Kendaraan kami mulai menyusuri jalan raya yang mulus menuju ke luar kota Christchurch. Kali ini , mobil melintas di jalan raya no. 8 menuju ke arah selatan yaitu Kawasan yang disebut Mackenzie District. Namun sebelum itu, teman saya pun berhenti sebentar di sebuah pompa bensin dan mengisi tanki mobil Honda nya sampai full tank. Selain itu sebuah jeriken dengan kapasitas sekitar 20 liter pun diisi dengan penuh.
Ketika saat itu di Indonesia sedang sibuk dengan demo kenaikan harga BBM, maka di pompa bensin Mobil ini tertera harga mobil synergy 1000 yang setara dengan Pertamax ini pada harga 2.199 Dollar per liter, sedangkan harga untuk diesel atau solar dipatok 1.569 Dollar. Cukup mahal untuk ukuran Indonesia, tetapi sangat terjangkau untuk tingkat penghasilan warga New Zealand.
Perjalanan dilanjutkan terus menuju Fairly, dimana kita akan beristirahat sebentar untuk menikmati makan pagi dengan masakan mie goreng, nasi putih dan rendang yang nikmat, apalagi dilengkapi dengan sambal botol buatan Indonesia. Di sekitar tempat istirahat ini, kami menikmati sarapan di tepi jalan yang sepi. Tepat di seberang kami, ada sebuah gereja kecil yang cantik. Menariknya ada sebuah papan tulis bertuliskan sebuah lelucon tentang ,manusia yaitu kata-kata “God is perfect…..It is human who makes misteaks”…
“Jumlah domba dan sapi di Selandia Baru jauh lebih banyak daripada manusia”. Sambil menggenjot kendaraan dengan kecepatan sekitar 110 km per jam, teman saya pun mulai bercerita tentang dunia persapian dan perdombaan di negara kiwi ini. Menurutnya pada saat ini ada sekitar 40 juta domba, sementara jumlah penduduk New Zealand hanya sekitar 4 juta jiwa saja.
“Wah, kalau begitu, akan banyak domba yang akan kita lihat nanti?” tanya saya. Saya pun teringat bahwa pada sekitar tahun 1988 an pernah berkunjung ke Pulau Utara, dan salah satu atraksi turis adalah tempat peternakan domba dimana kita dapat bermain dengan domba, menyaksikan domba sedang dicukur bulunya di samping juga menikmati kunjungan ke perkebunan anggur.
Kendaraan terus melaju kencang di jalan yang hanya terdiri dari dua lajur ini. Namun, walaupun di Selandia Baru tidak ada jalan bebas hambatan, tetapi jumlah penduduknya yang sedikit mengakibatkan kita dapat dalam waktu sekitar lima atau enam menit sekali baru berpapasan dengan kendaraan. Bagusnya untuk mendahului kendaraan yang berjalan agak lambar dalam setiap beberapa kilometer ada semacam jalur untuk mendahului. Kendaraan yang berjalan lambat biasanya adalah truk gandengan yang membawa susu.
Tidak usah menunggu lama, di tepi jalan ternyata terdapat peternakan domba. Domba-domba itu dibiarkan saja berkeliaran di padang rumput yang luas. Mereka tampak bertebaran bagaikan daun ulat dari kejauhan, Bulunya yang putih kekuningan tampak sangat indah. Lucunya di setiap tempat warna bulu ini pun agak sedikit berbeda derajat keputihannya, Ada yang tampak bersih, namun ada juga yang tampak lebih kumal.
Kami pun menepikan kendaraan dan mencoba mengambil gambar kumpulan domba tadi. Uniknya, kalau kita mendekat ke pagar, mereka akan mengetahui kehadiran kami dan segera berlarian menjauh. Rupanya mereka mempunyai radar yang cukup sensitif..
Setelah itu, kendaraan kami pun mulai melaju lagi di jalan raya. Namun hanya sekitar lima menit kemudian, tampak lagi sebuah peternakan sapi di tepi jalan. Dan kami pun kembali berhenti untuk mengambil foto kumpulan sapi itu. Sapinya kelihatan sangat besar dan gemuk. Warna kulitnya pun bermacam-macam ada yang hitam, ada pula yang hitam dengan sedikit belang putih. Bahkan di tempat lain di dekat Lake Takepo, kami sempat menjumpai sapi yang warnanya putih, coklat, atau pun kombinasi warna-warna tadi.
Menurut informasi dari teman saya, jumlah domba sendiri mengalami penurunan yang cukup signifikan selama tiga puluh tahun terakhir, Ini, menurut statistik, pada tahun 1982 terdapat lebih dari 60 juta domba di New Zealand, sedangkan pada saat itu, jumlah penduduk hanya sekitar 3 juta jiwa, Artinya ada 20 domba untuk satu orang. Sedangkan pada saat ini perbandingannya hanya sekitar 10 domba untuk satu orang.
Namun hal yang berbeda terjadi dengan sapi. Jumlah sapi pada saat ini terdapat hampir 6 juta sapi, sementara di tahun 1990 an hanya terdapat sekitar 3,3 juta sapi. Pantas susu dan dairy product merupakan hasil utama negeri ini.
Sesampainya di rumah di Christchurch, saya terus berhitung bahwa pada suatu saat nanti jumlah domba akan terus menurun dan jumlah sapi akan terus bertambah. Namun masih perlu waktu lama untuk membuat jumlah sapi melebihi jumlah domba, dan jumlah manusia akan terus lebih sedikit dibandingkan kedua hewan tadi.
Sambil menikmati steak sapi yang lezat saya pun tersenyum mengingat kata kata“God is perfect…and It is man who makes misteaks…