Nenek Madiun ngontrak rumah di RT 04 RW 01 Kelurahan Rambutan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Tempat tinggal ini lebih dikenal dengan nama Kampong Bhozonk. Nenek tinggal sendirian terkadang anak dan cucu menjenguk di rumah satu kamar itu. Usia Beliau diperkirakan 90 tahun.
Tubuh sudah bongkok, sebenar benarnya Subhanallah bongkok sempurna. Jalan tertatih tatih, Namun dalam keadaan seperti itu Nenek Madiun masih bisa berkomunikasi dengan baik. Hanya saja pakai bahasa Jawa kental sehingga awak paham paham jugalah sedikit.
Sudah cukup lama juga berkenalan dengan nenek sejak keluarga kami tinggal di Republik BHP tahun 2011. Awak mmaggil Nenek dengan sebutan Mbah Madiun. Beliau menyapa awak dengan ucapan 3 kali. Pak haji, Pak haji Pak Hajii… selalu begitu setiap bertemu.
Jum’at 4 September 2020 bersebab ada waktu luang awak berolahraga. Berjalan kaki mulai pukul 07,30 mengelilingi Komplek Perumahan Bumi Harapan Permai (BHP). Berpapasan dengan beberapa sahabat Purnawirawan Polri penggemar olahraga jalan kaki. Mantan Polisi itu jalannya cepat. Awak tak pula bisa mengikuti irama speed mereka, hanya say hello silahkan,…
Ketika selesai olahraga awak memilih lewat Kampong Bojong (ini tulisan yang benar). Seperti biasa mampir di 2 tempat. Itulah kontrakan Nenek Madiun dan Nenek Ipah. Menyapa dua nenek dan menyantuni sekedarnya dana untuk sekali makan. Niat utama sebenarnya untuk silaturahmi saling mendoakan kepada sesepuh Kampong Bhozonk.
Hari itu Mbah Madiun tak ada dikamarnya. Kata tetangga Beliau sedang di toko penjual sayuran sebelah. Awak menyusul kesana, terlihat Nenek sedang asyiek ngobrol. Langsung saja Mbah Madiun berucap “Pak haji, Pak haji, Pak Haji… (3 kali).
Kebetulan nenek mau pulang. kami menuntun beliau. Dalam perjalanan hanya 15 langkah ke kontrakannya Nenek berpesan.
“aku ojo dikirimi lagi nasi uduk”
Awak terkejut, apa apa rupanya. Setelah diterjemahkan oleh warga tetangga ternyata nenek bukan kurang suka nasi uduk betawi, tetapi kurang srek saja, perut sakit penjelasannya.
Bersama Nenek Madiun di kediamannya di kampong Bojong dan Sembako Hadiah Beliau
Setiap Jum’at pagi keluarga kami mengirim Nasi Uduk Mpok Husin ke Nenek Ipah dan Nenek Madiun. Baru sekarang paham bahwa nasi itu tidak dimakan Nenek tetapi di berikan kepada tetangga.
” Yo wis Mbah, kulo paham” menjawab pakai Bahasa Jawa sekenanya.
Lain kali awak berjanji dalam hati. Jangan memberi nasi uduk tetapi santunan dalam bentuk lain saja. Ketika mau pamit pulang Mbah Madiun malah mengasih sembako. Allah Akbar. Dalam kondisi seperti itu Nenek masih bersedekah
Awak menolak dengan halus, Tetapi anak anak disekitar Nenek memberi kode isyarat dengan tangan. Kode isyarat itu kalau diterjemahkan kira kira begini
“Terima saja Pak Haji, Nenek marah kalau ditolak”
2 Botol minyak goreng, 2 bungkus gula pasir dan 1 kotak teh celup. Itulah isi kantong plastik hitam dari Nenek Madiun. Sebelum Pamdemi covid 19 nenek masih bisa berjalan ke BHP. Terkadang mampir kerumah. Sesekali membawa oleh oleh.
Rezeki Nenek Madiun di jamin Allah SWT. Selalu saja ada warga yang berdedekah. Dalam kamarnya banyak barang dan makanan hadiah Anak Cucu dan Tetangga. Bisa jadi doa Nenek makbul sehingga pasak bumi nan sepuh dan baik hati ini menjadi kesayangan warga sekitar.
Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa ketika gemar memberi maka akan lebih banyak didapat. Kami sekeluarga merasakan dan membuktikan bahwa ungkapan itu benar adanya.
Selain itu ketika memberi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Paling tepat dalam bentuk uang cash, sehingga bisa dipergunakan untuk kebutuhan keseharian.. Kami mendapat pembelajaran kehidupan melalui Pesan Nenek Madiun. Terima Kasih Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta contoh teladan Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Salamsalaman
BHP, 4 September 2020
YPTD.
.
.