Bersama Duta Besar Berkunjung ke Masjid Paling Megah di Amerika Selatan

Berita, Islam, Wisata24 Dilihat

Bersama Duta Besar Berkunjung ke Masjid Paling Megah di Amerika Selatan

Ini dia masjidnya!”, demikian tukas sobat saya ketika membulak-balik peta kota Buenos Aires yang diberikan oleh resepsionis hotel. Saya kemudian memperhatikan tempatnya dan merasa sangat beruntung karena begitu mudahnya menemukan lokasi suatu masjid tertera di dalam peta wisata suatu kota di negara non muslim. Sebagaimana kita semua maklum, Argentina terkenal sebagai negara dengan mayoritas Katolik.

Berdasarkan pengalaman saya dalam mencari suatu masjid di negara-negara non muslim, biasanya memerlukan sedikit perjuangan ekstra untuk menemukannya. Bahkan kadang-kadang diketemukan masjid-masjid yang agak sedikit rahasia. Namun tidaklah demikian dengan kota Buenos Aires ini.

Perjalanan mencari masjid dimulai dengan naik kereta api bawah tanah yaitu Subte Linea D, menuju Estacion Palermo, yang merupakan salah satu kawasan cukup elite di ibukota Argentina. Dari stasiun ini perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 500 meter di trotoar yang nyaman sepanjang Avenida Intendente Bullrich

Jalan ini lumayan lebar, tidak terlalu ramai kendaraan dan bahkan ada jalur khusus sepeda. Pepohonan yang cukup rindang menaungi trotoar tempat kami berjalan di dekat sepanjang rel kereta api. Tidak lama kemudian sudah tampak dari kejauhan bangunan megah sebuah masjid dengan dua buah menara yang anggun. ‘Ini adalah salah satu bangunan masjid termegah yang ada di ibukota negeri non muslim.’ Fikir saya dalam hati.

Halaman masjid ini sangat luas. Sebuah papan nama besar di dekat temboknya yang berwarna putih menyambut kami dengan ramah.

Tertulis dalam bahasa Arab: Markaz Khadimah Alharamain Assyarifiin Al Malik Fahd Attaqafi Islamiya fil Arjentina dan juga dalam Bahasa Spanyol Centro Cultural Islamico Custodio de Las Dos Sagradas Mezquitas Rey Fahd en Argentina. Kalau diterjemahkan kira-kira artinya Pusat Islam Penjaga Dua Masjid Suci Raja Fahd di Argentina.

Saya terus berjalan menuju pintu masuk yang jaraknya masih sekitar 100 meter dari papan nama ini. Dari kejauhan, dua buah menara, satu kubah utama dan beberapa kubah kecil Tampak sangat megah dengan warna coklat muda yang dominan. Sesampainya di pintu utama, tampak pagar berwarna hijau yang tertutup dan sebuah bendera Argentina berkibar dengan gagahnya

.Di dekat pintu ada sebuah pos jaga dengan seorang sekuriti berada di dalamnya. Saya pun mengucapkan salam pada sekuriti ini sambil bertanya

Por Favor! puedo entrar en la Mezquita”? Saya pun minta ijin untuk masuk ke dalam masjid. Dia pun tersenyum sambil membukakan pintu dan berkata

“Para Salat?”

Si senor”. Jawab saya.  Sebelum masuk dia masih berkata “No fotografia en la mezquita.” Sambil terus menjelaskan bahwa mengambil foto di luar masjid tetap diperbolehkan.

Kami memasuki halaman masjid dan kemudian segera mengambil beberapa foto dari beberapa sudut pandang. Setelah memasuki ruang dalam masjid, saya sangat terkagum-kagum dengan keindahan dan kebersahajaan masjid ini. Ruangan dalam masjid cukup luas dan dapat menampung lebih dari 2000 orang. Hamparan sajadah berwarna merah dan juga beberapa Al-Qur’an yang terbuka dan tersimpan rapi pada penyangga yang terbuat dari kayu memberi kesan bahwa tempat ini dipakai sebagai tempat belajar mengaji. Namun saat itu tidak ada seorang pun di dalamnya.

Yang menarik adalah bersihnya masjid ini dari hiasan maupun kaligrafi. Hanya ada sebuah jam di dekat mihrab masjid. Selebihnya hanyalah langit-langit kubah utama yang tampak benderang karena cahaya yang masuk melalui jendela-jendela kaca di bawah kubah.

Saya sempat melihat-lihat bangunan di sekitar masjid dan melihat bahwa ruang salat untuk wanita terletak di lantai dua bangunan Di bagian belakang masjid juga terdapat sebuah biblioteca atau perpustakaan. Tepat bergandengan dengan masjid terdapat sebuah madrasah atau disebut juga Colegio Rey Fahd. Sekolah ini bahkan dilengkapi dengan perkantoran dan lapangan  untuk olah raga.

 

“Masjid ini dibangun pada sekitar tahun 1996 atas bantuan Raja Fahd dari Saudi Arabia”., demikian keterangan sang sekuriti ketika saya masuk ke posnya untuk sekedar bercakap-cakap.

Menurut keterangannya masjid ini dibangun di atas tanah seluas 34 ribu meter persegi yang dulunya merupakan milik perusahaan kereta api Argentina dan disumbangkan untuk Islamic Centre ini pada masa pemerintahan Presiden Carlos Menem. Bahkan, sang Presiden ini konon masih memiliki darah Timur Tengah.

“De donde ustedes?” sekuriti menanyakan asal kami. “Indonesia”. Dia pun tersenyum dan berkata: “Que coincidencia! Betapa kebetulan! baru sekitar satu minggu lalu rombongan La Embajadadora atau duta besar Republik Indonesia berkunjung ke tempat ini.

Setelah sempat beberapa saat bercakap-cakap kami pun mohon pamit dan kemudian berjalan kaki menyusuri Avenida Intendente Bullrich kembali menuju Estacion Palermo dengan rasa yang syukur ke hadirat Nya karena telah begitu dimudahkan berkunjung ke sebuah masjid yang barangkali paling megah dan besar di Amerika Selatan.

Buenos Aires

Tinggalkan Balasan