Setelah sekitar empat atau lima jam berkendara dari Queenstown dan sejenak mampir di Kawarau, Cromwell dan Clyde Dam, lewat tengah hari, kami tiba di Dunedin, kota terbesar di Kawasan Otago. Sebuah kota nan indah yang mendapat julukan Edinburg of the South, bukan hanya karena kesamaan nama tetapi juga karena banyaknya bangunan berarsitektur gaya Viktoria di kota ini.
Perjalanan dilanjut dengan berkunjung tempat paling menarik di Dunedin yaitu Dunedin Railway Station atau stasiun kereta api Dunedin. Bangunan stasiun ini ternyata sangat cantik dengan model yang lebih mirip sebuah istana atau kastil dibandingkan sebuah stasiun kereta api. Agak sulit bagi saya untuk menjabarkan keindahan bangunan ini dari luar. Bahkan pada awalnya saya juga tidak tahu gaya arsitektur apa yang digunakan pada bangunan stasiun ini.
Sekilas, bangunan ini tampak sangat megah, bertingkat dua dengan paduan warna coklat kehitaman dan putih kekuningan yang membentuk garis-garis dengan perpaduan yang indah. Di lantai bawah kombinasi lengkungan dan tiang-tiang juga membuatnya tampak sangat anggun dan berwibawa, Uninya gedung ini juga memiliki menara yang tidak simetris. Sebuah menara segi empat yang lebih tinggi ada di sisi pertama dan sebuah menara oktagonal yang lebih rendah ada di sisi atau ujung yang lain.
Yang tidak kalah indah adalah taman yang ada di halaman bangunan ini. Taman ini lumayan luas dan ternyata memiliki nama khusus yaitu Anzac Square Garden. Selain bunga dengan beragam warna, taman ini juga dilengkapi dengan tanaman yang dibentuk dengan berbagai pola geometris yang indah.
Tetapi yang juga menarik adalah taman ini dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan yang dilakukan sebuah grup bernama Fa Lun Gong atau Fa Lun Da Fa. Fa Lun Gong sejatinya merupakan suatu perkumpulan yang mengajarkan olah gerak baik berupa senam, olah nafas dan meditasi untuk memperoleh Kesehatan yang lebih baik bagi jiwa dan raga.
Dalam setiap kegiatan Fa Lun Gong yang pernah saya jumpai di berbagai kota besar di dunia, baik di Dunedin di Selandia Baru, maupun di dekat Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Fa Lun Gong selalu menampilkan berita penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok Komunis terhadap anggota mereka di Tiongkok. Bahkan bukan hanya pelarangan dan penindasan, disebutkan jika anggota Falun Gong juga mengalami genosida hingga jual beli organ tubuh.
“Falun Dafa, A powerful ancient practice for improving mind body and spirit,” demikian tertulis pada papan atau poster yang dipasang tidak jauh dari sekelompok orang yang sedang melalukan Latihan pernafasan. Kegiatan ini juga di bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas Kesehatan mental, dan bahkan dapat menghilangkan stres dan kecemasan.
Kami kemudian masuk ke dalam stasiun dan terpesona dengan keindahan interiornya. Stasiun ini konon merupakan salah satu stasiun paling sibuk di Selandia Baru pada saat masa kejayaan perkeretaapian di negeri Kiwi itu pada awal abad ke dua puluh. Namun sekarang stasiun itu tampak sepi. Ada peron dan kereta api , namun tidak ada penumpang.
Saya kemudian masuk ke foyer atau beranda stasiun dan terkesima dengan keindahan lantai yang dihiasi mosaik bergambar kereta api di tengah dan dikelilingi lantai bertuliskan NZR atau New Zealand Railway. Di sini juga terdapat beberapa kursi kayu tempat bersantai. Dan kalau kita melihat ke atas tampak balkon lantai atas yang indah dan langit-langit yang diterangi cahaya mentari. Sekilas bangunan ini banyak memiliki jendela dan pintu yang dihiasi dengan kaca patri yang juga dihias tidak kalah indahnya.
Warna kuning muda sangat dominan di sekeliling dinding ruangan ini dan memiliki relung-relung yang indah dengan hiasan ornamen yang cantik di bagian atas dinding . Di salah satu sisi terdapat pintu masuk menuju ruangan dengan nama Ticketing & Information untuk Dunedin Railway. Dunedin Railway sendiri merupakan kereta api wisata yang masih beroperasi dari stasiun yang dulu pernah sangat sibuk ini.
Di sampingnya ada tangga yang melingkar untuk naik ke lantai atas. Di depannya ada tulisan National Sport Museum dam juga Art Gallery and Shop. Sekilas stasiun ini memang lebih berfungsi sebagai tempat wisata.
Saya masuk ke tempat informasi tiket Dunedin Railways. Suasananya sepi dan hanya ada beberapa brosur tentang perjalanan kereta api wisata. Ada kereta yang bernama The Seasider dengan tujuan Waitati melalui pantai South Island dan juga Kereta The Victorian yang menuju ke Oamaru. Selain jadwal, ada juga daftar harga tiket dan website untuk reservasi.
Keluar dari kantor ini, perjalanan di lanjut dengan menaiki tangga yang tidak kalah cantiknya menuju ke lantai atas. Lantai ini juga berhiaskan mosaik bertuliskan NZR di setiap anak tangga. Melingkar mengikuti bentuk dinding, tangga akan mengantar kita menuju balkon lantai atas yang tidak kalau indah dan dihiasi lantai dengan mosaik yang didominasi oleh warna coklat tua dan kuning dengan ornamen geometris yang juga ciamik.
Puas melihat lantai atas, saya kemudian turun dan menuju ke platform atau peron kereta di dalam stasiun. Peron tampak sepi dan terlihat sangat panjang menyusuri panjang stasiun ini. Menurut informasi panjang peron ini hampir 100- kaki atau sekitar 300 meter.
Di salah satu sudut dinding stasiun, ada sebuah prasasti dari marmer warna hitam yang menjelaskan peletakan batu pertama pembangunan stasiun ini pada 3 Juni 1904 oleh Menteri Kereta Api Selandia Baru, Hon. Sir . J. G Ward K.G.M.G. dan juga Perdana Menteri Selandia Baru, R.J Seddon. Disebutkan juga nama General Manager NZR pada saat itu yaitu T. Roynayne serta nama Chief Engineer dan sang arsiteknya.
Setelah masuk ke stasiun, barulah saya memperoleh informasi lebih lengkap mengenai stasiun kereta api Dunedin yang cantik ini. Ternyata stasiun ini dibangun pada tahun 1904 -1906 dengan arsitek George Troup. Kombinasi warna hitam kemerahan dan kuning putih yang mendominasi bagian muka stasiun membuat stasiun ini dijuluki kue jahe atau Gingerbread dan bahkan sang arsitek pun dijuluki Gingerbread Geroge.
Warna hitam kemerahan ini berasal dari bahan bangunan yang berupa batu karang basal yang berwarna hitam sementara warna putih berasal dari bahan Batu Kapur yang diambil dari Oamaru. Bangunan stasiun yang banyak dihiasi atap pelana atau gable ini ternyata memiliki gaya arsitektur yang dinamakan Flemmsish Reannaissance yang konon berasal dari Belanda dan Belgia dan popular sekitar abad ke 18 dan XIX. Kawasan Belgia dna Belanda inilah yang disebut sebagai Flemmish. Salah satu ciri khas gaya aristektur ini adalah kombinasi warna gelap dan terang serta banyaknya atap pelana (gable) yang bersusun.
Sudah satu jam lebih kami berada di kawasan Stasiun Dunedin. Karena masih banyak tempat lain yang belum dilihat, kami segera melanjutkan wisata di kota terbesar di Otago ini sambil sesekali melihat bangunan indah yang konon menjadi bangunan yang paling banyak dipotret di Selandia baru.