James Mackenzie, Legenda dari South Island

Hari masih pagi ketika kami meninggalkan rumah di kawasan Burnside, Christchurh dengan tujuan Mt Cook.  Meninggalkan kota Chirstchurch melalui State Hwy No.1 kami melalui jalan yang telarif sepi dan lancar melewati beberapa kawasan seperti, Dunsadel,  Bankside, dan Hinds.  Setelah sampai di kawasan Ealing dan kemudian melewati Sungai Rangitata, kendaraan kemudian belok kanan melwati State Hwy No.79 dan perjalanan dilanjutkan melewati Geraldine dan Pleasant Valley.

Setelah sekitar  dari dua  setengah jam perjalanan dan menempuh jarak sekitar 180 kilometer, kendaraan sampai di sebuah kota kecil bernama Fairlie. State Hwy no 79 sudah berganti dengan Sate Hwy no 8.   Saya ingat ini adalah tempat yang sama yang pernah saya kunjung sekitar 5 tahun lalu ketika kami menuju Mt.Cook dan juga sempat beristirahat sambil makan pagi di sini. Namun kali ini, perjalanan lebih menyenangkan karena lebih banyak orang yang ikut.

Di sebuah taman yang lengkap dengan meja dan kursi untuk bersantai, kami mengeluarkan bekal dan menikmati makan pagi.  Setelah itu kami melihat-lihat apa saja yang menarik di Fairlie ini.   Yang pertama menarik perhatian adalah sebuah rambu lalu lintas yang menunjukkan nama-nama kota dan jarak seperti Albury, Cave, Pleasant Point dan Timaru. Timaru sendiri masih berjarak 61 kilometer.   Ah kalau melihat nama temoat ini kemungkinan kita akan mengambil arah yang berbalik karena perjalanan sebenarnya menuju ke Mt. Cook.

Ada sebuah lapangan yang cukup luas dengan rerumputan hijau dan pohon-pohon yang berbunga mirip Sakura yang berwarna pink. Ini adalah Cherry Blossom yang sangat indah. Sejak tiba di Christchurch beberapa hari lalu, memang saya sering melihat pepohonan dengan bunga-bunga warna pink yang sedang berkembang.

Di sini juga ada sebuah patung tentara Hanya sebuah paung yang sedang berdiri dan di dekatnya ada papan nama berlatar putih dengan tulisan warna hitam. Fairlie, demikian tertulis pada papan nama itu.  Mungkin sebagai penanda nama kota kecil ini.  Suasana pagi masih sepi. Hampir tidak ada orang lain di kawasan ini kecuali rombongan kami.

Di dekat patung tentara ini ada dua buah papan informasi yang menjelaskan mengenai kilasan keterlibatan Kawasan Mackenzie dan Selandia Baru pada Perang Dunia Pertama yang disebut sebagai The Great War.

Pada papan pertama yang berjudul Mackenzie Goes To War dijelaskan bahwa, setelah Britania Raya menyatakan Perang dengan Jerman pada 4 Agustus 1914 dan kemudian diikuti dengan Austria-Hungaria pada 12 Agustus dan Ottoman Turki pada 5 November, Selandia Baru segera bergabung dan mengirimkan pasukan untuk membantu Britania Raya. Konon di tempat ini yang dulunya merupakan Stasiun Fairlie, para tentara ini menunggu untuk diberangkatkan ke Timaru dan kemudian Christchurh untuk kemudian ke Wellington dan bergabung dengan pasukan dari berbagai kawasan lain di Selandia Baru.

Pada papan kedua yang berjudul Mackenzie’s War Experience dijelaskan sekilas mengenai keterlibatan pasukan New Zealand dari Mackenzie di pertempuran Galipoli pada April 1915.  Sebagai penutup dijelaskan juga bahwa Kawasan Mackenzie yang hanya berpenduduk sekitar 2400 orang telah mengirimkan 429 tentara atau lebih seperlima jumlah penduduk untuk berperang.  Dari jumlah ini, 69 tewas dalam pertempuran, 18 tewas karena luka-luka, dan 23 meninggal karena terjangkit penyakit.  Dari 319 tentara yang kembali ke New Zealand, 105 di antaranya tercatat terluka.  Secara total ada 112,470 tentara yang dikirim Selandia Baru ke Perang Dunia I itu dan 18,166 di antaranya tewas dan 41,317 terluka.    Ternyata dengan mampir di Fairlie, kita bisa sedikit belajar mengenai keterlibatan Selandia Baru dalam Perang Dunia I.

Tidak jauh dari tempat ini, ada lagi sebuah monumen yang berbentuk patung seorang lelaki dan seekor anjing. Ternyata ini adalah James Mackenzie Monument.   Dengan membaca informasi yang ada di sini, saya dapat mengetahui kilasan sejarah mengapa kawasan ini dinamakan Mackenzie Region.

The Legend of James Mackenzie, demikian judul papan informasi yang ada di dekat patung. Dijelaskan bahwa pada 1855, James Mackenzie merupakan orang kulit putih pertama yang memasuki kawasan Dataran Rendah yang kemudian disebut Mackenzie Basin.

Disebutkan juga bahwa Mackenzie merupakan imigran yang berasal dari Skotlandia dan konon merupakan seorang pencuri ternak yang terkenal. Dia bahkan pernah tertangkap mencuri lebih dari seribu ekor domba, dipenjara dan beberapa kali sempat melarikan diri.  Pada 1856, dia kembali ke Australia dan tidak diketahui lagi jejaknya. Namun kehebatannya menjadi sebuah legenda tersendiri sehingga dia bahkan dianggap sebagai pahlawan dalam cerita rakyat. Tidak mengherankan bila kawasan ini bernama Mackencie Basin.

Patung James Mackenzie bersama anjingnya yang bernama Friday ini dibuat dari perunggu oleh pemahat Sam Mahon ini diresmikan pada 7 November 2003, demikian tertulis pada prasasti yang ada di kaki patung.

Anjing ini ternyata merupakan anjing yang disebut dengan The Coolie Dog dan pernah saya lihat patungnya di dekat Church of Good Shepherd di tepian Danau Tekapo.   Siang ini nanti, kami juga akan melewati Lake Tekapo dalam perjalanan menuju ke Mt. Cook.

Failie, South Island, New Zealand

Tinggalkan Balasan