Puisi Satire : Negeri Seribu Pecundang Nina Sulistiati Tepuk tangan membahana di jagat raya Menyambut sang juara penuh suka cita Demi mengharumkan bangsa itu sudah biasa Dan tak perlu jadi Selengkapnya
#40harimenulisyptd
Puisi 30 Berkibarlah Merah Putih
Berkibarlah Merah Putih Nina Sulistiati Berkibarlah bendera negeriku Bergemalah Indonesia Rayaku Di setiap ujung zamrud khatulistiwa Menggemakan harapan dan damba Merahmu mengalir di dada setiap anak bangsa Melukiskan kisah suka Selengkapnya
Puisi 29 Muhasabah Hati
Muhasabah Hati Nina Sulistiati Allahu Akbar Ku labuhkan kalbu untuk-Mu ya Rabbi takbiratul ikhram karena Engkaulah yang Maha Agung Ingin kujumpai-Mu dalam khusyu hati Ingin kuhanyut dalam rinduku pada-Mu Dalam Selengkapnya
Puisi 28 Pejuang Tua
Pejuang Tua Nina Sulistiati Tubuh renta itu terbalut asa Mengobarkan semangat yang membara Memanggul senjata tanpa jera. Menuai cita Indonesia merdeka Teriknya sinar mentari bukanlah halangan Demi kemenangan dalam kebaikan Selengkapnya
Puisi 27 Telaga Kasih Ibu
Telaga Kasih Ibu Oleh Nina Sulistiati Sosokmu hanya hadir sesaat dalam rangkaian kisah hidupku Namun goresan kasih terpahat dalam kalbu Tak pernah pudar abadi sepanjang waktu Telaga kasih yang kau Selengkapnya
Puisi 24 Indonesia Jaya
Indonesia Jaya Nina Sulistiati Indonesia ku Pertiwi ku Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia Ikrar menggema seantero nusantara menapak jejak sejarah bangsa Menggapai mimpi mewujudkan asa Perjuangan tak sekedar Selengkapnya
Puisi 25 Kala Resah Melanda
Kala Resah Melanda Oleh Nina Sulistiati Semburat merah jingga terlukis di ujung senja mengisahkan asa yang berbalut lara nan nestapa Perjalanan hidup yang tak berarah, lelah membelenggu rasa di tiap Selengkapnya
Uswatus Syarifah
Uswatus Syarifah Uus Uswatus Syarifah Tinggi kurus badannya Mancung hidungnya Bulat bola matanya Lentik bulu matanya Kulitnya eksotis Rambutnya hitam Suaranya sayup sayup manja Matanya selalu berkaca – kaca Ifah Selengkapnya
Puisi 23 Perempuan di Garis Depan
Perempuan di Garis Depan Nina Sulistiati “Langkah agresif musuh membuat kami lebih bersatu.” Tak ada lagi bedak, gincu untuk kemayu Tiada jerit manja memuja cinta Lemah gemulai kini berganti gerak Selengkapnya
Puisi 22 Serenada Sang Pencinta
SERENADA SANG PENCINTA Oleh Nina Sulistiati Rinduku berlagu di relung kalbu Ketika malam hening kulabuhkan hati Kala resah mengusik, gundah Bersimpuh dalam munajat cinta Ya Rohman, ya Rohim Hadir-Mu meredamkan Selengkapnya
Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.