran yang diperolehnya pada siang hari. Ini merupakan gambaran ‘tidak bekerja’nya kami. Waktu kerja menjadi lebih panjang dan tidak terbatas. Tidak ada jam istirahat. Kadang siswa tidakmeamahimiitu, di waktu kapan pun mereka bingung, mereka akan bertanya pada guru mereka. Padahal waktu selarut itu seharusnya kami sebagai guru sudah hanyut dalam mimpi. Tetapi mungkin karena ketidakpahaman saja mereka beranggapan demikian.
Di tengah berbagai kesulitan dan pandangan miring tersebut, tidak membuat saya berkecil hati. Daripada berkeluh kesah tentang apa yang dipikir orang pada saat PJJ ini, saya lebih memilih aktif di dunia maya. Di saat yang lain aktif dalam kegiatan penjualan online berbagai produk, saya fokus pada webinar. Kalau ditanya masa WFH mau menjual apa ya? Saya menjawab,”Saya jualan webinar.” Beberapa teman saya ajak untuk berwebinar tetapi kelihatannya kurang berminat.
Saya memang banyak mengikuti webinar-webinar yang dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang pembelajaran jarak jauh baik tentang IT nya maupun tentang psikologi peserta didiknya. Dalam satu bulan saya bisa mengikuti sampai 10 webinar. Informasinya dari mana saja? Ada dari grup WA alumni, ada yang dari youtube ada pula yang dari telegram dan instagram. Tidak heran jika teman-teman saya menyebut saya sebagai Miss Webinar karena banyaknya webinar yang saya ikuti.
Prinsip saya pada masa pandemi harus ada hal positif yang harus saya dapatkan. Maka saya tidak terfokus dengan berbagai keluh kesah yang bermunculan mengenai pekerjaan, ekonomi, pembelajaran, dan lainnya. Saya mencoba melihatnya dari sisi positifnya. Bahwa saya sebagai guru harus berubah dengan cepat di masa pandemi ini. Teknologi sudah menjadi bagian penting yang tidak mungkin lagi terpisahkan termasuk dalam proses pembelajaran. Pandemi ini memaksa kita belajar lagi dan itu juga yang saya nikmati. Belajar lagi banyak hal.
Salah satu yang membahagiakan dari mengikuti webinar ini selain ilmu yang sangat bermanfaat ternyata saya kemudian masuk ke pelatihan menulis tanpa sengaja. Saya belajar menulis di PGRI bersama Omjay. Suatu hal yang semula sebenarnya tidak disengaja. Awalnya hanya ingin mendaptkan doorprize buku dari Omjay saat webinar tentang PJJ di Youtube. Meskipun saya tidak mendapat doorprizenya, saya diarahkan untuk masuk ke WAG Belajar Menulis yang dipelopori Beliau. Saya kemudian masuk ke dalam WAG Belajar Menulis Gelombang 16.
Dari pelatihan menulis ini saya betul-betul mendapatkan ilmu menulis yang luar biasa. Kalau biasanya pelatihan menulis berkutat dengan teori kebahasaan di WAG ini lebih dibahas dan diungkap dulu motivasi menulisnya. Tulislah apa yang kita kuasai dan yang kita rasa. Jangan fokus dengan pengeditan dulu dan seterusnya. Intinya di WAG Belajar Menulis ini kita mengasah betul-betul kemampuan menulis dari pemula. Banyak pembicara dan narasumber perkuliahan yang luar biasa dihadirkan untuk memotivasi peserta pelatihan menuangkan tulisan.
Akhirnya pada bulan November 2020 sebuah cover buku bertema tentang Kepahlawanan dan hadir dan siap diterbitkan. Buku tersebut merupakan antologi tulisan dari guru-guru yang masuk dalam grup tersebut, meskipun tidak semuanya. Hanya 40 guru yang menulis di buku tersebut. Dan salah satunya adalah nama saya, Suyati. Berderet di antara penulis-penulis lain. Rasanya tidak percaya. Baru lihat covernya saja sudah speechless. Tidak berkata-kata hanya berkaca-kaca antara bahagia dan bangga.
Saya pribadi berharap buku antologi ini bisa terbit sebelum pergantian tahun 2021. Setidaknya ini bisa menjadi kenangan terindah di tahun 2020. Meskipun tidak terlepas dari maraknya duka dan keterbatasan akibat virus corona, setidaknya buku ini menjadi bukti bahwa ada sisi positif covid 19. Jadi bisa menutup tahun 2020 dengan sesuatuyang membahagiakan.
Selain bergabung dalam pelatihan Belajar Menulis Gelombang 16, saya pun akhirnya ikut dalam dunia blog. Dunia blogging yang sudah lama ditinggalkan menjadi dibuka kembali. Pertama membuat blog ditahun 2011. Dan tulisan tidak aktif karena selama sekitar 9 tahun hanya mampu menuliskan sekitar 90 tulisan saja di dalam blog tersebut. Sangat tidak aktif. Kalau tidak mau dikatakan vakum atau mati suri. Dengan bergabung dalam Lagerunal, diharapkan segala yang dilakukan dalam kegiatan Belajar Menulis dapat dituangkan dalam blog.
Lagerunal adalah sebuah akronim dari kata Cakrawala Guru Blogger Nasional. Sebuah grup blog yang dipelopori oleh Pak Brian dan Pak Sucipto Ardi dengan beberapa penulis aktif dari grup menulis sebelumnya. Sehingga dua kegiatan bisa dilaksanakan berbarengan. Meskipun dengan jadwal dan kegiatan yang berbeda. Tetapi keduanya dapat saling mendukung.
Dari dua kegiatan tersebut kini tulisan dalam blog semakin berkembang. Selain kita mendapatkan ilmu tentang penulisan dan penerbitan buku kita juga banyak mendapatkan ilmu tentang dunia blogging. Kini sampai bulan Desember 2020 tulisan saya sudah mencapai 160 an. Itu berarti saya menghasilkan sekitar 70 tulisan dalam waktu 2 bulan. Itu bisa berarti bahwa setiap hari saya harus menghasilkan minimal 1 tulisan untuk ditulis di dalam blog. Mudah-mudahan bebagai tulisan yang ada di dalam blog bisa digabungkan untuk nantinya bisa dibukukan menjadi sebuah buku solo. Semoga.
Jalan masih panjang. Masih banyak ide-ide yang belum tertuang dalam tulisan. Semoga ide-ide ini segera dituangkan dalam catatan yang akan menjadi buku solo dan bisa diterbitkan. Rasanya sudah tidak berpikir lagi tentang PAK. Yang ada sekarang adalah bagaimana caranya agar bisa menulis setiap hari. Banyak membaca baik buku maupun dari alam, lingkungan dan masyarakat sekitar kita. Semoga yang kita tulis memberikan manfaat kepada orang lain. Mungkin sekarang menjadi dasar niat menulis. Luruskan niat dan menulislah. Biarkan tulisanmu menemui takdirnya. Salam literasi.