Waktu makan siang sudah tiba ketika kendaraan kami memasuki Arrowtown, sebuah kota kecil yang konon sangat bersejarah di kawasan Otago di Selandia Baru ini. Kota ini menjadi persinggahan sebelum malam nanti menginap di Queenstown.
Setelah berkeliling sebentar mencari tempat makan yang sesuai dengan selera, akhirnya ada sebuah restoran Thai yang terletak di Ramshaw Lane dan kebetulan tempat parkir kendaraan juga tidak terlalu jauh dari tempat makan ini.
Makan siang hari itu lumayan menggugah selera, berbagai jenis masakan Thai hadir di meja, baik Sup Tom Yam dan juga green curry yang sedap. Apa lagi, kami dapat meja di halaman yang memiliki udara yang segar, sejuk dengan pemandangan yang menawan.
Selesai makan jalan-jalan di Arrowtown baru dimulai. Tentu saja tujuan pertama adalah pusat kota kecil yang hanya berpenduduk sekitar 2000 jiwa, yaitu Buckingham Street. Wah Namanya mengingatkan saya akan Istana Buckingham di London saja.
Arrowtown memang merupakan sebuah kota kecil, namun dengan sejarah yang lumayan panjang dan menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik di kawasan Otaga di South Island ini. Dan Buckingham Street pun menjadi awal yang pas untuk memulai wisata di kota ini.
Berjalan kaki di Buckingham Street, kami seakan-akan tidak sedang berada di abad ke XXI, melainkan dengan mesin waktu kembali ke paruh kedua abad ke XIX ketika kota kecil ini pertama kali didirikan. Deretan bangunan baik hotel, bar, restoran, dan museum yang hampir semuanya terbuat dari kayu dengan arsitektur yang menawan.
Yang pertama kami jumpai adalah New Orleans Hotel, sebuah hotel kecil yang juga berfungsi sebagai bar dan restoran. Di depan hotel tertulis rooms available. Suasana di sekitar sini mengingatkan saya akan film-film cowboy yang sering daya tonton dulu. Tepat di sebelah hotel ini ada Toko Emas atau Gold Shop yang mengingatkan saya bahwa Arrowtown dulunya memang berkembang pesat karena di Sungai Arrow di dekatnya ditemukan emas. Dan berkat tambang emas inilah Arrotown kemudian menjadi terkenal dan ramai serta berkembang hingga memasuki beberapa dekade pada abad ke XX.
Sekitar 100 meter dari The New Orleand Hotel, ada sebuah bangunan yang juga tidak kalah antik dan cantik. Terbuat dari kayu dan dicat warna kuning muda dengan atap warna merah kecokelatan. Di bagian belakang ada cerobong asap persegi empat yang juga dicat kuning muda. Di belakang gedung deretan pohon tanpa daun. Sementara di depannya sebuah bendera Selandia Barua da di tiang yang tidak terlalu tinggi. Karena tidak ada angin bendera itu pun tampak layu tidak berkibar. Di fasad bangunan ini ada tulisan Post and Telegraph dan juga ada sebuah kotak pos besar dari logam yang dicat warna merah menyala.
Tepat di seberang kantor pos, ada Museum yang memiliki nama resmi Lake District Museum & Gallery. Tepat di depan museum ada sebuah papan informasi bertuliskan nama museum. Di bawahnya ada tulisan Bringing Local History Alive diikuti dengan jam buka dari pukul 8.30 pagi sampai 5.00 sore.
Tidak salah, di tempat ini, saya dapat mendapatkan banyak informasi mengenai sejarah dan juga tempat-tempat menarik di Arrowtown. Di depan museum ini juga ada sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu untuk bersantai. Di kota ini memang banyak terdapat kursi-kursi untuk pengunjung.
Di museum ini, saya juga baru tahu bahwa Arrowtown merupakan salah satu kota bersejarah yang disebut sebagai warisan atau heritage dan bahkan dikukuhkan sebagai salah satu Tohu Whenua andalan Selandia Baru. Tohu Whenua adalah kata dalam bahasa Maori untuk status yang diberikan kepada tempat-tempat di New Zealand atau Aotearoa di mana sejarah negeri ini dianggap masih hidup dan terus menerus diceritakan kembali baik kepada generasi penerus di New Zeland maupun kepada pengunjung. Sebagai salah satu lokasi Tohu Whenua, Arrowtown menawarkan kesempatan buat kita semua untuk menjelajah dan menemukan kembali sejarah Selandia Baru dan menyelami budaya nya yang kaya dan beragam.
Museum ini terdiri dari tiga bangunan tua yang masih asli dan bahkan salah satunya adalah Gedung Bank of New Zealand yang pernah beroperasi di Arrowtown. Di sini, kita bisa mengenal secara sekilas sejarah Arrowtown dan orang-orang yang pernah menghuninya. Sendi-sendi kehidupan suku Maori pada masa itu dan juga kerasnya kehidupan serta alam yang harus dihadapi oleh para pionir imigran bangsa Eropa. Selain itu tersedia juga a fakta menarik dan penuh kontroversi mengenai kehidupan imigran Tiongkok yang datang ke Selandia Baru untuk menajdi penambang emas di sini. Bahkan di Arrowtown ini pula, kita masih bisa menemui Pemukiman orang Tionghoa sewaktu menjadi penambang emas dahulu.
Kisah mengenai penambang emas dari Tiongkok ini pula yang mengingatkan saya akan kunjungan ke sbuah masjid di Wellington beberapa tahun lalu yang mengungkap fakta bahwa melalui imigran Tiongkok ini pula agama Islam pertama kali masuk ke Selandia Baru di sekitar tahun 1860-1870an.
Asyiknya pula, di museum ini, pengunjung bisa mencoba mengadu nasib dengan menyewa gold pan atau semacam ayakan untuk mencari emas di Arrow River. Ya Sungai Arrow dan penemuan emas inilah yang menyebabkan Arrowtown memang berkembang pesat dulu. Bahkan di sini juga ada gambar orang-orang yang sedang mencari emas menggunakan Gold Pan atau ayakan ema situ.
Pada museum ini juga ada pameran bertema Winter in the Wakatipu. Wakatipu merupakan nama wilayah yang mencakup kawasan Arrowtown hingga Queenstown dan sekitarnya. Bahkan sebuah danau yang lumayan besar dan cantik juga ada di kawasan Queenstwon yang disebut dengan nama Lake Wakatipu. Di sini kita bisa melihat berbagai jenis sepatu dan alat untuk bermain ski.
Sebuah perjalanan kadang mengungkap hal-hala yang tidak pernah diduga, seperti juga perjalanan di siang hari ini di sebuah kota kecil nan indah bernama Arrowtown yang kini berstatus sebagai Tohu Whenua.
Foto-foto: Dokpri