Hampir satu jam mereka diperpustakaan. Vira asik dengan bukunya. Reihan sesekali mengajaknya bicara. Tak banyak yang mereka bicarakan. Namun Reihan bahagia bisa memandang Vira sepuasnya.
“Rei… aku ada kuliah, aku masuk dulu yah.” Vira meminta ijin untuk meninggalkan perpustakaan.
“Ya … silahkan, sebentar lagi aku juga ada kuliah, tapi nanti kita bisa ngobrol-ngobrol lagi kan..?” Tanya Reihan.
“Boleh… kamu telpon aku saja kalau aku ada waktu kita bisa ketemu lagi di sini.” Jawab Vira sambil merapihkan buku dan berdiri.
Vira melangkah meninggalkan perpustakaan. Reihan memandangi Vira, setelah Vira keluar dari perpustakaan Reihan segera keluar dan menemui sahabat-sahabatnya yang sudah menunggu di kantin.
“Darimana saja kamu Rei…? Dari tadi ku telpon gak dianggat?”, tanya Egi sambil memandang Reihan.
“Maaf tadi aku dari perpustakaan, hp ku silent, ada apa?”.
“Tumben kamu ke sana, biasanya ku ajak juga gak mau”, Risma memandang Reihan curiga.
“Ya… aku tadi mau pinjem buku, tapi gak ketemu”, jawab Reihan sedikit gugup.
“Bagaimana keadaan Mamahmu? Kudengar sudah kembali dari rumah sakit?”, tanya Risma.
“Ya… mamah sudah baikan dan sudah pulang, kita mulai latihan yuk…!”, Reihan segera berdiri diikuti teman-temannya untuk persiapan konser minggu depan.
Sepulang latihan Reihan mampir ke apotik untuk membeli obat dan vitamin mamahnya. Sambil menunggu pesanan Reihan membuka hp. Tiba-tiba seseorang duduk disampingnya.
“Bu Lely… apa khabar?”, Reihan menyapanya.
Bu lely bekas sekretaris papahnya. Dia mengundurkan diri karena permintaan suaminya. Dan kemudian digantikan oleh tante Rani.
“Hai Reihan…kabar baik, wah makin ganteng saja kamu… gimana khabar mamah sama papahmu?”, jawab bu Lely.
“Papah Baik, Mamah kemarin sakit tapi sekarang sudah sembuh, saya mau membeli obat dan vitamin buat mamah… Ibu sendiri beli apa? Siapa yang sakit?”, Tanya Reihan.
“Ibu beli obat buat si kecil, lagi demam kata dokter mau tumbuh gigi..”.
“Wah … sudah punya momongan rupanya, selamat ya bu…”.
“Terimaksih… “, jawab Bu Lely.
“Denger-denger dikantor ada masalah dengan sekretaris baru papahmu, ada apa Rei…?”, rupanya bu lely mendengar masalah Tante Rani.
“Gak ada apa-apa bu… kata papah tante Rani mengundurkan diri, dia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik diluar kota”, jawab Reihan.
“Wah… sayang banget ya, setahu ibu bekerja dengan papah kamu enak, orangnya baik dan perhatian sama karyawan. Kalau ibu tidak dilarang suami mungkin gak akan mengundurkan diri dari kantor papahmu…”
Reihan hanya tersenyum, dia tidak ingin menceritakan kejadian sebenarnya. Dia berharap bu Lely tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Papah dan tante Rani.
“Oh ya bu… saya pamit yah..!”, kata Reihan setelah menerima pesanan obatnya.
“Ya silahkan, insya allah kapan-kapan Ibu mampir ke rumahmu untuk silaturahmi”, jawab Bu Lely sambil tersenyum
“Saya tunggu kedatangan ibu di rumah”, Jawab Reihan sambil melangkah keluar.
Hari menjelang malam saat Reihan tiba di rumah. Reihan segera mencari mamah ke kamar tapi tidak ditemuinya. Dia coba cari diruangan lain juga tidak ada. Reihan coba bertanya ke Bi Tati, katanya Mamah sedang keluar bersama Papah.
“Syukurlah semoga hubungan mereka kembali seperti semula”, Do’a Reihan dalam hati.
Melihat kehangatan Papah dan Mamahnya Reihan sangat bahagia. Maklumlah belakangan ini keadaan keluarganya kacau sejak Tante Rani masuk dalam kehidupan Papahnya. Syukurlah sekarang dia sudah tidak ada, mereka bisa tenang dan menjalani kehidupan normal seperti semula.
Reihan kembali ke kamarnya. Pertemuan dengan Vira diperpustakaan tidak bisa dia lupakan. Entah apa yang menarik dari gadis itu. Wajah dan senyumnya selalalu terbanyang di hatinya.
“Seandainya saja belum ada Indra, aku pasti berusaha mendapatkannya, tapi apa benar Indra itu kekasihnya..?”. Reihan berusaha menghilangkan bayangan Vira dan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun bayangan itu tetap saja menggodanya.
Reihan segera bangkit, diambilnya air wudhu. Sudah lama dia tidak melaksanakan sholat malam. Dia berharap bisa melupakan bayangan Vira. Reihan bersimpuh memohon do’a untuk kebahagiannya dan berharap hatinya bisa lebih tenang.
Pagi-pagi sekali Reihan bangun. Melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Memohon keselamatan dan kebahagian untuk dia dan keluarganya.
“Pah…ada hikmah dari kejadian ini, lihat Rei… jadi lebih baik dia sekarang”, kata mamah saat melihat Reihan keluar dari kamarnya.
“Ya…. Mudah-mudahan terus seperti ini”, jawab papah sambil meminum kopi yang sudah tersaji di meja.
“Rei… hari ini kamu gak ada jadwal manggung?”, tanya mamah.
“Tidak mah… hari ini kosong, ada apa..?”, jawab Reihan sambil duduk disamping mamah.
“Kita keluar yuk… mamah sama papah ingin ke kampung, sudah lama kita tidak main ke sana”, jawab mamah.
“Mamah sama papah saja, hari ini Rei ingin dirumah, biar bisa berduaan kan asyik…”, Reihan menggoda mamah. Mamah hanya tersenyum, begitu juga papah.
“Semoga saja tidak ada lagi masalah diantara mereka”, Do’a Reihan dalam hati.
Setelah berkemas mereka pun siap berangkat.
“Bener kamu mau di rumah sendirian..?”, kata mamah sambil menatap Reihan.
“Iya … mamah tenang saja ada bi Inah yang jagain Rei, iya gak bi…?”, jawab Reihan sambil menggoda bi inah yang sedang mengemas barang. Bi Inah adalah asisten rumah tangga, sudah lama dia bekerja, kehadirannya sudah seperti keluarga sendiri.
“Kalau kamu bosen main saja kerumah kakakmu Tiara, nanti biar mamah telpon ..”, kata mamah.
“Gak usah… nanti kalau Rei mau nanti langsung kesana saja..”, jawab Reihan.
“Mamah mau berapa hari disana..?”, lanjut Reihan.
“Paling 2 atau 3 hari, mamah berangkat yah”, jawab mamah sambil masuk ke mobil.
“Baik-baik di rumah ya Rei…”, Papah melambaikan tangan dan mulai menjalankan mobilnya.
“Ya Pah… hati-hati dijalan, jagain mamah ya pah..”.
Papah dan mamah hanya tersenyum keduanya nampak bahagia. Bersambung.
Penulis,
Yuningsih, S.E
Guru SMPN 2 Pebayuran