Awal masuk di Kompasiana membuatku merasa berada di tempat yang asing. Banyak tulisan inspiratif, ku baca satu demi satu judul yang kuanggap menarik. Sungguh kagum dengan semua tulisan yang ada, namun terbatasnya waktu tak bisa terbaca semuanya.
Tulisan pertamaku adalah puisi sederhana yang membuatku berani untuk mempostingnya. Meski tak percaya diri namun beberapa orang ada yang berkenan membacanya. Membuatku semangat untuk menulis esok harinya lagi. Ternyata esok hari ada juga yang mau membaca tulisanku. Belajar otak atik bagaimana membuat komentar atau sekedar merespon tulisan mereka. Orang pertama yang memfollow adalah Papaku sendiri, M. Rasyid Nur. Selang beberapa hari ku belajar memfollow penulis yang lain. Namun yang membuatku senang ada seseorang yang ramah dan baik hati memberi komentar positif pada sebuah tulisan yang kuanggap sungguh sederhana. Aku kaget, ini siapa ya. Ku buka profilnya, ternyata sudah begitu banyak tulisannya. Begitu banyak yang masuk headline dan menjadi rating tinggi. Semakin segan rasanya dengan sosok pemuda yang inspiratif ini. Namun aku terus bersemangat menulis karena merasa sesama penyuka puisi. Sehingga sesuatu yang tersirat sering tak tersurat sama sekali meski cukup untuk dipahami saja. Hari demi hari berlalu membuatku merasa semakin banyak yang mau membaca tulisanku, entah itu puisi ataupun cerpen. Hingga akhir Desember dia pernah membuat tulisan tentang kuliner, dan tulisan itu membuatku ingin juga memberikan komentar karena jujur aku jarang memberikan komentar pada saat itu. Satu kali itulah Aku memberi komentar yang langsung diresponnya dengan baik. Sejak saat itu aku jadi suka komentar juga pada tulisan kompasianer yang lain. Ternyata sungguh memberi rasa yang menyenangkan berinteraksi terhadap sesama kompasianer.
Memasuki pertengahan Januari terfikirkan juga dimana keberadaan Abdul Azis, yang biasanya tiap hari membuat tulisan namun sudah tak pernah ada lagi. Namun dengan kesibukan pekerjaan dan profesi membuat waktu bergulir begitu saja. Tepat hari ini 06 Februari 2021 aku menyempatkan diri membuka website favoritku Kompasiana, satu demi satu ku baca tulisan. Selamat jalan Abdul Azis, RIP Abdul Azis, dan beberapa tulisan yang membuat kaget. Tak terbayangkan sosok yang inspiratif itu telah tiada. Meninggal di hari Jumat, sungguh hari baik untuk orang yang baik. Orang yang ramah itu telah tiada. Orang yang tak pernah sombong itu telah pergi untuk selamanya. Silaturahim di dunia maya begitu mengesankan karena dia benar memang orang baik pada semua orang. Menghormati yang tua, jadi sahabat untuk yang seumuran, dan mengayomi untuk di bawahnya.
Selamat jalan Mas Abdul Azis, ragamu memang telah tiada, namun semangat dan motivasimu terhadap para kompasianer akan selalu hidup. Berkumpullah di sana bersama orang-orang hebat. Jalanmu telah jelas. Nasib kami yang hidup ini belum pasti. Semoga Husnul Khotimah. Semoga kami semua selalu belajar dalam menjalani hidup ini dengan baik, karena sesungguhnya dunia ini hanya bersifat sementara. Aamiin ya Rabbal Alaamiin..
06 Februari 2021.wnsri.tbk.