Vira gadis sederhana mahasiswi fakultas ekonomi semester 2. Wajahnya polos tanpa riasan. Tubuhnya tinggi dan sedikit kurus. Rambut panjang sebahu. Sorot matanya lembut. Bibirnya selalu terkatup rapat. Jarang tersenyum dan tampak dingin. Dibalik kesederhanaannya Vira gadis yang pintar.
Bagi vira kuliah adal hal penting yang dia inginkan. Sebagai anak bungsu Vira ingin membuktikan kalau dirinya bisa dewasa dan mandiri. Di tengah kesibukannya Vira lebih senang berada di rumah membantu ibunya masak atau beres-beres. Pagi ini kuliah Vira cukup padat. Sore sepulang kulia Vira harus bertemu seseorang. Walaupun hanya sedikit waktu Vira tidak ingin membatalkan pertemuan itu.
Reihan memulai harinya dengan penuh semangat. Ada kegiatan seminar dikampus dan setumpuk kegiatan yang membuat Reihan kadang lupa waktu. Setelah memarkir mobilnya, Reihan berjalan tergesa memasuki Aula. Beberapa mahasiswa sudah berdiri menunggunya.
“Semua sudah siap..?”, Tanya Reihan. Beberapa temannya mengangguk sambil mengacungkan jempol. Reihan hanya tersenyum. Ini pertamakalinya Reihan ditunjuk sebagai ketua pelaksana. Dia berharap seminar ini sukses. Beberapa nara sumber sudah dihubungi dan siap untuk memberikan materi.
Menjelang malam acara selesai. Reihan bernapas lega. “Selamat yah, acaranya sukses, siap dong trakatir kita-kita”, kata Risma sahabatnya di himpunan. Reihan hanya tersenyum. “Siap…ini semua karna kerja keras tim, aku tunggu besok malam di tempat biasa yah”, jawab Reihan sambil menghampiri Risma. “Tapi rapihkan dulu semuanya dan berkas-berkasnya tolong disusun biar gak berceceran”, lanjut Reihan. “siap”, lanjut Risma sambil mengambil berkas-berkas yang berserakan. Sementara yang lain merapihkan aula. Setelah semuanya selesai Reihan melangkah menuju parkiran.
Malam mulai larut Reihan memacu mobilnya. Seketika Reihan menginjak rem. Seseorang menyebrang dan hampir saja Reihan menabraknya. Reihan menatap gadis yang menyebrang jalan dengan pandangan heran. Mengapa malam-malam ada gadis berjalan seorang diri. Dipandanginya gadis itu. Sepertinya Reihan mengenalnya.
Bukankah itu gadis yang sama waktu itu, gadis yang memberinya contekan saat pak arif memberikan pertanyaan untuknya. “Tapi sedang apa dia malam-malam di tempat ini..?”, banyak pertanyaan di benak Reihan. Tapi sudahlah untuk apa dia memikirkan itu. Dia juga tak kenal gadis itu.
Segera Reihan menginjak gas. Namun tiba-tiba kaca mobil diketuk. Reihan segera menoleh dan tampak wajah yang tidak asing. Gadis yang sama yang baru saja dia pikirkan “Boleh ikut ke depan tidak, ke perempatan ?”, ucapnya. Reihan segera membuka kaca mobil. “Boleh, silahkan masuk…”. Gadis itu masuk dan duduk di samping Raihan.
Raihan memberanikan diri untuk bertanya”Nama kamu siapa dan dari mana malam-malam begini..?”. gadis itu hanya menoleh dan menjawab dengan pelan, “Vira, aku tadi dari rumah teman”, jawabnya singkat. “Aku Reihan, terimakasih untuk bantuanmu kemarin yah”, ucap Reihan sambil terus memandang ke depan. “ Oh ya…kamu mau pulang kemana, boleh aku antar..?”, Reihan menawarkan jasa. “Gak usah aku naik angkot saja di depan..”, jawabnya datar.
Untuk beberapa waktu mereka terdiam. Reihan sesekali melirik ke arah Vira. Gadis itu menyandarkan kepalanya kekursi. Wajahnya terlihat lelah.
- “Berhenti di sini saja”, kata Vira sambil menunjuk ke lampu merah di perempatan jalan. Reihan segera meminggirkan mobilnya. “Memangnya kamu pulang ke mana..?”, Tanya Reihan mengulang pertanyaannya, sambil menatap Vira. “Ke jalan sriwijaya, terimakasih tumpangannya yah…”, lanjut vira sambil bergegas. “Hey tunggu…aku juga lewat jalan itu..!”, Reihan berteriak. Vira hanya diam, dan terus melangkah menuju angkot yang sudah menunggunya. “Gadis aneh”. Gumam Reihan sambil kembali memacu mobil menembus gelapnya malam. Bersambung.
Penulis,
Yuningsih, S.E
Guru IPS di SMPN 2 Pebayuran kabupaten Bekasi