Telah lebih satu minggu saya di Yogya dan acara rutin setiap hari adalah jalan kaki ke berbagai tempat menarik sesuka hari, sekuat kaki melangkah dan sering tanpa tujuan pasti. Yang penting hati senang dan badan menjadi lebih sehat.
Pagi itu, saya melangkah menyusuri Gang Abdul Hadi lalu menyeberangi Jalan Taman dan masuk ke kompleks Taman Sari. Suasana masih sepi karena memang belum waktunya jam buka.
Melewati Masjid Soko Tunggal saya belok kiri di Kampung Taman, melewati gang dan jalan kecil serta menikmati beberapa lukisan mural yang cantik. Salah satunya bergambar seorang lelaki memakai celana pendek, kaos, dan sandal jepit sedang berjongkok. Di tangannya ada replika pemandian Taman Sari yang sedang disoroti lampu senter oleh sosok dengan kostum mirip wayang mengenakan kain motif batik dan keris terselip di pinggang. Pada bagian kiri atas ada angka tahun 1765.
Suasana kampung taman yang asri dengan jalan dari konblok membuat perjalanan makin mengasyikkan. Sesekali saya juga melewati lorong sempit yang diapit tembok tinggi berwarna putih yang kadang sudah kusam, sangat khas Yogya, khususnya kawasan di sekitar Keraton.
Akhirnya saya tiba di Jalan Nagan Lor yang juga terasa sepi pagi itu. Sesekali ada sepeda motor atau sepeda yang lewat. Namun tidak ada yang berjalan kaki.
Di sini ada kantor Kalurahan Patehan, Kemantren Kraton . Sebagaimana diketahui, bahwa di kota Yogya kecamatan disebut dengan kemantren dan camat disebut panewuh, sementara Kelurahan disebut Kalurahan.
Di persimpangan jalan Nagan Kidul saya belok ke selatan menuju Pojok Beteng Kulon dan tidak lama kemudian sudah tampak dengan temboknya yang putih kokoh. Ada tangga untuk naik keatas, namun sayang pagar warna hijau yang ada di pintu pagar digembok. Tepat di atas pagar ada dahan dan ranting pohon yang saya tidak tahu namaynya. Akhirnya saya hanya bisa menikmati pojok beteng ini dari luar.
Sejenak melihat Pojok Beteng in dari dalam, rasa penasaran membuat saya ingin melihat pojok beteng dari sisi luar. Untuk itu saya harus memutar kembali ke utara menyusuri jalan Nagan Kulon lalu belok kiri di Kadipaten Kulon dan melewati Plengkung Jogoboyo yang kini hanya berbentuk gapura lalu belok ke arah selatan di Suryowijayan.
Lumayan jauh dan lebih dari 1 kilometer, tetapi tetap menyenangkan. Berjalan sendiri tanpa teman sambil menyaksikan banyak hal yang mungkin terlewat kalau kita berkendara. Salah satunya adalah petunjuk jalan ke Bakmi Doring yang ada di kampung Suryowijayan.
Cukup jauh berjalan, akhirnya saya tiba kembali di Pojok Benteng dari sisi yang lain. Pada sebidang tanah di antara dinding yang kokoh dan jalan raya dihiasi sebuah taman kecil dengan bunga warna merah dan ungu serta dedaunan warna hijau tua dan hijau muda kekuningan. Lumayan cantik dan kontras dengan tembok tebal benteng warna putih.
Uniknya ada sebuah tanda peringatan di taman yang kecil ini. Tulisannya bukan jangan menginjak rumput, melainkan “Dilarang buang air kecil di taman.” Di Yogya memang cukup banyak peringatan sejenis ini.
Tepat di pojok-pojok tembok ada dua buah bagian benteng yang bentuknya mirip tabung dengan atap bulat berbentuk kubah kecil dengan puncak dihiasi kelopak bunga. Pada dindingnya , ada bagian yang berlubang dan mungkin bisa digunakan untuk mengintai musuh.
Setelah belok ke jalan MT Haryono , ada papan informasi bertuliskan Pojok Beteng Kulon sebagai cagar budaya .
Di Ujung tembok baluarte, sudah ada bangunan rumah penduduk dan di dekatnya ada sisa bahan bangunan. Mungkin kelebihan sewaktu renovasi. Namun sama sekali tidak ada akses untuk naik ke benteng .
Singkat cerita pojok beteng atau Bastion Kulon ini statusnya sama seperti Plengkung Gading yang kini hanya bisa dinikmati dari luarnya saja. Saya ingat beberapa tahun lalu pernah naik ke atas Plengkung Gading dan menikmati suasananya lebih dekat.
Saya kemudian menyeberangi jalan MY Haryono dan berjalan sedikit ke Timur .
Di sini kebetulan ada halte Trans Jogja dan saya memutuskan untuk menunggu bus dan naik ke mana saja untuk mengobati kekecewaan pagi ini. Sudah jalan lumayan jauh tetapi hanya bisa memandang pojok Beteng.
Yogya , Juli 2022