Melayani dengan Hati

Sosbud67 Dilihat

Melayani dengan hati? Mungkin pembaca masih ingat slogan tersebut dari iklan di TV, sebuah slogan dari sebuah bank. Pengalaman penulis hari Minggu yang lalu, memang tidak terkait dengan bank, tetapi lebih terkait dengan slogan tersebut.

Sore itu penulis dan suami harus pergi ke sebuah toko untuk membeli kue. Ada saudara yang mau hajatan mitoni. Saya bermaksud akan membelikan kue untuk acara tersebut. Penulis sering membeli kue di tempat tersebut. Seperti biasa saya langsung menuju tempat kue dan mengambil beberapa dus kue. Ketika saya mau  berbalik dan menuju ke kasir, salah satu pelayan mendekati saya. “Maaf mba dah dicek belum kue yang dibeli?” Ia kemudian mengambil satu dus yang sudah berada di keranjang saya. Pertama saya pikir, ini pelayan kok nggak sopan dan sok tahu. Apalagi ia seorang laki-laki, tahu apa dia tentang kue? Tetapi kemudian pikiran negatif saya keliru. Dengan cekatan ia membuka dus kue tersebut dan menciumi kue tersebut.

“Sudah cek tanggal kadaluarsanya belum mba?” Saya menggeleng karena memang tadi tidak sempat melihat itu, Dia kemudian mendekatkan kue tersebut, kemudian mengambil satu dus lagi dari rak. Ia kemudian meminta saya membandingkan aroma kue tersebut. Memang aromanya berbeda. “Lebih enak aroma yang mana mba?” Tanyanya sambil menguji kepekaan saya. Memang aroma kue yang baru diambil lebih enak daripada yang saya ambil terlebih dahulu. “Ini yang lebih enak” kata saya yakin. “Benar mba, ini kue yang lebih baru, lihat tanggal ini. Beda kan aromanya.” Saya kemudian mengambil kue lain dan mengeceknya.  Ternyata beberapa kue ada yang sudah berjamur. Alhamdulillah saya terhindar dari sesuatu yang merugikan.

Sebelum saya berlalu, dia masih mengingatkan saya. “Lain waktu ketika akan membeli kue, silahkan untuk mengecek tanggal dan dibuka dulu. Dus kue ini kan boleh dibuka.” Katanya sambil mengingatkan dan menyilahkan saya datang kembali ke toko tersebut. Saya ucapkan terima kasih atas peringatan penjaga toko tersebut. Hal kecil ini sangat mengesankan saya. Andai sebagian besar pelayan peduli dan berperilaku demikian, tidak hanya mengawasi pengunjung/pembeli karena takut ada pencopet/pengutil, betapa banyak orang akan terselamatkan dari kecerobohan dan ketidakpedulian terhadap sebuah produk.

Sekali saya apresiasi terhadap pelayan tersebut dan terima kasih diingatkan untuk menjadi konsumen yang pintar.

Tinggalkan Balasan