Berkunjung ke Rumah ‘Out of Africa’ di Mbogani

Berita, Wisata36 Dilihat

Salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi kalau kita ke Nairobi adalah Karen Blaxen Museum. Sebuah rumah tua dari era kolonial yang pernah dimiliki oleh seorang penulis berkebangsaan Denmark Karen Blaxen.

Siang itu, setelah sejenak mampir ke Giraffe Centre, kendaraan saya pun menuju kawasan perkebunan Mbogani, atau Ngong Hills yang sangat asri, luas dan hijau.  Dari tempat parkir saya berjalan memasuki halamannya yang luas.  Sekilas tampak sepi dan di kejauhan hanya ada seorang sekuriti berseragam kemeja putih dengan celana hitam bergaris merah dan sepatu boot.

Di tengah halaman rumput yang luas berdiri gagah sebuah tiang dengan bendera Kenya warna hitam, merah, hijau, bergaris putih yang berkibar diembus angin siang di pinggiran kota Nairobi.

Dengan langkah mantap saya mendekati rumah tua yang terlihat sangat asri.

“Polite Notice, All Visitors must obtain tickets, Thank You”, sebuah papan pengumuman ada di pekarangan di dekat pepohonan. Rupanya karena saking terbukanya rumah yang menjadi museum ini, banyak juga pengunjungng yang bisa masuk tanpa membeli ticket.  Saya segera menuju ke sebuah meja di depan pintu masuk dimana kita dapat membeli tiket seharga 1200 Shillings Kenya.

Di dalam rumah kita seakan-akan melewati lorong waktu kembali ke era awal abad ke 20, ketika Kenya masih dibawah jajahan Inggris.  Di rumah inilah penulis Denmark Karen Blixen atau Karen Dinesen pernah tinggal. Dan di rumah ini pula film legendaris pada awal 1980 an “Out of Africa” difilmkan.

Film yang berdasarkan novel dengan judul yang sama ini konon dimulai dengan frasa “I had a farm in Africa, at the foot of the Ngong Hills”.

Di rumah ini, kita bisa merasakan kembali kehidupan Karen Blixen melalui foto-foto, buku-buku, dan benda-benda milik Karen sewaktu beliau masih tinggal disini.

Saya kemudian duduk di beranda sambil memandang halamannya yang luas. Warna hijau ada dimana-mana membuat hati merasa nyaman. Berada di rumah museum ini, kita bagaikan bukan berada di Nairobi yang padat dan sedikit menyeramkan.  Kita seakan-akan berada di sepotong surga yang tertinggal di Afrika Timur.

Walau pun tempat ini indah bak sepotong surga, namun kisah hidup Karen sendiri penuh dengan drama dan sengsara. Bagaimana dia dikhianati oleh suami dan menemukan cinta baru di tempat ini.  Bagaimana pria yang dicintai kemudian tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1931 dan kemudian perkebunan kopi nya pun dilanda kekeringan.

Akhirnya Karen menjual rumah dan perkebunan ini pada Agustus 1931 dan meninggalkan Afrika untuk kembali ke kampung halaman di Denmark. Dia tidak pernah lagi kembali ke Afrika sampai meninggal pada 1962 dalam usia 77 tahun.

Rumah perkebunan ini kemudian dibeli oleh pemerintah Denmark dan pada 1964 diberikan kepada pemerintah Kenya sebagai hadiah kemerdekaan.

Sejak 1986, Rumah yang asri di Mbogani ini dijadikan museum.

Dan setelah puas mengembara ke masa lampau, saya kemudian kembali ke kendaraan untuk melanjutkan jalan-jalan di Nairobi.

 

 

 

Tinggalkan Balasan