Sebut saja bulan Agustus 2020, tiba-tiba di grup emak-emak dikirimi sebuah link. Judul yang dikirimkan Tadi Anakku Bertanya Padaku. Ada petikan isi puisi juga. Dan, dengan santainya si pengirim mengungkapkan kalau salah kirim.
Kebiasaan yang bisa dikatakan baik. Bisa pula dikatakan jelek. Mengirimkan chat terus salah kamar. Tapi prinsip si pengirim kalau sudah tertulis dan terkirim, tak bakal dihapus chatnya. Ya terserah dia.
Dari chat itu, kubuka link-nya. Pada akhir puisi terdapat kalimat, “Tadi, anakku bertanya padaku : Ayah, tomat itu buah atau sayur?”
Akibatnya jadi bahan pembicaraan di grup emak-emak.
“Salah apa, mas?” Tanyaku pada mas Rizal, sang pengirim link.
“Salah kirim. Hahah.”
“Oalah…begitu. Nggak apa-apa. Biar aku bisa belajar, tomat itu sebenarnya buah apa sayur. Hahahaha.”
Akhirnya dikomentari mas Rizal, “Moso podho karo anakku?” (Masa sama dengan anakku?)
Kubalas, “Yo ben… Tujuanne ben ketok isih kaya bocah cilik. Awet enom.” (Biarin. Tujuannya biar seperti anak kecil. Awet muda).
Selepas itu, muncullah chat mbak Ummu.
“Aku mau maem tomat mba. Ning aku juga ra reti kui buah po sayur. Wong aku ya ra tekok. Tak maem wae. Ahahah,” tambah seru kan? (Aku tadi makan tomat, mba. Tapi aku juga nggak tahu, tomat itu buah apa sayur. Wong aku juga nggak tanya. Langsung kumakan saja tomatnya. Ahahah).
“Sesuk meneh tomate ditakoni sik, sadurunge disambel po didhahar. Kon ngaku, sayur apa buah to jane? Hahahaha.” (Besok lagi tomatnya ditanyai dulu, sebelum disambel atau dimakan. Tomatnya suruh ngaku, sebenarnya sayur atau buah to sebenernya?)
“Yoh okeeh ngko tak laporke nyang om Rizal,” sambut mbak Ummu. Lalu mas Rizal jadi heran. (Ya. Oke. Nanti aku laporan ke om Rizal).
“Lah? Kenapa puisiku malah bikin repot?” Begitu komentar beliau, si rambut gondrong.
Mbak Ummu membalas, “Gak ada yang repot wong ya wes entek tomate tak maem.” (Nggak ada yang repot. Wong ya sudah habis tomatnya. Kumakan).
Akupun berkomentar, “Aku ora repot. Ora duwe tomat yoan. Dadi ra bakalan takon.” (Aku nggak repot. Nggak punya tomat soalnya. Jadi nggak bakalan bertanya kepada tomat).
Mungkin karena merasa kasihan, mbak Ummu berniat memberi tomatnya yang tersisa satu biji. Padahal tadi mbak Ummu bilang kalau tomatnya sudah habis. Entah mana yang benar.
“Suk tak kei mba kae ijik siji. Ngko mbok tekok genti ya. Ngaku ra nek ditekoki njenengan. Hahah.” (Besok kukasih mbak. Masih ada satu. Nanti mbak yang gantian tanya. Terus tomatnya ngaku atau nggak kalau yang tanya njenengan).
Kutolak mentah-mentah tawarannya itu. Aku bilang kalau mau beli sendiri. Harga tomat kebetulan murah. Seribu dapat tiga atau empat soalnya. Tapi aku belinya seminggu yang lalu. Hihihi.
Mas Rizal menimpali tentang harga tomat yang mahal beserta manfaat tomat, si buah atau sayur itu. Katanya tomat bisa menambah nafsu makan. Tetapi kata mbak Ummu malah bilang, cabe yang menambah nafsu makan karena saking pedasnya. Hahah. Ada-ada saja.
Semua perbincangan seru itu berawal dari puisi unik, Tadi Anakku Bertanya Padaku. Hahah.
Branjang, 9 Juli 2022.