Menumpang

Cerpen, Fiksiana23 Dilihat

“Adikmu mau daftar kemana? Ini hari terakhir UMPTN.” Ucap Roni pada Dodi.

          “Dia maunya jurusan Bahasa Inggris,” jawab Dodi.

          “Nah, segera putuskan kalau mau daftar UGM, sekarang hari terakhir. Sudah jam satu lagi.

          Dodi dan Tiara baru tiba di Kota Pelajar tadi pagi. Perjalanan mereka dari Pelabuhan Kijang ke Tanjung Priok dan di sambung dengan kereta dari Stasiun Gambir ke Stasiun Tugu Jogja membuat mereka masih kelelahan.

          Tiara baru menginjak usia 18 tahun. Remaja  hitam manis dengan postur mungil itu benar-benar kebingungan. Informasi yang ia dapatkan untuk masuk ke Perguruan Tinggi sangatlah minim.

          “Ayo! Putuskan mau mendaftar UMPTN nggak,” tanya Roni ingin memastikan apakah adik sahabatnya ingin mendaftar di Universitas bergengsi yang ada di Yogyakarta

          “Nggak usahlah, besok aja cari kampus lain, masih capek, waktu juga mepet.”

          Waktu mepet, raga lelah membuat Dodi memutuskan adiknya tidak ikut UMPTN. Tiara hanya manut saja dengan keputusan kakaknya. Saat itu Tiara hanya bergantung pada keputusan Dodi.

          Di Kota Gudeg ini Tiara tidak memiliki saudara. Dodi kakak Tiara hanya mengenal seorang temannya ketika SMA dulu Roni. Mereka pun menumpang di kos-kosan Roni sampai Tiara mendapatkan kampus dan kos.

          Romi mengontrak sebuah rumah di kawasan  Jetis. Rumah semi permanen  terdiri dari 4 kamar yang dihuni oleh teman-temannya Roni. Ada yang dari Medan, Samarinda dan Jambi.

          Kebetulan saat itu ada kamar kosong, kamar teman Bang Roni yang baru pulang ke kampung karena liburan semester. Tiara  diberi tumpangan untuk menginap di kamar itu.

          Tiara masuk ke kamar pria yang sama sekali tidak ia kenal. Kasur setebal 20 cm dengan seprei berwarna putih tertata rapi di kamar dengan ukuran 2,5 x3 meter. Tiara memperhatikan seluruh isi kamar. Ada jaket yang tergantung dan guntingan foto yang tertempel di kaca. Tiara memastikan pria yang ada di foto itulah pemilik kamar yang ia tumpangi saat itu.

          Kelelahannya tak terbendung, Tiara tertidur pulas. Dalam hatinya ia mengucapkan terimakasih kepada pemilik kamar yang tidak ia kenal.

***

 

Tetaplah menjadi bintang di langit

Agar kita tetap akan abadi

          Tape usang yang dimodifikasi oleh Bang Roni terlihat sangat keren. Alunan musik Padi setiap saat berulang-ulang terputar secara otomatis. Otak bekerja sehingga lagu-lagu padi menjadi liar di kepala Tiara.

          Tiara tidak tahu apa yang dikerjakan oleh para penghuni kamar masing-masing. Sejak menumpang di sana Tiara tidak pernah masuk ke kamar lain kecuali kamar yang ia tumpangi termasuk kamar Roni.

          Prinsipnya jika wanita masuk ke kamar laki-laki itu tidak sopan. Entahlah dari mana ia mendapatkan petuah itu. Yang pasti ia pegang erat-erat kalimat tersebut.

          Dodi kakak Tiara yang tidur bersama Roni terbangun. Dodi memperhatikan kegiatan anak-anak kos di situ. Semua memiliki komputer dan rata-rata dari mereka pada asyik bermain games sepak bola. Ada juga sebagian yang  sedang merakit komputer.

          Dodi terkesan sehingga ia menawarkan kepada Tiara untuk masuk ke jurusan Informatika.

          “Tir, gimana mau daftar jurusan apa?” Tanya Dodi kepada Tiara.

          “Bahasa Inggris,” jawab Tiara.

          “Mau jadi apa kalau ambil jurusan itu? Masak anak cewek mau jadi guide?” Itulah ucapan Dodi yang hanya menamatkan sekolah hingga jenjang SMA. Saat itu ia beranggapan jurusan Bhs. Inggris hanya akan menjadi guide.

          “Jurusan komputer aja, coba lihat mereka bisa main games,” ujarnya lagi.

          Tiara menggerakan dagunya tanda ia menyetujui.

***

          Kumandang azan subuh terdengar jelas di kosan Roni. Tiara terjaga dan segera ia keluar kamar ingin mengambil air wudu. Saat keluar ia melihat ada sandal wanita di sebelah kamar Roni. Tiara bertanya-tanya siapakah gerangan wanita yang ada di kamar tersebut. Tiara tidak enak hati mengapa wanita itu tidak diajak menginap bersama Tiara.

          Pagi pukul 9 si wanita yang berada di kamar sebelah Roni keluar. Tiara mengira jika wanita tersebut adalah adik dari temannya Roni sehingga ia berpikir wajar saja ia menginap sekamar dengan kakaknya.

          “Halo Mbak,” Tiara menyapa.

          “Hai, darimana,”

          “Saya dari Riau Mbak.”

          “Wuih jauh yah, mau daftar kuliah ya?”

          “Iya Mbak. Mbaknya dari mana?”

          “Wah, aku dari Kalbar.”

          “Mbak kuliah juga di sini, udah semester berapa?”

          “Ooh aku cuma main ke sini. Biasa mau ketemu sama pacarku.” Ucap si gadis tersebut dengan rona ceria. Menganggap hal itu suatu yang lumrah.

          Tapi tidak bagi Tiara, ia termangu ada seorang gadis jauh-jauh datang hanya ingin bertemu dengan pacarnya.

          “Perutku nggak enak nih, keik kembung,” ucap gadis berambut panjang itu sambil menepuk-nepuk perutnya.

          “Masuk angin kali Mbak,” ucap tiara.

          “Aku ke kamar dulu ya.”

          “Iii ya Mbak,” jawab Tiara.

          Perasaan Tiara tidak menentu. Ada seorang wanita yang bukan muhrim berada di kamar pria. Ingin sekali ia mengajak wanita itu untuk menginap di kamar yang ia tumpangi.

***

 

Akhirnya Tiara mendaftar di Jurusan Informatika seperti teman-teman Roni. Dodi hanya bisa menemani Tiara hingga 2 hari saja, karena masih ada urusan lain yang harus ia kerjakan. Dodi meminta  Roni untuk mencarikan kos untuk adiknya.

          Tiara mulai resah. Ketika ada Dodi kakaknya ia merasa tidak ada khawatir sekalipun. Ia merasa masih ada saudara yang menemaninya. Ketika Dodi mengatakan mau berangkat pulang Tiara sudah mulai resah. Ia mulai cemas, bagaimana nanti keadaannya ketika ditinggal kakaknya Dodi.

          Siang itu ada wanita berjilbab coklat melintasi kos  Roni.

          “Assalamualaikum Mbak..”

          “Walaikumsalam,” si wanita menjawab sambil tersenyum dan menunduk.

          “Mbak, ada info kos kosong nggak,” tanya Roni.

          Wanita itu sedikit kaget dengan pertanyaan Roni.

          “Bukan untuk saya, untuk adik saya,”Roni memberi penjelasan.

          “Ada, jika mau bisa saya antarkan.”

          Tiara mengikuti wanita berjilbab rapi itu.

          “Namanya siapa?”

          “Tiara, Mbak.”

          “Saya, Umi”

          Tiara tiba di kosan Mbak Umi. Suasana asri, penghuni kos sangat bersahabat mereka sangat welcome dengan kedatangan Tiara. Tiara pun memutuskan untuk mengekos di sana.

          Setelah mendapatkan kos Tiara pamit kepada Roni teman kakaknya Dodi yang telah dianggap sebagai kakaknya di perantauan.

          “Bang, Tiara pamit ya, sudah dapat kos, terimakasih sudah diberi tumpangan.”

          “Iya, nanti kalau ada apa-apa kasih tahu abang ya. Hati-hati selama di kos jaga diri, jangan sampai belum dapat ijazah sudah ijabsah.” Roni menasehati Tiara.

          “Iya, Bang,” sahut Tiara sambil berlalu dari kos Roni.

         Jembrana, 13 Februari 2021

        Naskah hari ke-13

 

 

Tinggalkan Balasan