Seikat Bunga untuk Bapak Bangsa di Vientianne

Terbaru, Wisata0 Dilihat

Vientiane, Ibukota Lao PDR atau People’s Democartic Repoublis Laos merupakan salah satu negara di Indocina yang masih memegang teguh komunisme.
Ke negri iniliah saya dan beberapa sobat berkunjung selama sekitar satu minggu pada Maret 2004 lalu. Di kota inilah pertama kali kami mengenal tatacara berziarah ke monumen pemimpin negri yang sangat dihormati di negri yang mayoritas beragama Buddha itu.

Kota Vientianne merupakan kota yang cukup cantik, bahkan penuh dengan bangunan tua peninggalan kolonial Perancis. Salah satu tempat yang harus dikunjungi adalah Monumen Kemenangan alias Arc De Triumph ala Laos yang dinamakan Patuxati. Tepar di jantung ibukota Laos.

Selain itu ada juga sebuah pagoda yang menjadi ikon dan kebanggaan rakyat Laos yang dinamakan That Luang dan konon sudah berusia ribuan tahun. Disini tedapat stupa bersar yang berlapiskan emas.

Jalan-jalan di Vientinane cukup mengasyikan, kemana-mana cukup naik tuktuk dan ongkosnya juga cukup ekonomis yanitu satu Dollar per orang. Walaupun mata uang Laos adalah Kip namun sebagai turis kita juga bisa menggunakan uang US Dollar di negara ini.



Pada hari terakhir, kami diajak tuan rumah dalam suatu acara bebas, yaitu tur keliling kota dan kemudian diakhiri dengan makan siang di sebuah restoran seafood di tepi Sungai Mekhong sambiil berkaraoke ria.

Namun ada satu destinasi menarik yang tidak mudah dilupakan dan sangat berkesan. Yaitu berkunjung ke sebuah monumen atauu Memorial berupa museum yang dipersembahkan untuk Kaysone Phomvihane, tokoh revolusioner yang dianggap sebaga bapak bangsa dan juga pernah menjabat sebagai Prseiden Laos.

Dari pusat kota Vientiane, kendaraan kami melaju melewati jalan Raya Route 13 menuju ke arah Selatan. Dan setelah sekitar 15 menit berkendara, kita sampai di kim 6 dan memasuki sebuah tempat parkir dimana di kejauhan terlihar sebuah gedung yang lumayan besar dan megah dengan halaman yang sangat luas.

“Ini adalah Kaysone Phomvivae Museum and Memorial”, demikian penjelasan pemandu wisata yang juga menjelaskan bahwa kami sebagai tamu diharapkan mengikuti dirinya untuk mempersembahkan seikat bunga di depan patung raksasa Kaysone yang ada di depan gedung.



Turun dari kendaraan, kami semua berbaris rapi menuju patung dan kemudian diminta untuk membentuk barisan memanjang dengan sang pemandu di depan memegang karangan bunga.

Dengan aba-aba yang cukup keras kami diminta untuk sejenak menundukkan kepala memberi hormat kepada pemimipin revolusi Laos yang berhaluan komunis tersebut. Habis memberi hormat maka karangan bunga pun diletakkan di kaki patung. Di sana juga sudah terdapat cukup banyak karangan bunga yang diletakan oleh rombongan yang datang sebelum kami.

Rupanya ini adalah tata cara atau ritual yang berlaku umum tanpa aturan tertulis di Laos. Tata cara ini mengingatkan saya akan aturan yang hampir sama yang berlaku di Korea Utara. Bila kita sebagai turis berkunjung ke Mausoleum Kim Il Sung, maka kita juga diharuskan memberi hormat kepada patung pemimpin Kora Utara tersebut.

Setelah itu barulah kami diberi waktu sekitar 45 menit untuk melihat-lihat museum. Pertama-tama saya segera berpose di depnt patung Kaysone. Lalu melihat ke sebuah monumen gaya komunis yang ada di halaman. Monumen ini berupa patung rakyat, petani bersenjata dan tentara baik pria dan wanita dalam gaya revolusioner dengan latar belakang bedera Laos yang sedang berkibar.



Setelah puas melihat di halaman , kami segera masuk ke dalam museum. Di sini dipamerkan banyak benda memorabilia milik Kaysone sejak usia muda dan ketika dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari Perancis bersama keawan-kawan seperjuangan.

Gaya bangunan museum ini sangat mirp dengan gaya sosalis yang juga ada di Vietnam. Ketika berkuung ke Museum Paman Ho di Hanoi, terasa ada kemiripan, walau gedung memorial dan museum di Vientianne ini jauh lebih luas dan megah.

Akhir nya setelah sekitar 40 menit sejenak mampir ke museum ini, kami pun segera kembali ke kendaraan untuk berangkat ke restoran di tepi Sungai Mekhong. Sungai Mekhong sendiir merupakan sungai yang mengalir di berbagai negara Asia melewati Tiongkok, Thailand, Laos dan lemudian sampai ke muara di Ho Chi Minh City di Vietnam.

Siang itu, saya belajar suatu cara baru orang-orang komunis menghormati pemimpinnya.

Vientianne, 2004





Tinggalkan Balasan