Cinta Pertamaku

Cerpen, Fiksiana110 Dilihat


Gadis kecil berjalan menuju rumah. Kaki mungilnya melangkah dengan riang. Tas sekolah menempel dipundaknya. Senyumnya mengembang saat sang ibu tersenyum menyambutnya. Diberikannya tas gendong ke ibunya. Dibukanya sepatu mungil yang menghias kakinya. Tiba-tiba sang ibu menarik tubuh mungilnya, ada noda darah di punggung gadis itu. Gadis itu nampak kebingungan dia sendiri tidak tahu darah apa yang menempel di bajunya.

Sang ibu segera membuka baju seragam putrinya. Diciumnya noda darah tersebut, diusapnya dan diremasnya baju itu. Darah itu sepertinya baru saja menetes. Tampak bajunya masih lembut dan sedikit basah. Sang ibu mencari barangkali ada luka, tapi tidak ditemukan apapun di tubuh gadis kecilnya.

Sang ibu segera mengganti bajunya dengan baju yang biasa dipakai untuk bermain. Sebelum bermain sang ibu memberinya makan. Dengan telaten disuapinya, gadis mungil itu makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan, dia pamit bermain dengan teman-temannya. Saat membalikkan tubuhnya darah itu kembali terlihat dipunggungnya.

Sang ibu kembali memeluknya. Dia terus mencari dari mana asal darah itu. Saat dia membelai rambutnya. Dia merasakan ada sesuatu yang lengket. Dengan berdebar dia membuka helai demi helai rambut putrinya. Tampak jelas ada luka kecil cukup dalam di kepala putrinya. Luka itulah yang mengalirkan darah kerambut dan menetes ke bajunya.

Sang ibu bertanya siapa yang sudah membuatnya terluka. Gadis itu terdiam, dia mulai mengingat-ingat siapa yang melukainya.

“Ibu… ini pasti kerjaan temen, dia tadi bermain pinsil yang baru saja di raut, kemudian kena ke kepala saya, sakit memang tapi sekarang tidak lagi.” jawab gadis kecil itu sambil mengusap kepalanya.

Sang ibu menanyakan siapa temannya itu. Setelah menyebutkan namanya, gadis kecil itu pamit bermain. Tapi sang ibu melarangnya segera dia mengambil plester dan obat merah. Besoknya seorang anak laki-laki dipanggil guru ke kantor. Guru menanyakan apakah benar anak itu sudah menusukkan pencil yang tajam ke kepala gadis mungil itu. Si anak dengan polosnya menjawab iya, dia bilang melakukannya tidak sengaja.

Setelah kejadian itu gadis kecil tidak di perbolehkan bermain bersamanya. Bahkan jika anak laki-laki melewati rumahnya pasti dia mendapatkan pelototan tajam dari sang ibu. Anak laki-laki itu tidak berani melewati rumah apalagi mengajaknya bermain. Tapi dasar anak kecil, mereka tetap saja bersama jika di sekolah.

Belasan tahun berlalu. Gadis mungil beranjak remaja, begitu pula dengan teman laki-lakinya. Mereka dipertemukan kembali. Sang gadis tertarik dengan teman laki-lakinya, dan begitu juga sebaliknya. Saat sang gadis memintanya ke rumah, si pria bilang dia masih takut jika bertemu ibu gadis itu. Sang gadis menjelaskan sang ibu sudah meninggal saat usianya menginjak 12 tahun, kini hanya ada ayahnya saja. Sang pria bersedia dan berjanji kalau malam minggu besok akan berkunjung ke rumahnya.

Saat sang pria ke rumah gadis itu, dia disambut manis oleh gadis pujaannya. Sang gadis tersenyum dan mengenalkan pria tersebut kepada ayahnya. Sang ayah hanya menatap pria itu. kemudian pergi meninggalkannya. Sang gadis terlihat heran, tidak biasanya ayahnya seperti itu. Tapi dia tidak menghiraukannya, hatinya senang pujaannya datang ke rumah. Sang gadis mengajaknya ngobrol. Yang di ceritakan tidak lain saat kecil mereka yang penuh canda dan tawa.

Selang beberapa lama sang pria pamit. Si gadis segera memberi tahu ayahnya, ayahnya hanya bilang “Ya” tanpa mau menemuinya. Sang gadis kembali heran, tapi segera menemui pujaannya dan bilang kalau ayahnya sudah tidur. Sang pria akhirnya pulang.

Setelah sang pria pulang, sang ayah memanggil gadis itu. Dan dengan hati-hati sang ayah bilang kalau dia tidak setuju jika putrinya berhubungan dengan pria tersebut. Sang gadis kecewa dia bertanya mengapa ayahnya tidak setuju dengan pria pujaannya itu.Sang ayah terdiam, dia tidak menjelaskan alasannya. Dia hanya ingin putrinya menjauhi pria tersebut.

Si gadis mencoba menghubungi pria tersebut. Dia meminta mereka bertemu disuatu tempat . Sang pria pun datang ke tempat yang sudah di janjikan. Si gadis menceritakan kalau ayahnya tidak setuju dengan hubungan mereka. Sang pria terlihat kaget, dia menanyakan alasannya. Si gadis tidak bisa menjelaskan dia malah meminta agar pria itu menanyakan langsung kepada ayahnya.

Sang pria mencoba datang menemui ayah gadis itu. Dia bertanya apakah benar kalau ayah tidak setuju dengan hubungan mereka. Sang ayah menjawab iya. Sang pria menanyakan alasannya. Sang Ayah hanya diam kemudian dia bilang kalau ayah sangat mencintai anak gadisnya dan dia ingin anaknya meneruskan sekolah sampai tuntas.

Sang pria mengangguk, dia berpikir kalau ayah sang gadis menginginkan anaknya lulus sekolah dulu. Dia sepakat kalau tidak akan meneruskan hubungan ini sampai mereka lulus sekolah. Dan pria itu menepati janjinya.

Saat mereka lulus sekolah sang pria kembali menemui gadis itu. gadis itu memang masih menunggunya. Dia bahagia pujaannya kembali kepadanya. Dengan bangga dia pun membawanya ke rumah. Tapi keputusan ayahnya tetap sama, dia tidak menyetujui hubungan itu.

Sang gadis mulai kesal. Dia benar-benar tidak setuju dengan keputusan ayahnya. Dia pun meninggalkan rumah untuk sekedar memberi pelajaran kepada ayahnya. Tidak disangka ayahnya mendiamkannya bahkan tidak berusaha mencarinya.

Si gadis kembali ke rumah, dia marah dan bilang kalau ayahnya tidak menyayanginya. Sang ayah menatapnya, wajahnya terlihat sedih, bulir bening dimatanya tak terbendung. Dengan pelan dia bilang kalau dia sangat mencintai putrinya.Si gadis kembali bertanya, mengapa ayah tidak mencarinya saat dia pergi dari rumah. Sang ayah bilang dia tidak mencarinya karena percaya anak gadisnya tidak akan melakukan sesuatu yang membuatnya sedih atau malu.

Si gadis terdiam, tapi kemudian dia bertanya, kalau ayah mencintainya mengapa tidak menyetujui hubungannya dengan pria itu, dia akan bahagia jika bersama pria itu. Ayahnya menggelang dia bilang kamu tidak akan bahagia jika bersama pria itu. si gadis melotot dia tidak percaya ayahnya bisa bilang seperti itu. Lalu dia menjelaskan kalau dia mencintai pria itu dan juga sebaliknya.

Ayahnya tersenyum dan mengelus rambut putrinya dia bilang: “ Pria yang baik tidak akan menyakiti wanita walaupun hanya bercanda, jika dia mencintai ibunya, dia tidak akan melukai wanita manapun bahkan yang bukan keluarganya, kamu ingat rambutmu? Dia pernah melukai kepalamu. Ayah masih terluka saat kamu dulu di lukai olehnya. Rambut ini hanya untuk di elus dan di belai bukan untuk di lukai sampai berdarah.”

Si gadis memeluk Ayahnya, dia tidak menyangka ayahnya masih mengingat itu. Dengan terisak dia dia berkata “Apapun yang Ayah mau, aku akan melakukannya. Bagiku ayah adalah cinta pertamaku, aku akan melakukan apapun agar ayah bahagia dan aku juga tidak akan melakukan sesuatu yang membuat Ayah sedih atau malu.”

Tinggalkan Balasan