Sumber gambar diolah dari canva.com
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah. Wikipedia
Berbakti kepada kedua orangtua, bukan karena menjadi hak orang tua yang harus dipenuhi oleh anak-anaknya. Namun, juga merupakan kewajiban yang bersifat pasti yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam kitab suci Al-Qur’an Surah Al-Isra’ : 23
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Kandungan ayat tersebut menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah. Allah SWT menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya yaitu berkasih sayang kepada sesama terutama kepada kedua orang tua. Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua pun tidaklah gugur meskipun seorang anak telah berkeluarga atau orang tua telah meninggal dunia.
Kita harus berbakti kepada orang tua kita dan kita tidak boleh menyakiti mereka. Ibu kita telah melahirkan kita kedunia ini. Ayah kita mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Orang tua kita mendidik kita sejak kanak-kanak sehingga kita tumbuh dewasa. Mereka berhak untuk mendapatkan penghormatan dan ketaatan dari kita.
Penyebutan perintah ini sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah mempunyai maksud agar manusia memahami betapa pentingnya berbuat baik terhadap ibu bapak. Juga bermaksud agar mereka mensyukuri kebaikan kedua ibu bapak, betapa beratnya penderitaan yang telah mereka rasakan, baik pada saat melahirkan maupun ketika kesulitan dalam mencari nafkah, mengasuh, dan mendidik anak-anak dengan penuh kasih sayang. Maka pantaslah apabila berbuat baik kepada kedua ibu bapak dijadikan sebagai kewajiban yang paling penting di antara kewajiban-kewajiban yang lain, dan diletakkan Allah dalam urutan kedua sesudah kewajiban manusia beribadah hanya kepada-Nya.
Dan tentu saja patuh kepada kedua orang tua bukan berarti kita harus melakukan seluruh apa yang ia perintahkan. Selama perintah mereka tidak menentang peraturan Allah SWT. Kita tidak boleh taat pada perintah orang tua kita, jika mereka menyuruh kita berbuat dosa, akan tetapi bagaimanapun yang terjadi kita harus menghormatinya.
Dan lagi kita tidak boleh marah kepada mereka, tapi kita harus berkata dan berbicara kepada mereka dengan sopan santun. Dengan amal seperti ini kita menunjukkan kepada orang tua kita sikap yang sangat baik dari ajaran Islam.
Itu adalah kewajiban kita untuk patuh kepada orang tua.
Renungkanlah dalam pikiran!
Pertama Jasa dan Budi baik kasih sayang dan kecintaan mereka pada kita mulai dari kandungan ibu sampai dewasa. Pembelaan dan pengorbanannya sungguhpun nyawanya terancam namun kita tetap dipertahankannya, kita tetap dibela dan dirangkulnya meskipun sedunia ini telah benci kepada kita. Lihatlah badannya yang sudah tua, lemah tidak berdaya, padahal kita telah menjadi seorang ibu dan ayah, namun kita tidak pernah berpisah dari padanya. Bila kita sakit, dia pun merasa kesakitan pula, bila kita susah ditimpa penderitaan matanya tidak mau tertidur. Perutnya tidak terasa lapar malah dunia ini terasa sempit dalam perasaannya, tanah yang dipijak seakan-akan tidak terasa, langit yang dijunjung terasa menimpa dirinya, perhatiannya tetap kepada kita. Sekalipun di malam sunyi sepi, dia tidak tahu di mana bumi tempatnya singgah, di mana langit tempat berteduh, sungguh luar biasa kasih sayang ibu beserta cinta dan pengorbanan orang tua kepada kita.
Apakah kita masih berani dan tega mendurhakainya? Ingatlah…
Ibu telah menjalani dan merasakan sakit, susah lemah, lunglai lesu dan kecapean. Makanpun tidak selera, tidurpun tidak bisa nyenyak, jiwanya penuh ketakutan namun kita tetap dijaga dan dipelihara nya sekuat tenaga dan kemampuannya. Tidak pernah terlintas di dalam hatinya menganiaya kita, apalagi menggugurkan kita dari perutnya.
Kedua Pada saat tiba waktunya melahirkan kita, perasaannya seolah-olah sudah diambang pintu maut, seakan-akan dalam perasaannya ajal yang akan merenggut jiwanya akan tiba, tangisnya merintih, pandangan matanya sayu dan air matanya membasahi pipinya, berulang kali tangannya terulur panjang untuk memohon maaf atas segala dosanya, sambil berkata dengan penuh iba dan ketakutan, namun tekad yang kuat tetap tertancap dalam hatinya bahwa walau bagaimanapun anak yang ada di dalam rahim yang akan dilahirkannya sekalipun harus mengorbankan jiwanya.
Ketiga Ketika kita telah dilahirkan oleh ibu, lalu bidan menyambut dengan kalimat syukur, seiring tangis kita membelah suasana kamar bersalin, hati ibu sangat gembira, airmata perjuangannya telah berganti dengan airmata kebahagiaan, rasa sakit dan pilu serta cemas yang membayangi pikirannya sebelum kita lahir telah berganti dengan tawa ria yang diiringi airmata, apalagi ketika bidan berkata bahwa kita lahir itu tidak ada kurangnya dan tidak bercacat. Di wajah ibu tampak berseri-seri, seolah-olah dia telah memiliki seluruh pengisi alam semesta ini, bahkan orang-orang yang menunggu kehadiran kita ikut bergembira. Walau badan ibu belum terurus dan dibersihkan, namun dia telah meminta kepada bidan agar wajah kita yang mungil dinampakkan kepadanya, dengan penuh kasih sayang dia menegur menyapa seolah-olah kita mengerti apa yang diucapkannya, sanjungan yang tulus dan manis tanpa ia rasakan telah keluar dari bibirnya.
Keempat Semasa kita dalam kandungan ibu, ayah kita semakin giat dan kuat berusaha dengan tidak mengenal lelah mencari dan berusaha apa-apa saja yang akan menjadi kebutuhan kita. Ketika kita telah dilahirkan oleh ibu ke dunia ini, matanya ditahankan tidak tidur karena hatinya sangat gembira, kebahagiaannya tidak ada alat tulis yang dapat menuliskan dan menggambarkannya, tidak ada pengukir yang bisa mengukir kebahagiaannya, hanya Allah yang Maha Tahu yang ada di dalam hati hamba-Nya. Setelah kita lahir ayah memeluk kita sambil mencium pipi kita dengan kasih sayangnya seiring ayah kita menghadap kiblat untuk membersihkan dan memperdengarkan kalimat kalimat tauhid kepada kita melalui kumandang adzan dan qomat. Sungguh bahagia dalam perasaannya.
Maka mari kita berbakti kepada kedua orang tua kita dalam segala sesuatu dan dalam setiap amal kita!
Menulis di Blog Jadi Buku
Salam berbagi, belajar, memotivasi dan menginspirasi
Juni Marlinda Rambe