Awal Perkenalan Kami
Perkenalanku dengan mas Pras berawal dari pertemuanku di perusahaan ayah. Waktu itu aku hanya menuruti kemauan ayah untuk membantunya di perusahaan. Bahkan nanti aku harus melanjutkan jalannya perusahaan.
Ayah merasa sudah lelah dan ingin istirahat. Sebagai anak tunggal, meski mewarisi perusahaan besar, aku sama sekali tak tertarik dengan dunia ayah.
Aku malah berpikir, mengapa perusahaan dialihkan pada anak teman ayah saja. Perusahaan ayah memang melanjutkan perusahaan temannya yang hampir gulung tikar. Teman ayah akhirnya meninggal dunia. Aku ingat, waktu ikut melayat, ada anak lelaki yang merupakan anak teman ayah.
“Ayah juga pinginnya begitu. Tapi ayah tak tahu kabar anak itu, Ajeng. Ayah cuma mengirimkan uang sekolah dan biaya hidup si kembar lewat ibunya. Sampai saat ini masih ayah kirim. Tapi ibunya sudah tiada. Tak tahu si kembar di mana…”
Aku menghela nafas panjang. Aku berdoa semoga si kembar itu bisa muncul di waktu yang tepat.
“Untuk sementara waktu, kamu belajar mengelola perusahaan…”