Film Perjuangan Kehabisan Nafas Menunggu Kehadiran BPIP

Film Perjuangan Kehabisan Nafas

Sudah berapa lama anda tidak menonton film genre perjuangan. Lama, itulah jawaban sepakat warga kota.  Tidak boleh juga menyalahkan pandemic covid 19 tahun 2020 -2021 sebagai sebab musabab.  Namun demikianlah fakta. Akhir akhir ini bahkan sebelumnya sedikit boleh dikatakan tidak ada lagi film perjuangan produksi dalam negeri.

Kalaupun ada itulah Film Perburuan. Film yang diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer dengan judul sama ini bercerita tentang enam bulan setelah kegagalan PETA melawan Jepang. Hardo (Adipati Dolken) diburu oleh tentara Jepang karena dianggap sebagai otak dari pemberontakan.

Dalam sebuah pengejaran selama satu hari dan satu malam menjelang proklamasi kemerdekaan, sebuah drama perjuangan terungkap. Kekejaman Jepang, pengkhianatan ayah tunangannya serta sahabat tak membuat Hardo patah semangat merebut kemerdekaan. Film rilisan tahun 2019 ini disutradarai oleh Richard Oh dan diperankan oleh Ayushita, Ernest Samudra, Khiva Ishak dan Michael Kho.

Padahal nilai nilai juang 45 dengan slogan merdeka atau mati itulah nafas sebenarnya perjuangan anak negeri melawan penjajahan. Semangat  juang ditandai sikap rela berkorban. Bahkan jiwa pun jadi taruhan untuk kemerdekaan Indonesia Raya.

Film perjuangan diyakini mampu menggelorakan semangat juang seperti melawan penjajah.  Tantangan paska kemerdekaan yaitu rela berkorban untuk negeri tercinta menghapuskan kebodohan dan kemiskinan. Inilah peran dari ratusan tayangan film perjuangan mampu menggugah semangat rakyat Indonesia membangun negeri.

Tentu saja ada perak aktif dan produktif dari Pemimpin Negara.  Siapapun dia hendaknya menyadari bahwa semangat juang itu kini semakin melemah.  Menggelorakan semangat rela berkorban di negeri paternalistik sesungguhnya sangat mudah.  Tinggal kemauan dari pemimpin bangsa ini memberi suri tauladan.  Rakyat sih manut monggo saja.

Kemauan dan kepedulian bukan sekedar lip service.  Harus ada wujud nyata misalnya dari Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) turun kaki.  BPIP menganggarkan dana berupa subsidi produksi film nasional ber genre perjuangan.

Terus terang rakyat menunggu kebijakan moral membangun negeri terutama untuk enerasi muda.  Cinta tanah air bisa terus menerus di sampaikan melalui media film dan  media sosial.  Kondisi saat ini sangat memprihatinkan ketika rakyat disodorkan tayangan sinetron televisiswasta  Lihat saja sinetron keluarga abal abal yang sama sekali tidak mendidik.

Apabila tayangan tersebut dibiarkan tanpa dilawan dengan tayangan nilai nilai  perjuangan,  dikuatirkan apa apa yag disaksikan oleh pemirsa dianggap suatu pembenaran. Bahaya.  Kita tentu tidak ingin generasi muda terpengaruh dari informasi hoax, tidak mendidik tanpa ada tayangan mendidik sebagai pilihan.

Oleh karena itu BPIP hendaknya bersegera melakukan aksi nyata memberi subsidi kepada para producer untuk membuat film perjuangan.  45 Butir Pancasila bisa dijadikan tema film film perjuangan.  Kita yakin kepiawaian para insan film mampu membuat skenario film perjuangan yang tidak kalah menarik dari Drama Korea.

Tentu saja harapan itu hanya tinggal harapan ketika kepedulian para pembesar negeri  tidak berangkat dari hati nurani cinta negeri. Ketika Film Perjuangan ditayangkan di bioskop paska pandemic covid 19 penonton berbondong. Pasti full box.  Terlalu banyak aktris dan aktor nasional nan memiliki talenta memerankan jiwa juang setara Presiden B.J. Habibie.

Akhirul kata.  Tetap disiplin Porkes. 3 M . Memakai Masker Menjaga jarak dan Mencuci tangan. Kehidupan normal ada didepan kita.  Lelah 2 tahun terakhir terpasung dirum,ah.  Kita adalah bangsa nan elok hati, suka bersilaturahmi dan gemar menonton film produksi dalam negeri.  Bioskop itu akan ramai lagi.  Percayalah.

  • Salam literasi
  • BHP, 14 September 2021
  • TD

Tinggalkan Balasan