Setelah sejenak belajar kisah dan sejarah Tugu Golong Gilig yang kini menjadi Tugu Pal Putih, saya melanjutkan jalan kaki menuju ke selatan melalui Jalan Margo Utomo yang dulu bernama Jalan P. Mangkubumi.
Jalan ini pun memiliki kaki lima yang lebar dan nyaman walau tidak seramai Malioboro. Namun banyak gedung-gedung bersejarah dan juga punya kenangan. Ada yang masih ada , dan sebagian sudah menghilang beralih rupa sesuai perkembangan zaman.
Pagi itu, sebagian kantor dan toko masih tutup, tetapi ada juga yang sudah buka dan tentunya dapat dikenali nama , fungsi dan Sebagian sejarahnya. Di seberang jalan, ada gerai Bakpia Tugu dan sebuah agen Bus Malam bernama OBL. Saya juga ingat bahwa sejak zaman dulu di Jalan Mangkubumi ini memang banyak agen bus malam. Yang menarik dari segi arsitektur adalah sebuah bangunan berlantai dua yang lumayan cantik. Di bagian muka di lantai atas ada tulisan Honje. Ternyata ini merupakan sebuah restoran yang cukup terkenal di Yogya.
Berjalan terus ke selatan, setelah melewati berbagai toko dan juga bangunan tua serta sebuah bank, ada sebuah bangunan bertingkat yang lumayan tinggi dan modern. Ini adalah Hotel 101 Yogyakarta Hotel Tugu. Terlihat deretan tiang bendera dan juga banyak kendaraan yang parkir di depan lobi.
Sementara di sebelah kiri jalan sudah cukup banyak bangunan dan tempat usaha serta toko yang saya lewati, baik angkringan, hotel, resto dan coffee serta money changer. Sebagian besar masih tutup pagi itu. Saya akhirnya sampai di halte TJ dan terlihat ada sebuah bus yang baru saja lewat dan juga deretan becak yang parkir di tepi jalan.
Saya terus berjalan santai ke arah selatan dan kemudian tiba di Hotel Harper Malioboro Hotel ini terlihat cukup mewah dan modern berlantai 5 atau 6. Kemudian setelah sebuah klinik Prodia ada lagi sebuah hotel yang lebih kecil yaitu Hotel Arjuna. Hotel ini juga cukup modern dan memiliki 3 atau 4 lantai. Uniknya semua tampak depan hotel-hotel di Jalan Margo Utomo ini mempunyai rona warna yang sama yaitu sentuhan warna merah tua kecokelatan.
Dan hanya beberapa gedung setelahnya ada sebuah bangunan tua yang sejak dulu sudah ada yaitu Kantor Harian Kedaulatan Rakjat yang beralamat di Jalan Mangkubumi 38-40. Sekilas gedung ini masih sama seperti puluhan tahun yang lalu. Yang membedakannya adalah kalau dulu di sini kita bisa membaca koran dinding yang dipajang di balik kaca.
Namun saya merasa ada sesuatu yang hilang di tempat ini. Dulu di dekat KR atau Kedaulatan Rakjat ini pernah berdiri sebuah bioskop yang bernama Ratih. Nah tentu saja saya sering sekali nonton di sini karena tempat tinggal saya tidak jauh di kawasan Gowongan. Yang diingat pada masa itu adalah harga tiket yang dibagi menjadi dua kelas yaitu, Loge dan Stalles. Kalau tidak salah untuk nonton di kelas Stalles yang harganya sekitar 200 Rupiah saja. Lalu dimanakah Bioskop Ratih, apakah sekarang menajdi Hotel Arjuna?
Berjalan terus ke selatan, banyak bangunan toko, kantor dan hotel yang dilalui seperti Hotel Grand Zuhri, Kantor Pertamina, Bank dan juga gerai Indomaret, di sebelah kanan jalan saya bertemu dengan sebuah resto atau café bernama Burjo Mangkubumi. Saya sendiri ingat bahwa sejak dulu pun di sini sudah ada burjo yang saat itu hanya menjual bubur kacang ijo dan ketan hitam. Apakah resto yang sekarang cukup megah ini sebenarnya adalah tempat makan yang dulu?
Akhirnya saya tiba di dekat Stasiun Tugu. Di ujung jalan ada sebuah bangunan kuno yang sekarang dikelilingi dengan pagar seng. Bagian atas bangunan ini dengan atapnya yang kasa warna biru putih masih terlihat jelas walau Sebagian atap juga sudah runtuh. Dulu ini adalah hotel Toegoe yang sangat bersejarah. Bahkan saya ingat pernah menginap di sini sekitar tahun 1980 dengan harga hanya 3000 Rupiah saja.
Dan di depannya terlihatlah Stasiun Tugu yang lumayan megah walau sering menderita karena menanggung beban berat padatnya lalu lintas di sekitar. Di sini saya duduk sebentar sekedar mengingat kembali bioskop jadoel yang terkenal di Yogya dahulu.
Selain Ratih, tentunya dia mempunyai pasangan bernama Rahayu. Bioskop ini dulunya terletak di Jalan Solo dan mungkin sekarang sudah tidak ada lagi. Sementara dalam perjalanan di kawasan Pasara Beringharjo, saya juga ingat bahwa tepat di seberang pasar ini dulu ada sebuah bioskop bernama Indra. Ternyata lokasinya sekarang sudah menjadi Teras Malioboro I. Saya masih ingat pernah nonton film The Omen di Bioskop Indra ini. Ada yang ingat tahun berapa.
Sementara, kalau kita terus berjalan ke selatan, ke arah alun-alun utara, dulu di pokok timur laut alun-alun ini ada sebuah bioskop yang sering dipanggil singkat dengan kata Sobo, walau nama panjangnya Soboharsono. Ternyata di lokasi bioskop Soboharsono ini sekarang berdiri Jogya Gallery. Bahkan gedungnya pun masih sama persis.
Masih ada beberapa bioskop jadoel seperti Shopping, Permata yang mungkin masih ada atau mungkin juga sudah berubah bentuk. Konon lokasi Shopping sekarang sudah menjadi Taman Pintar sementara Bioskop Permata yang ada di Jalan Sultan Agung masih ada walau sudah berubah fungsi. Saya belum sempat menjenguk kembali tempat-tempat itu.
Wah siapa sangka, sepenggalan jalan kaki dari Tugu hingga ke stasiun Tugu dan Hotel Toegoe sepanjang Jalan Margo Utomo atau Mangkubumi menguak kembali tentang bioskop jadoel di Yogya yang penuh kenangan dan pernah berjaya pada tahu 1970-an dulu.
Yogya, Juli 2022