Guru Sederhana Berkesempatan Belajar Ke China

Humaniora184 Dilihat

GURU SEDERHANA BERKESEMPATAN BELAJAR KE CHINA

 

Nama saya Zulirfan Yusuri Tondjinabi. Saya hanyalah seorang guru sederhana yang sehari-harinya melaksanakan tugas mengajar di kota kecil yang berada di Propinsi Sulawesi Tengah.  Tepatnya saya mengajar di SMP Negeri 4 Palu, Jl. Jendral Gatot Subroto no 6 Palu. Bila kalian masih ingat peristiwa bencana besar (Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuifaksi) pada tanggal 28 September 2018 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, nah di Kota itulah  saya pengabdikan diri sebagai guru Bahasa Inggris. Tahun 2019 saya berkesempatan untuk belajar ke China yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

 

Saya mengetahui bahwa akan ada pengiriman 1000 guru Indonesia untuk belajar ke luar negeri saat teman sesama gupresnas 2018 tingkat SMP menginformasikan melalui grup whatssapp. Beberapa teman sudah dihubungi dan sekaligus diwawancarai oleh ibu yang mengatas namakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Hati saya mulai gelisah. Satu demi satu teman saya sudah dihubungi oleh pihak Kemdikbud. “ko belum ada yang menghubungi saya”? tanya saya dalam hati. Namun selang satu hari akhirnya HP saya berbunyi. Ada nomor baru (unknown number) yang masuk. Dengan sigap saya menerima panggilan telpon tersebut setelah saya tahu bahwa nomor itu adalah nomor yang sama yang digunakan untuk menghubungi teman-teman saya. Setiap pertanyaan yang diajukan, saya jawab dengan baik. Sampai akhirnya saya mendengar pertanyaan “Apakah ibu sudah pernah keluar negeri?” Kata Saya…”belum bu”. Setelah itu percakapan kami pun berakhir. Beberapa  hari  kemudian SK penetapan peserta pelatihan keluar negeri dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saya terima.

 

Saya merupakan salah satu dari 1000 guru yang sangat beruntung karena berkesempatan mengikuti program pelatihan guru berprestasi selama 21 hari keluar negeri secara gratis. Tepatnya saya akan mengikuti short course tentang Pembelajaran STEM dan HOTS bersama 50 peserta lainnya di negara China yang juga dijuluki sebagai negara tirai bambu dengan hewan khasnya bernama Panda. Perasaan bahagia dan bangga tentu saja saya rasakan. bukan cuma itu pihak keluarga, teman sejawat, kepala Sekolah, bahkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu pun sangat senang dan berbangga atas pencapaian dan apresiasi yang diberikan oleh Kemdikbud RI kepada saya.

 

 

Sebelum berangkat ke China, kami mendapatkan pembekalan terlebih dahulu selama 2 hari di Jakarta.

 

Kami diperkenalkan sekilas tentang bagaimana perkembangan budaya, ekonomi maupun pendidikan yang ada disana. apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di China. Kota yang kami tuju untuk menimba ilmu selama 21 hari tersebut ternyata kota Xuzhou Propinsi Jiangsu, China. Pemerintah Indonesia memilih kota Xuzhou sebagai bentuk kerja sama dengan pemerintah China yang sudah lama terjalin dengan baik karena kota tersebut terkenal akan budayanya yang sangat tinggi. Budaya menghargai kenyamanan dan kecepatan dalam bekerja menjadi sebuah peradaban yang baik.

 

Tanggal keberangkatan pun tiba. Kami berangkat pagi bersama rombongan menuju Bandara Internasional Soekarno didampingi oleh Bapak Hery dan Ibu Rohmi yang sangat baik hati bertanggung jawab. Sangat jelas terpancar ekspresi wajah yang bahagia dari masing-masing peserta. Momen kebahagiapun tidak luput kami dokumentasikan dengan berfoto bersama sebelum akhirnya kami masuk untuk check in.

 

 

 

Penerbangan kami berjalan lancar. Pesawat yang membawa kami transit di bandara internasional Changi Hongkong sebelum akhirnya tiba di bandara Nanjing China. Kami dijemput oleh 2 mahasiswa CUMT yang kemudian kami kenal namanya Mr. Barman dan Mr. Chano. Kami kemudian berangkat menuju kampus CUMT dengan menggunakan Bus. Rombongan kami tiba di kampus CUMT kurang lebih pukul 7 malam waktu setempat. Suhu malam itu terasa amat dingin bahkan terasa menusuk hingga ke tulang. Padahal kami sudah memakai jaket, sarung tangan, dan kaus kaki yang serba tebal. Memang saat kami tiba di sana masih peralihan musim dingin ke musim semi. Jadi wajar saja kami merasa sangat kedinginan. Apalagi negara kita memiliki musim dan iklim yang berbeda dengan mereka di China. Kami kemudian diberikan tempat menginap di asrama kampus CUMT. Saya mulai mengamati cara/sikap mereka saat menerima kami. Sangat tampak mereka begitu ramah dan sopan.

 

Hari Pertama kami berada di kampus CUMT, sarapan pagi pertama dengan sajian menu yang beda. Citarasanya pun terasa asing di lidah. Namun kami sangat gembira sambil bertukar cerita/pengalaman pertama tidur diruang yang ber AC tapi AC nya panas. Hihihi…ternyata AC yang ada di kamar tidur kita itu fungsinya sebagai penghangat. Suhu dimalam hari memang biasanya berada dibawah 6 derajat celcius. bahkan bisa hanya 2 derajat celcius saja. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi tubuh  kita saat itu. Saya sudah mengigil, penghangat ruang pun tidak berfungsi dengan baik.Akhirnya saya meminta tambahan blangket tebal dari pengelola asrama.

 

 

Usai sarapan kami kemudian diajak berjalan mengitari kampus (Campus tour) oleh pemandu/mahasiswa CUMT. Kami diperkenalkan beberapa gedung yang digunakan untuk perkuliahan. Sebelum akhirnya kami di bawa ke Jiangsu Vacational Institute of Architecture Tecnology untuk menghadiri pembukaan program pelatihan bagi guru dan kepala sekolah berprestasi. Usai mengikuti pembukaan, kami dikumpulkan di area yang telah disiapkan untuk pengambilan foto bersama dengan pejabat Kampus. Setelah itu kami kembali ke kampus CUMT. Perjalanan kami kembali ke kampus dihiasi penuh canda tawa.

 

 

Hari demi hari pun kami lalui dengan mengikuti kegiatan yang padat. Kami mengikuti perkuliahan dan menerima materi tentang pendidikan dan budaya di China khususnya di kota Xuzhou. Bagaimana cara/teknik guru mengajar dikelas, model pembelajaran apa yang digunakan, bagaimana interaksi guru dan peserta didik selama pembelajaran, bagaimana perkembangan teknologi dan pertambangan disana, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan kami juga diajarkan bahasa Mandarin. Cara pengucapan dan cara menulis huruf China (Kaligrafi). Keseruan terjadi saat laushe mengajarkan kami beberapa kalimat dengan cara bernyanyi dan mendemonstrasikannya. Suasana dalam ruang kelas saat itu sangat seru. Suara tawa pun menghiasi ruang kelas kami. Walau kami tidak paham dan susah mengucapkan kata yang diberikan, tetapi kami tetap gembira.

 

Selain menerima materi kami juga berkunjung ke sekolah SD, SMP, dan SMA yang berafiliasi dengan kampus CUMT di kota Xuzhou. Kami diajak untuk melihat langsung kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Suasana dan pemandangan yang sangat berbeda dengan kita di Indonesia yang kami lihat. Guru tidak pernah duduk selama mengajar dikelas karena memang tidak disediakan kursi untuk guru. Kamipun penasaran dan bertanya kenapa tidak disediakan kursi untuk guru. Ternyata alasannya sangat logis yaitu supaya guru tidak menjadi malas. Agar guru benar-benar mengajar. Mereka  tidak akan keluar sebelum jam pelajarannya berakhir. Mereka sangat disiplin waktu. 95% peserta didik aktif dalam kelas baik bertanya maupun menanggapi pertanyaan dari guru dan temannya. Budaya menghargai pendapat teman dan memberi kesempatan kepada teman lain untuk menjawab. Saat diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya atau menjawab, hampir 100% unjuk jari dan ketika satu orang yang ditunjuk untuk bertanya atau menjawab maka peserta didik lainnya kemudian menurunkan tangannya tanpa protes atau ribut. Pokoknya salut deh…

 

 

Ada satu hal lagi yang sangat menarik perhatian dan menjadi catatan penting bagi saya dan teman-teman lainnya, bahwa ditengah modernnya teknologi yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh sekolah-sekolah yang ada di Xuzhou, mereka tetap memiliki tradisi yang mengedepankan pendidikan karakter dan budaya. Mereka sangat mengargai dan cinta akan  budayanya. Terbukti dari banyaknya situs-situs budaya yang kami kunjungi dari beberapa peninggalan dinasti Han seperti mengunjungi makam Guishan Han yang terletak dibawah tanah, mengunjungi musium kekaisaran yang mendokumentasikan sejarah perjalanan kekaisaran tiga dinasti (dinasti Shang sekitar tahun 1600 – 1100 sebelum masehi, dinasti Zhou sekitar tahun 1100 – 256 sebelum masehi, dinasti Song sekitar tahun 960 – 1279), mengunjungi musium tentara teracota.

 

Selain itu, kami juga diajak untuk melihat area kampus dan menyaksikan mahasiswa pertambangan sedang melakukan praktek langsung dengan alat pengeboran. Pada hari yang berbeda peserta juga masih berkunjung ke kampus CUMT untuk menyaksikan pertunjukan robot hasil buatan mahasiswa teknologi. Tapi kali itu saya tidak bisa bergabung. Saya pergi ke rumah sakit untuk check up ditemani oleh Mr. Barman dan Ibu Rohmi. Saat itu ada yang saya rasakan aneh dan mengganjal ditenggorokan saya. Saya berdehem dan ternyata yang keluar darah segar. Ktika itu saya panik sekali. Dengan ditemani teman sekamar saya, Ibu Fatmawati yang baik hati kami menemui Ibu Rohmi dan kemudian dengan cepat Ibu Rohmi dan Mr. Barman memutuskan untuk membawa saya ke rumah sakit. Syukur alhamdulillah setelah diambil darah dan di check hasilnya oleh dokter ternyata saya baik-baik saja. Dokter bilang tidak apa-apa. Itu reaksi tubuh yang beradaptasi dengan suhu yang dingin.

 

Kecerdasan dan kehebatan teknologi orang China memang tidak diragukan lagi. Danau pun mereka bisa buat dengan begitu indah.  Dengan didamping pemandu setia kami, Mr. Barman, Mr, Chano, dan Mr. Pateson, kami diajak berkunjung ke Danau Pan’an, dan danau Yunlong. Pemandangannya sangat indah. Ditepi danau dihiasi taman-taman cantik yang tertata rapi dan bersih. Bangku/tempat duduk ditempatkan di area tepi taman (danau Yun long) bungalow dengan bentuk khas bangunannya di sekitar danau Pan’an semakin memperindah pemandangannya. Kesempatan untuk berfoto pun tidak kami sia-siakan.

 

 

 

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Selama 21 hari berada di Xuzhou terasa amat singkat. Penutupan kegiatan pelatihan dipercepat 1 hari karena permintaan beberapa peserta pelatihan ingin berkunjung ke Kota Beijing Ibukota negara China sebelum bertolak kembali ke tanah air. Saya salah satu peserta yang ikut ke Beijing dengan menaiki kereta cepat. Pengalaman yang tidak akan terlupakan karena baru kali pertama merasakan naik kereta cepat. Tiba di Beijing kami sudah dijemput oleh 2 mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di Beijing, China. Tempat yang kami kunjungi pertama adalah tembok China (Great Wall). Sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia tentunya sangatlah disayangkan bila tidak kesana. Lagu kebangsaan Indonesia dan lagi nasional/daerah lainnya menjadi pilihan terbaik yang kami nyanyikan selama perjalanan ke Tembok China. Kebahagiaan yang kami rasakan saat itu  tidak bisa diukur dengan materi pastinya.

 

 

Keesokan harinya kami mengunjung ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia(KBRI). disana kami disambut hangat oleh staf Kedutaan RI dan sempat diajak berfoto bersama dengan beliau. Setelah itu kami berkunjung ke Kota terlarang (Forbidden City). Forbidden City adalah bekas istana kerajaan China mulai dari dinasti Ming sampai dinasti Qing yang dibangun pada tahun 1406 s.d 1420. Didalamnya terdapat 980 bangunan dan dikelilingi oleh tembok yang sangat besar. Dikatakan forbidden city karena dizaman kekaisaran Ming dan Qing, siapapun dilarang keluar masuk istana kecuali siijin sang Raja. Namun saat ini kota terlarang sudah menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang termasuk dalam situs warisan budaya yang wajib dijaga kelestariannya.   Letak Kota Terlarang sangat strategis karena berada dipusat kota Beijing. Seperti biasa saya dan teman-teman lainnya mendokumentasikan setiap momen dan tempat untuk dijadikan kenangan selama berada di China. Tidak lupa pula saya dan juga teman lainnya membeli souvenir untuk dijadikan oleh-oleh saat pulang ke Indonesia.

 

Setelah satu hari penuh kami berwisata dikota Beijing akhirnya kami kembali ke Xuzhou dengan naik kereta cepat (Bullet Train). Di station kereta Mr. pateson telah menunggu dengan setia. Kepedulian beliau sangat terasa. Dalam perjalanan kembali ke kampus CUMT kami selalu menyanyikan lagu daerah (Tanah Airku). Canda dan tawa lepas saat melihat Mr. Pateson berjoget mendengar lagu dangdut Cita-Citata (Goyang Dumang). Hahaha…ternyata Mr. Pateson fans berat sama Cita-Citata. Kami tiba di  dormitory CUMT sore hari. Kemudian malamnya kami mengemasi barang kedalam koper masing-masing. Ada pemandangan lucu saat itu. Hampir semua peserta memiliki koper lebih dari satu. Rata-rata peserta menambah satu koper lagi karena barang bawaannya sudah tidak muat. Setelah itu kami beristirahat untuk persiapan bangun pagi karena sudah harus berangkat kebandara jam 7 pagi untuk kembali ke tanah air. Rasa haru biru menghiasi perpisahan kami dengan pendamping kami selama di CUMT. Kami berpamitan dengan Miss. Mona, Mr. Chang, dan pendamping lainnya. Keharuan lebih terasa lagi saat Mr. Barman dan Mr. Pateson memberikan hadiah kenang-kenganan kepada kami satu persatu.

 

Sesampainya dibandara Nanjing, China, keharuan pun masih terara. Isak tangis saya dan teman-teman lainnya tidak terbendung lagi saat Mr. Barman dan Mr. Pateson berpamitan melepas kami dibandara. 21 hari di CUMT telah membuat hati kami saling menyayangi satu sama lain. Mereka sudah menjadi guru, saudara, sahabat yang akan kami kenang selalu dalam perjalanan hidup kami.

 

Setibanya ditanah air kami kemudian diantar ke hotel Menara Peninsula untuk kemudian menyelesaikan laporan kegiatan selama pra keberangkatan, kegiatan selama di China dan post keberangkatan. Sebelum akhirnya kami kembali ke daerah masing-masing. Pengalaman dalam mengikuti kegiatan pelatihan di China akan menjadi momentum untuk meningkatkan kemampuan diri saya agar lebih profesional lagi dalam menjalankan profesi saya sebagai guru. Menerapkan pembelajaran STEM dan Hots di sekolah dengan lebih berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran agar menghasilkan output yang siap berkompetisi di abad 21 saat ini menjadi harapan terbaik saya. Semoga Allah SWT meridhoi setiap niat dan langkah saya dalam membantu menyukseskan pendidikan yang berkarakter dan bermartabat Aamiin…

Demikian kisah saya semoga bermanfaat utuk sahabat semua…