Di ujung bulan Ramadhan 1439 Hijriyah tak pernah menyangka harus pulang kampung lebih cepat dari jadwal semula, setelah mengajukan jadwal cuti ke kepala gudang di mana Penulis bekerja, akhirnya Jum’at sore pasca waktu Isya berangkat menuju kampung halaman di daerah Kuningan. Harus segera tiba karena kakak tertua di rawat di RSUD Linggarjati Kuningan.
Tak pelak lagi secara bergiliran menjaga kakak tertua Penulis, udara yang dingin dengan suhu 22 derajat celcius. Meski sedikit lelah namun tetap harus menjaga keberadaan kakak yang sedang di rawat. Angin malam terasa menusuk tulung dan tidur pun dengan posisi asal ngegeletak sesekali terbangun. Menjaga orang sakit meski bergiliran namun tetap saja terasa letih.
Yup seusai makan sahur dan menunggu waktu adzan shubuh. Angin bertiup cukup kencang dan sudah waktunya untuk menunaikan sholat shubuh, menuju arah pinggir dari RSUD, terlihat bangunan masjid dan juga sebuah ruangan di cor semen dengan peneduh berupa tiang tiang besi berwarna biru.
Dan inilah masjid yang di kunjungi Penulis, masjid bernama Al Muttaqin yang berada satu komplek dengan RSUD Linggarjati yang terletak di Jalan Raya Bandorasa Wetan Nomor 36 Cilimus, Kuningan Jawa Barat.
Suasana tidak begitu ramai, masjid Al Muttaqin tidaklah terlalu besar namun cukup resik dan juga terawat, tempat wudlunya juga bersih dan toiletnya apik, ruangan masjid cukup menampung beberapa shaf sholat dengan alas karpet berwarna merah dan di lengkapi tirai biru untuk pemisah shaf perempuan dan laki laki, di sisi masjid terdapat ruang tambahan yang mungkin di gunakan untuk sholat Jum’at.
Ditempat imam terdapat mimbar dengan motif kaligrafi dan di percantik warna hitam sehingga tampak elegant.Papan pengumuman memuat kegiatan bulan ramadhan, ada list untuk imam tarawih yang di tulis lengkap mulai dari hari pertama hingga usainya bulan suci ramadhan 1439 Hijriyah.
Ada juga jadwal muadzin untuk sholat Jum’at. Dari papan pengumuman Penulis mendapatkan info tentang jadwal kegiatan ceramah agama dengan pengisi materi oleh para pejabat RSUD Linggarjati. Semua terjadwal dan juga terperinci sehingga terlihat masjid di lingkungan RSUD memiliki tata kelola yang baik.
Iqomah berkumandang penanda sholat Shubuh akan segera di laksanakan, tak banyak jamaa yang hadir, namun dua shaf sholat shubuh. Sang Imam membacakan surat dengan nada yang tartil, sesekali terasa angin menyapa di antara pintu yang terbuka, sholat shubuh di Al Muttaqin dalam suasana Ramadhan.
Seusai sholat, mengamati kembali bangunan masjid dan kemudian berlalu, setelah itu menuju parkiran motor, di antara udara dingin pagi hari, roda dua melaju menuju rumah, Suasana jalan masih sepi dari lalu lalang. Al Muttaqin dan juga RSUD Linggarjati akan selalu lekat dalam ingatan, kenangan tentang dinginnya air wudlu seakan memegang air es, tiupan angin di pagi hari seakan memaksa tubuh untuk merapatkan jaket agar tak menggigil kedinginan.
Beberapa jam setelah shubuh berlalu, kakak tertua Mang Penulis mengalami perubahan dalam hidupanya, salah satu kakinya harus di amputasi. Sebuah keputusan yang berat namun harus terjadi, hidup memang selalu penuh dengan drama, kejutan baik yang menyenangkan ataupun hal yang pahit sekalipun.
Di bulan suci ramadhan 1439 Hijriyah ini pula, kakak Penulis harus legowo kehilangan kakinya. Sedih memang terasa namun jalan itu diambil merupakan keputusan keluarga dan berdampak pula untuk kesehata Kakak selanjutnya, mungkin inilah Ramadhan yang terasa sedih bagi keluarga penulis.
Tak terperi sedih terasa namun hidup tentunya terus berjalan dan semoga ini menjadi satu hal yang patut kita renungkan, jangan kan satu kaki, nyawa pun sebenarnya bisa sewaktu waktu bisa di ambil oleh sang pemilik kehidupan, Semangat ya Kak mesti memang kenyataan begitu terasa pilu.
Noted: Kakak Penulis di bulan Juni 2020, meninggal dunia…Innalillahi, semoga diterima Iman Islamnya.