Kupenuhi Janjiku (Bag 1)

Fiksiana, Novel, Terbaru19 Dilihat

Bergegas Vira ke kamarnya. Perasaannya tidak menentu. Entah apa yang harus dia lakukan. Dia tidak menyangka hal ini terjadi padanya. Haruskah ia jujur pada Reihan siapa tante Rani sebenarnya. Lalu apakah Reihan akan menerima dirinya atau malah membencinya seperti dia membenci tante Rani.

“Vir… kamu kenapa Nak?” Suara ibu terdengar dibalik pintu.

“Vira gak apa-apa bu, hanya ingin istirahat sebentar.”

“Ya sudah… kalo ada apa-apa cerita sama ibu yah”.

“Ya bu…”

Vira mencoba memejamkan matanya. Peristiwa sore itu masih tergambar jelas dimatanya. Vira membalikan tubuh dan menutup wajahnya dengan bantal, berharap bisa memejamkan mata dan melupakan kejadian itu. Namun sepertinya sia-sia. Vira kembali terduduk. Perasaannya begitu kacau. Tanpa terasa airmata jatuh dipipinya.

“Vir… kamu sudah bangun nak?” terdengar ibu mengetuk pintu.

Vira segera menghapus air matanya. Melangkah menuju pintu dan membukanya. Tampak wajah ibu yang khawatir. Vira memburunya dan memeluknya erat.

“Ada apa Nak… coba cerita sama Ibu.” Tanya ibu sambil membelai rambut Vira.

Vira terus menangis. Ibu membimbingnya ke tempat tidur dan membiarkan Vira puas menangis dipangkuannya. Setelah beberapa saat Vira menceritakan kejadian sore itu di rumah Reihan.

“Apa yang harus Vira lakukan bu..? jika Vira jujur Reihan pasti membenci Vira tapi jika tetap diam Vira yakin suatu saat Reihan tahu hubungan Vira dengan kak Rani.”

“Jika kak Rani mengetahui ini dia pasti merasa bersalah dan akan melakukan apa saja demi Vira, lalu bagaimana dengan anak-anaknya?, Vira harus bagaimana Bu..?” lanjut Vira.

“Ibu juga bingung nak, coba kamu tanya kakakmu Indra barangkali dia punya jawaban untuk masalah kamu.” Jawab ibu.

Vira segera mengambil ponselnya dan menelpon Indra kakaknya. Vira menceritakan kejadian yang menimpa hubungannya denga Reihan. Terlihat wajahnya begitu sedih.

***

Reihan merasa ada sesuatu yang disembunyikan. Biasanya Vira selalu mengantarnya dengan senyuman tapi barusan Vira langsung ke kamarnya tanpa satu katapun.

“Mungkin dia benar-benar tidak enak badan.” Pikir Reihan.

Malam mulai gelap saat Reihan tiba di rumah. Mamah sudah berdiri di depan rumah. Wajahnya nampak tegang dan khawatir.

“Bagaimana Vira? Apa dia baik-baik saja?” tanya Mamah.

“Iya Mah… sepertinya dia memang tidak enak badan, setiba di rumah dia langsung masuk kamar tanpa bicara apapun, semoga saja dia cepat sembuh.” Jawab Reihan.

Reihan segera ke kamarnya. Diambilnya Handphone dan menghubungi Vira namun handphonenya sibuk. Reihan pun mengirim chat tanda ceklis satu belum berubah.

“Mungkin vira sedang istirahat sebaiknya kutemui besok saja di rumah.” pikir Reihan.

***

Pagi-pagi Reihan membuka handphonnya. Beberapa chat Vira terlihat di wa. Reihan segera bergegas ke kamar mandi. Pagi ini Vira ingin bertemu di kampus.

Sesampai dikampus Reihan menuju perpustakaan. Terlihat Vira sudah di sana.

“Hai Vir.. kamu sudah baikan?” tanya Reihan menatap Vira

Vira tersenyum sambil menganggukan kepala. Wajahnya sedikit pucat.

“Aku sudah baikan.. Maaf kemarin membuatmu khawatir.”

“Syukurlah, ada salam dari Mamah dia khawatir sama kamu.”

“Aku sudah sehat, bilang sama Mamah aku gak apa-apa, oh ya… untuk beberapa hari aku gak ke kampus, mau ke rumah saudara ada acara pernikahan di sana, kita mungkin tidak bisa ketemu dulu, Wisuda kamu sudah dekat yah?” Tanya Vira.

“Masih lama sekitar satu bulan lagi, kamu berapa hari di sana?” Reihan balik bertanya.

“Sekitar satu minggu..” jawab Vira.

“Aku pasti merindukanmu..” Reihan menatap Vira lembut.

Vira balas menatapnya. Ada rasa pilu dihatinya. Sanggupkah dia jauh dari Reihan. Vira menarik napas panjang dan mencoba tersenyum.

“Hanya satu minggu tidak lama.”

Reihan terdiam digenggamnya tangan Vira. Ditatapnya wajah itu Reihan merasakan sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan. Tatapan Vira begitu sedih entah apa yang dirasakan gadis itu saat ini.

“Aku sama ibu mau siap-siap, aku pulang dulu …”

“Aku antar kamu pulang..!”

“Baiklah…”

Mereka berjalan menyusuri lorong kampus. Tak satu katapun terucap dari keduanya. Tiba-tiba Reihan menghentikan langkahnya. Tangannya meraih tangan Vira dan menggenggamnya erat.

Vira hanya menatap Reihan. Reihan semakin erat menggenggam tangannya.

“Ada apa..?” Tanya Vira.

“Aku pasti akan merindukanmu.” Jawab Reihan pelan.

Vira menghela napas panjang Ada sesuatu dihatinya. Vira tidak tahu apa yang terjadi. Yang dia tahu hanya Perasaan Reihan kepadanya dan perasaannya kepada Reihan.

Di ujung lorong, Reihan meminta Vira menunggu. Dia mengeluarkan motor. Vira segera naik. Motorpun melaju. Seketika Reihan mengerem motornya. Vira tersentak dan memeluk pinggang Reihan.

” Ada apa..?” Tanyanya.

“Aku hanya ingin kau memelukku.” Jawab Reihan sambil tertawa kecil.

Vira hanya terdiam. Tangannya erat memeluk pinggang Reihan. Tak lama motor berhenti. Mereka sampai di tujuan. Vira segera turun. Raihan memarkir motor dan menghampiri Vira.

“Rumahmu sepi, Ibu kemana?” Tanya Reihan.

“Ibu sedang keluar membeli keperluan untuk besok.”

“Ada yang bisa aku bantu?”

Vira hanya menggeleng. Matanya menatap Reihan. Wajahnya nampak sedih. Reihan mendekatinya, mata mereka saling bertatapan. Vira memeluk Reihan dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

“Hati-hati di jalan dan segeralah kembali, salam untuk keluarga disana”, bisik Reihan sambil menepuk lembut pundaknya.

Vira hanya terdiam, perlahan melepaskan pelukannya. Matanya tak berpaling dari wajah Reihan. Reihan melangkahkan kakinya yang terasa begitu berat, setelah beberapa langkah dia membalikan tubuhnya. Vira masih berdiri memandangnya. Reihan tersenyum, Vira melambaikan tangan dan balas tersenyum. Bersambung

Penulis,

Yuningsih

NPA:10111300311

#menulis PGRI ke-27

Tinggalkan Balasan

1 komentar