Jalan Pagi dan Berjumpa dengan Toilet Malam di Langenastran Lor

Berita, Wisata135 Dilihat

Jalan Langenastran Lor membentang di sebelah timur Alun-alun Kidul menuju ke Namburan dan juga Gamelan. Sebuah jalan yang biasanya sepi di pagi hari dan sedikit ramai kalau di sore atau malam karena biasanya lalu lintas agak tersendat di alun-alun karena adanya odong-odong.

Nah, pagi itu saya memulai perjalanan untuk melihat apa saja yang menarik di jalan ini yang bisa dilihat sambil jalan santai. Kalau kita naik kendaraan, biasanya banyak tempat yang terlewatkan.

Sebuah jalan yang biasa-biasa saja menyambut saya ketika memasuki jalan ini. Di kiri kanan jalan berderet rumah-rumah khas di kawasan Jero Benteng, ada yang ukuran sedang dan ada juga yang ukurannya lebih besar. Sebagian digunakan sebagai warung, rumah makan dan juga toko.

Bangunan pertama yang menarik perhatian adalah sebuah rumah yang beratap joglo dengan tembok putih yang cukup tinggi. Rumah ini cukup berbeda dengan yang lainnya karena dua pintu utama nya ada di kedua sisi alias ujung rumah yang mengapit tembok putih yang dilengkapi dengan tiga jendela berwarna hijau. Dua pintu ini juga tertutup rapat dan dari kayu berwarna hijau.  Di dekat tembok ada sebuah tiang nan cantik dengan tulisan yang menjelaskan bahwa bangunan ini merupakan Warisan Budaya berdasarkan Keputusan Walikota Yogyakarta tahun 2018.  Sebuah rumah besar yang indah walau hanya bisa melihatnya dari luar.

Saya terus berjalan ke Timur, Oh ya di Yogya, kita harus membiasakan menunjukkan arah sesuai mata angin.   Beberapa puluh meter di seberang Bangunan Warisan Budaya ada sebuah masjid dengan warna dominan hijau putih yang juga cukup cantik.  Namun yang menarik adalah Plang nama yang menonjol ke Jalan bertuliskan Toilet Umum.   Rupanya Masjid ini mengutamakan pelayanan sosial bagi orang lewat yang kebetulan perlu ke toilet.

Selain berfungsi sebagai Masjid yang bernama Margoyuwono, di sini juga terdapat papan nama SD Muhammadiyah Sapen di Kraton dan di sebelahnya TPA atau Taman Pendidikan Al-Quran.  Namun yang menggelitik saya adalah sebuah bangunan kecil di sudut halaman  yang bertuliskan Toilet Malam.  Mungkin saja ini toilet yang bisa digunakan di malam hari jika bangunan pagar utama sudah terkunci sehingga diletakkan di sudut halaman?  Terbukti dengan adanya pintu pagar kecil di sini. Dan yang perlu disimak juga adalah masjid ini ternyata merupakan salah satu bangunan cagar budaya di kota Yogya.

Tepat di sebelah masjid ada sebuah rumah atau bangunan yang difungsikan sebagai gerai Batik. Namanya Batik Pramugari. Di depan pagar ada tertulis jam buka gerai atau butik ini. Namun saya ingat beberapa kali pernah mampir ke sini. Selain membeli batik, kita juga melihat dan sedikit belajar proses pembuatan batik. Butik ini juga memiliki interior yang cukup cantik.  Di dekat gerbangnya yang antik ini juga ada sebuah  tiang dengan papan kecil bertuliskan Bangunan Warisan Sejarah.

Di sebelahnya juga ada lagi sebuah gerai batik yang bangunannya tidak memiliki pagar. Namanya Rumah Batik Bu Endah. Sementara di seberang jalan terdapat  Café yang berbentuk Rumah Joglo.

Berjalan lagi menuju timur, di sebelah kiri, kita akan berjumpa dengan kantor pemerintahan yaitu Kantor Kelurahan Panembahan di wilayah Kemantren Kraton. Kembali kompleks bangunan ini juga didominasi oleh warna hijau yang memberikan kesejukan bagi mata yang memandang. Di halaman Kelurahan ini, ada pohon Nangka besar dengan buah-buah yang bergelantungan. Sebagaimana  Sebagian besar fasilitas umum di kota Yogya, ada juga sebuah papan bertuliskan Kelurahan Layak  Anak.

Di seberang jalan sekitar 10 meter dari Kelurahan Panembahan ini, ada sebuah bangunan atau rumah besar dengan halaman yang luas dan amat cantik.  Di halaman ada beberapa pohon besar yang rindang dan ada sebuah pos kecil di sudut kiri sementara pintu gerbang ada di sudut kanan. Dari kejauhan rumah dengan gaya arsitektur Indis ini tampak indah dengan cat warna krem dan coklat. Perabotan tua tampak menghias berandanya dengan fasad atas dihiasi ukurin relief bermotif flora.  Di pagar ada besi lis yang membentuk semacam logo atau lambang bertuliskan huruf P. Saya tidak tahu apakah rumah ini juga merupakan bangunan warisan  budaya?

Tepat di sebelah rumah nan cantik ini, juga ada sebuah rumah berbentuk joglo dengan halaman yang lumayan luas yang digunakan sebagai gerai Bakmi Jowo.  Uniknya di halaman ini ada sebuah back drop bertuliskan “Temennya Pak Jendral,”

Perjalanan di Langenastran Lor hampir selesai. Di ujung jalan ada dua bangunan yang juga tetap menarik. Di sebelah kiri, sebuah rumah yang cukup besar dengan model kekinian dan sekarang digunakan sebagai gerai Bakmi. Bakmi Jowo 31 yang sesuai dengan alamatnya di no 31.

Sementara di sebelah kanan ada sebuah rumah yang tidak kalah besarnya, masih beratap joglo namun tampak baru dengan warna coklat yang dominan baik bangunan, genting, maupun pagar. Kali ini berfungsi sebagai sebuah butik dengan nama Batik Djajan.

Jalan Langenastran Lor pun berakhir dan kalau lurus kita akan masuk ke Jalan Namburan yang terlihat cukup rindang dengan gapura yang cukup cantik menghias kedua sisi jalan. Kalau belok kiri, kita akan bertemu dengan jalan Gamelan dan Monumen Sate Puas serta Monumen Perjuangan Gamel yang sudah diceritakan sebelumnya.

Yogya , Juli 2022

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan