Georgia merupakan negara eks Soviet pertama yang saya kunjungi di luar Rusia dan Republik Tatarstan yang masih bernaung di bawah Federasi Rusia. Alasan saya memilih Georgia salah satunya adalah kemudahan visa dimana bila kita sudah memiliki visa Schengen yang multiple entry dapat bebas berkunjung ke Georgia tanpa visa. Bagi yang tidak memiliki visa Schengen juga dapat membeli Visa On Arrival di bandara Tbilisi seharga 35 USD.
Setelah terbang sekitar 3 jam dari Istanbul, akhirnya pesawat Turkish Airlines yang saya tumpangi tiba di Bandara Internasional Tbilisi yang sekarang bernama Shota Rustavelli International Airport. Konon bandara ini juga pernah bernama Novo Aleksevkaya International Airport
Ada beberapa cara untuk sampai ke pusat kota, baik taksi, kereta maupun bus. Namun karena kereta hanya ada dua kali sehari maka kami memutuskan untuk naik taksi. Setelah tawar menawar akhirnya saya setuju dengan ongkos 30 Lari. Stasiun kereta api di Bandara Tbilisi terlihat unik karena bentuknya mirip keong warna kuning emas.
Taksi yang merupakan kendaraan sejenis SUV segera meluncur mulus menuju pusat kota. Namun yang menarik perhatian saya adalah nama jalan raya yang menghubungkan bandara dengan kota Tbilisi ini. Secara tidak sengaja saya sempat melihat gambar besar presiden George Bush Junior di tepi jalan seakan menyambut semua orang yang baru sampai di Tbilisi.
Ternyata jalan ini memang bernama George W. Bush Avenue. Dan saya pun kemudian bertanya-tanya, mengapa sebuah republik di Kaukasus yang merupakan negara eks Soviet dan tanah kelahiran Lenin memiliki jalan raya utama bernama George Bush.
Setelah beberapa kali bertanya dan mencari informasi, akhirnya saya pun mendapatkan cerita lengkapnya. Ternyata jalan raya ini dinamakan George Bush Avenue ada tahun 25 setelah kunjungan Presiden Bush ke Georgia. Pada saat itu yang menjabat presiden Georgia adalah Mikheil Saakashvili yang sangat pro Amerika dan ingin membangun Georgia dengan model demokrasi Amerika.
Konon pada 2005, Bush dan Saakashvili berpidato di depan massa yang berjumlah sekitar 100 ribu orang untuk memperingat 60 tahun berakhirnya perang dunia II dan sempat terjadi usaha pembunuhan yang gagal oleh orang Armenia terhadap Bush.
Georgia sendiri makin jauh dengan Rusia sampai akhirnya terjadi Perang Georgia dan Rusia pada tahun 2008.
Nama jalan ini sekarang sudah sangat tidak relevan lagi di Georgia, namun Georgia sebagaimana negara eks Soviet sangat terbiasa menamakan jalan dan tempat-tempat penting dengan nama tokoh.
Uniknya Bush sendiri sangat tidak populer bahkan di Amerika atau Texas, dimana dia pernah menjadi gubernur.
Namun namanya menjadi abadi jauh di Kaukasus Selatan. Di Tbilisi, di Georgia.